7

727 82 3
                                    

Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran Kemhan, Ati langsung turun dan menyandang tas selempangnya. Tadi ketika di kampus, Mayor Teddy mengirimnya pesan agar setelah selesai kuliah langsung ke Kemhan karena Bapak menyuruhnya entah karena apa. Ati pikir akan ada Vanessa, Bintang, dan Habib yang ikut tapi ternyata ketika ia sudah tiba di Kemhan, hanya dirinya seorang.

Ati sempat bertanya lewat aplikasi chatting kepada Mayor Teddy kenapa hanya dirinya saja, ternyata kata ajudan Kakeknya itu hanya dirinya yang disuruh. Bahkan Bapak tidak bertanya atau menyuruh ketiga cucu lainnya untuk menghampirinya.

"Curiga deh gue." Gumam Ati yang kini berjalan di lorong kantor Kakeknya. Ia juga menyapa beberapa pegawai dan staff Kemhan. Ati juga berpapasan dengan petinggi-petinggi lainnya disini dan mengobrol beberapa saat.

Ketika Ati sudah tiba didepan pintu kantor Kakeknya berada, ia sedikit curiga. Ati mencoba mendengar dengan menempelkan telinganya ke pintu kayu berwarna coklat tua itu. Ia mendengar memang sedikit berisik dan tidak tahu ada siapa saja di dalamnya.

Bagaimana jika tamu negara yang sedag bertemu Kakeknya dan ia tiba-tiba masuk? Atau bagaimana jika Kakeknya sedang rapat atau mengobrol dengan tamu-tamu penting?

Ati menggigit jarinya bingung. Harus kah ia langsung masuk atau menunggu tamu Kakeknya itu pergi?

"Mbak, ngapain?" Tanya seseorang yang menepuk pundak Ati pelan. Ati yang terkejut langsung memutar tubuhnya dan melihat ternyata itu Mas Deril.

"Mas kaget tahu." Ati menghela napas lega, sedangkan Deril tertawa kecil.

"Masuk aja, ngapain bingung gitu mbak?" Tanya Deril.

"Kayaknya rame banget deh, Mas. Ada siapa di dalam?" Tanya Ati.

"Ada tamu Bapak, mbak. Beberapa influncer yang diundang Bapak untuk makan siang bersama." Ucap Deril yang sedang memegang beberapa dokumen penting.

"Yang bakal jadi pendukung Kakek?" Tanya Ati memastikan.

"Nggak semua sih kayaknya, mbak." Setelah Deril menjawabnya, Ati hanya mengangguk pelan.

Deril yang tadinya mau menggenggam ganggang pintu dan ingin membukanya, langsung ditahan Ati yang kelewat panik.

"Mas buru-buru banget?" Tanya Ati.

"Iya nih, mbak. Saya mau anterin dokumen ke Mayor." Ucap Deril sambil menunjukkan dokumen yang ia pegang.

"Yaudah, Mas masuk duluan aja deh. Aku bentar lagi." Ucap Ati mempersilahkan Deril masuk terlebih dahulu.

"Kamu nggak papa, mbak?" Tanya Deril.

"Males aja Mas kalo rame tuh. Apalagi isinya artis semua." Ati menggaruk lehernya.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, terlihat jelas nama Mayor Teddy di layar ponselnya. Ia menghela napasnya, sudah pasti sosok yang tengah menyimpan rasa kepada sepupunya itu bertanya keberadaannya.

"Emangnya ada hal apa sih kenapa aku disuruh kesini?" Tanya Ati ngedumel.

"Kayaknya Bapak mau ngenalin kamu ke tamu-tamunya, mbak." Ucap Deril.

"Kenapa yang lain nggak?" Tanya Ati.

"Mungkin Bapak maunya cuma kamu doang." Ucap Deril.

Sudah dua kali Mayor Teddy menelfonnya tapi Ati tidak mengangkatnya. Hingga akhirnya Deril kembali meminta Ati untuk langsung masuk bersamanya. Karena menurut adc Kakeknya itu, lebih baik ia masuk bersama Deril daripada nanti hanya sendirian.

Ati akhirnya menyetujuinya, mau tidak mau ia memang harus masuk walaupun dengan hati yang sedikit gelisah.

Memang agak sia-sia juga niatnya ingin bersembunyi setelah masuk ke dalam ruangan Bapak karena ketika pintu ruangan tersebut di buka oleh Deril, langsung terlihat dengan jelas Kakeknya tengah menjamu dan mengajak makan siang para influencer yang kurang lebih ada 10 orang di dalamnya.

Midnight RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang