"Ya ampun, mbak.."
Helaan nafas Bapak yang panjang menjadi pertanda jika laki laki yang umurnya sudah lebih setengah abad itu menatap Ati dengan tatapan kasihan dan tak tega. Cucu perempuannya yang selalu terlihat arogan dan selalu tegar ini kembali disakiti oleh laki laki lain yang tidak bertanggung jawab.
Ati menunduk, tidak berani menatap Bapak. Pagi pagi ketika ia ingin sarapan sebelum kelas siang, Mayted menghampirinya ke kamar. Ternyata benar saja dugaannya itu, sosok yang diam diam sedang menyukai sepupunya itu memberitahu jika Bapak memanggilnya, pasca kejadian malam kemarin.
"Nangis aja, ngapain ditahan?" Tanya Bapak kepadanya disaat ruang kerja Menhan RI saat ini yang tengah disibukkan oleh para Staff, Ajudan, dan Sekpri Bapak untuk kegiatan atau jadwal Bapak hari ini.
Bapak membawanya duduk ke sofa, tepat disebelah Ati yang tengah menahan tangisnya, Bapak menggaruk garuk dahinya bingung.
"Terjawab juga pertanyaan Kakek kenapa pada saat itu kamu mohon mohon agar orang tuanya bisa duduk di Senayan. Memanfaatkan kamu karena Kakek calon presiden, mbak?" Bapak juga heran dan shock.
"Sudah Kakek bereskan, hari ini orang tuanya dipanggil KPK. Kamu nggak usah sedih lagi ya, nak?" Bapak menepuk nepuk punggung Ati dengan lembut.
"Maafin Ati ya, Kakek?" Ucap gadis itu dengan malunya.
"Sudah nggak papa, dengan cara ini mungkin Allah membuka jalan juga, mbak. Harusnya Kakek juga berterima kasih ke kamu karena akhirnya kasusnya juga sudah selesai." Ucap Bapak terus menenangkan Ati.
"Berhenti untuk blind date ya, Atizanesya. Apalagi main dating app. Kamu ini terlalu mudah sekali dipengaruhi dan dimanfaatkan. Kakek kan sudah bilang jangan dulu cari cari pacar. Lihat tuh sepupu kamu, akhirnya hancur kan?" Oceh Bapak.
"Karena cinta aja bisa kecelakaan, ngerusak tubuh, nyakitin diri sendiri, hampir nggak bisa diselamatkan. Kamu mau bikin Kakek mati juga karena ulah kamu, Mbak Ati? Sudah lah, cukup Mbak Vanessa saja yang bikin kepala Kakek pusing karena tingkahnya, belum lagi mas mas kamu itu." Omel Bapak lagi.
"Kasihan Mayor Teddy harus diam diam ngikutin kamu pergi sama cowok lain setiap harinya yang berbeda beda. Kamu kenapa pengen banget punya pacar?" Tanya Bapak serius.
Karena aku kesepian.
"Kamu itu terkenal sebagai perempuan yang patuh, cuek, dan dominan. Jangan karena laki laki reputasi kamu dimata orang lain jadi hancur, mbak." Bapak terus menasehatinya.
Masing masing cucu Bapak memang ada saja tingkahnya. Mungkin orang orang beranggapan jika Vanessa yang paling menyulitkan karena manja, keras kepala, moodyan, dan susah diatur. Tapi bukan hanya Vanessa saja.
Ati dengan sifat mandirinya, cueknya, permainan logikanya, pendiamnya tetapi diam diam sering berada dihubungan tanpa status, sering dimanfaatkan, sering bermain dating app, sering clubbing, dan sering diam diam kabur dari rumah karena ingin bertemu laki laki lain yang mungkin Mayor Teddy juga pusing mengatasinya. Berapa kali pun ia dimanfaatkan tapi tetap saja tidak kapok kapok.
Bintang dengan kenakalannya yang terkenal sering balap liar, diam diam punya geng motor, dan sering sekali berkelahi atau tawuran.
Sedangkan Habib, laki laki introvert itu yang diam diam sibuk dengan dunia gamenya hingga lupa dengan dunianya sendiri.
Bayangkan saja bagaimana tersiksanya Mayor Teddy dan Staff Bapak yang lainnya mengurus keempat cucu Bapak yang sungguh diluar akal sehat mereka.
Semaksimal mungkin, tidak ada media yang tahu tentang ini. Tidak heran jika mereka terkadang betingkah, Bapak tidak segan segan memarahi dan menghukum mereka dengan diktaktor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Rain
Fanfiction"I wanted a bride and he was making his own name." Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Love, penulis.