4

748 90 11
                                    

"Mau kemana, mbak?" Tanya Rajif yang menyadari Ati turun dengan outfit hangoutnya.

"Mau jalan jalan aja, Mas. Agak stress." Sahut Ati yang mengambil kunci mobilnya.

"Mau saya temani?" Rajif menawarkan.

Ati menggeleng. "Nggak usah, Mas. Pengen sendiri. Lagian Mas Rajif juga lagi kerja."

"Iya, tapi kalau mau saya temani, saya bisa. Kerjaan saya lewat zoom meeting." Sahut Rajif.

"Sudah makan belum? Saya baru lihat kamu hari ini, tadi pagi nggak turun sarapan kenapa? Nggak biasanya, mbak." Tanya Rajif yang sepertinya baru selesai melakukan sambungan telfon dengan orang penting, pastinya dengan orang orang Kakeknya.

Ati terdiam, ia menggigit bibir bawahnya karena bingung harus menjawab apa. Ia juga tidak mau jujur dengan sekpri Kakeknya ini karena sangat memalukan.

"Mbak Ati, kamu nggak papa?" Tanya Rajif mendekat, laki laki itu menjadi ikut penasaran.

"Ini bengkak loh matanya, kamu habis nangis ya?" Tebak Rajif.

"Apa yang bikin kamu sedih, mbak?" Tanya Rajif.

"Saya temani saja ya? Ini sudah malam." Rajif mengambil kunci mobil yang Ati genggam.

Rajif menyadari jika cucu Bapak didepannya ini tidak menggubrisnya, hanya menatapnya dengan tatapan kosong yang penuh tanda tanya. Rajif sungguh tidak bisa menebak apa yang membuat Ati sedih atau menangis.

"Kamu mau kemana? Mau makan sushi lagi? Atau mau makan sate taichan?" Rajif terus berusaha mengajak Ati.

"Mau taichan, mau dua porsi Mas aku kelaparan." Kejujuran Ati itu membuat Rajif tertawa pelan.

"Ayo, mau dimana?" Rajif sudah membuka pintu mobil Ati.

"Mau yang di Hang Lekir. Tapi jauh banget dari Hambalang."

"Senayan ya?"

Ati mengangguk.

"Oke, ayo." Rajif mempersilahkannya masuk dan laki laki dengan kemeja coklatnya itu melajukan mobil milik gadis itu keluar lingkungan Hambalang.

"Mas jauh deh itu." Ati merasa tidak enak.

"Nggak ada yang jauh kalau lewat tol, mbak." Ucap Rajif yang sesekali melihat spion kanan.

Didalam mobil itu, Ati hanya diam dan tidak bersuara karena Rajif tengah melakukan zoom meeting dengan keadaan offcam. Ati hanya mendengar suara Rajif yang sepertinya tengah berdebat karena pekerjaan. Sepertinya ada masalah dengan jadwal dan kerjaan Kakeknya. Ada suara Mayor Teddy juga dan beberapa adc Kakeknya.

Dalam hati gadis itu, seharusnya ia langsung lari dan tidak menghiraukan pertanyaan Rajif saat ia turun tangga.

Selama perjalanan melewati tol, Ati sesekali memainkan ponselnya sedangkan Rajif ditengah kehectican itu sesekali memperhatikan Ati walaupun fokusnya harus terbagi dua antara pekerjaan dan jalanan.

Saat keluar pintu tol, tiba tiba Rajif mengerem mendadak hingga tangan kirinya spontan menghalangi tubuh Ati agar tidak berbenturan dengan dashboard.

"Mbak, maaf. Saya minta maaf. Kamu nggak papa kan?" Tanya Rajif panik.

Ia tidak bermaksud mencelakai Ati, Rajif mengerem mendadak karena mobil didepannya tiba tiba berhenti ketika Rajif menginjak pedal dengan kecepatan rata rata di dalam tol.

"Nggak papa, Mas. Kaget aja." Ati memegang dadanya.

"Maaf ya mbak, saya minta maaf."

"Nggak papa, Mas Rajif. Bukan salah Mas juga, itu mobil depan yang oon!" Ati menunjuk city car didepannya.

Midnight RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang