Flashback On, September 2020.
"Woi, Atizanesya!" Suara teriakan melengking yang sudah sangat hafal ia dengar setiap hari itu memanggilnya.
"Nes! Ini di Kemhan! Lo suka banget deh teriak-teriak. Tuh lihat banyak pasukan militer yang lihatin lo." Ati mencubit lengan sepupunya yang masih memakai almameter kuning khas UI tersebut.
"Hehe, lagian kenapa ya tiba-tiba kita disuruh ke Kemhan sama Kakek?" Tanya Vanessa dengan penasaran.
"Nggak tahu ya. Eh tapi lo ngerasa nggak sih semenjak gugurnya mantan ajudannya itu, Kakek belum ada ajudan baru dari TNI." Sikut Ati.
"Iya juga, ya? Padahal seharusnya udah langsung ada penggantinya, kan? Ini udah setahun kenapa belum terlihat hilal." Vanessa juga penasaran alasannya.
Ketika sudah tiba di depan ruangan milik Kakeknya yang sering sekali dikunjungi tamu dari berbagai negara, seseorang membuka pintu ruangan Kakeknya dengan tiba-tiba hingga membuat Ati dan Vanessa terkejut. Jidat keduanya terjedot ke pintu bersamaan dan hampir terjatuh.
"ANJRIT SAKIT!!" Ati mengusap dahinya dengan kencang karena rasanya sangat menyengat.
"Fak anj jidat indah gue! SIAPA SIH?!!" Omel Vanessa yang sudah siap akan mengatai dan membantai siapapun yang sudah membuat jidatnya benjol.
"BINTANG?!" Serentak mereka berdua dengan suara keras ketika pintu itu sudah terbuka dengan lebar. Tanpa mereka berdua sadari, ada tiga sosok baru yang tidak mereka kenal tengah memperhatikan mereka bertiga.
"AELAH SIALAN LO! NGAPAIN SIH DISINI?!" Ketus Vanessa dengan kesalnya.
"ASSALAMUALAIKUM KEK, MALAH NGOMONG SIALAN, ANEH YA LO!" Semprot Bintang kesal.
"Sumpah ya, lo buruan deh ke Semarang, enek gue lihat lo!" Usir Vanessa sedangkan Bintang hanya menatap kesal kepada sepupu satu-satunya itu.
"Loh? Kalian udah nyampe?" Tanya Rizky saat itu yang menyadari kehadiran Ati dan Vanessa.
"Mas Rizky, ini satwa liar dari mana sih kok tiba-tiba muncul dan bikin jidat orang merah gini?! Buruan balikin ke habitatnya, Mas." Protes Vanessa yang langsung masuk dan sengaja menabrak bahu Bintang sekuat tenaga hingga laki-laki itu hampir tersungkur.
Sedangkan Ati dengan tatapan tajamnya menatap Kakak kembarnya dengan menusuk hingga Bintang langsung spontan mengelus jidat Adiknya dengan lembut, berharap Ati bisa memaafkannya, tidak seperti Vanessa.
"Lain kali jangan ngasal dan bar-bar cuma untuk buka pintu aja, Mas." Ucap Ati dengan dinginnya.
"Lihat tuh, Vanessa kesal banget sama lo. Lagian, ngapain sok dramatis banget deh perihal buka pintu? Lagi syuting lo?" Sindir Ati yang meninggalkan Kakak kembarnya di depan pintu.
"Ini dua-duanya cucu perempuan Bapak, ya? Cantik banget ternyata." Ujar salah satu laki-laki dengan senyum manisnya.
"Iya, yang tantrum tadi tuh selebgram, namanya Vanessa. Tahu, nggak?" Senggol laki-laki yang badannya cukup berisi kepada laki-laki yang lengkap dengan atribut militernya dan kepada teman seperjuangannya.
"Saya kurang tahu, saya tidak begitu tahu tentang selebgram." Ujar laki-laki yang terus menatap Vanessa dari jauh. Ia salah fokus dengan warna makara yang menempel di jakun gadis itu.
Sedangkan laki-laki satunya, terus menatap Ati dibandingkan Vanessa. Ia tahu salah satu cucu perempuan Bapak adalah seorang selebgram, tapi ternyata matanya justru terpikat dengan cucu Bapak yang bukan selebgram.
"Cantik banget ya ampun." Ucapnya dengan pelan.
"Siapa? Vanessa?" Tanya teman seperjuangannya itu.
"Bukan, yang satu lagi." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Rain
Fanfiction"I wanted a bride and he was making his own name." Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Love, penulis.