Soobin tidak pernah merasakan kesendirian yang menyakitkan selama hidupnya, dia hidup di lingkungan yang sempurna. Ayahnya yang merupakan mafia tingkat atas di Seoul selalu melindunginya dengan banyaknya pengawal yang siap sedia setiap saat.
Terlahir sebagai anak kedua yang memiliki prinsip paling normal diantara kedua saudaranya membuatnya harus terjebak dengan semua ini.
Kadang kala dia berpikir sejenak mengenai hidup sebagai orang normal. Kehidupan yang tidak berkutat pada senjata dan persaingan kekuasaan. Rintik hujan yang kini membasahi tubuhnya membuat bulu kuduknya merinding kedinginan.
Matanya masih menatap ke bawah jalanan yang kini berada sedang di laluinya. Bahkan tudung jaketnya tidak bisa membawa kedamaian apapun saat ini.
Dia tidak menghiraukan tabrakan demi tabrakan yang dia dapatkan, Soobin hanya peduli dengan miliknya sendiri. Dia ingin mencoba bersembunyi, bersembunyi dari ketakutannya.
Langkah kakinya terhenti karena seseorang memegang tangannya.
"Hei! Lihatlah jalanan di hadapanmu! Apa kau ingin mati hah?" Soobin menoleh ke arah pria itu dan menemukan seorang mata rubah yang cantik.
Pria itu membawa payung berwarna hitam seperti layaknya malaikat kematian, Soobin mengamati penampilan pria itu dengan hati-hati dan menemukan pria itu memegang sebatang rokok di sela bibirnya.
"Lampunya masih merah dan kau tidak bisa berjalan dengan begitu saja. Kau bisa membuat orang lain celaka!" Ucap pria itu dengan tenang, membuat Soobin bertanya-tanya darimana ketenangan itu di dapatkan olehnya.
Pria itu kemudian menyerahkan payung yang di pakai olehnya pada Soobin.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi tidak baik bagi seseorang sepertimu untuk berjalan dengan cuaca seperti ini. Ambilah payung ini dan segera lah pulang." Pria itu tersenyum ramah kepadanya dan entah mengapa itu membuat Soobin menghangat.
Jalanan yang penuh dengan kendaraan itu mendadak senyap ketika Soobin berhadapan dengan pria itu. Soobin mengambil payung yang disodorkan padanya.
"Segera lah pulang... Keluargamu pasti mencarimu."
Pria itu kembali tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya, lalu pergi dengan berlari kecil.
Soobin hanya menatapnya tanpa berkata apapun, dia melihat bagaimana pria itu menghilang di balik gedung-gedung di kota Seoul.
Tangannya kini menggenggam payung yang diberikan oleh pria itu dengan erat.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya, seorang bodyguard yang ditugaskan untuk menjaganya segera turun dari mobil itu.
"Tuan Soobin, sudah saatnya pulang. Tuan Siwon sudah menunggu anda untuk pulang." Kata Ben, orang kepercayaan Soobin.
Soobin hanya bisa menghela napas dan mengangguk, ketika Ben ingin mengambil payung itu Soobin menolaknya. Dia justru melipat payung itu dan seraya masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil yang sedang melaju itu, tetesan hujan dari air yang mengalir dari baju Soobin dan dari payung pria itu. Soobin menatap payung itu dan menggenggamnya.
"Bagaimana pendapat mu tentang pengawal baru Ben?" Tanya Soobin pada pria yang duduk di kursi setir itu.
"Aku akan segera mencarikan satu untukmu tuan."
"Hm...Bagus."
*****
Soobin masuk ke dalam ruang makan dengan tenang dan melihat saudara tengah duduk disana. Saat Soobin masuk semua pengawal yang ada di ruangan itu menunduk secara kompak, lalu matanya langsung menatap ke ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captivated On You (Soojun)
FanfictionA fanfiction of SooJun! Kau hanya butuh kepercayaan di dunia ini untuk hidup, namun sayangnya kepercayaan membuatmu menjadi lebih lemah dibandingkan segalanya.