•~•Prolog•~•

231 27 24
                                    

Sebelum baca jangan lupa buat Vote, komen, dan follow ya!
___________________________________________

"Maen itu mulu lu! Gak bosen emang?" Ketus Armasa yang melihat Karu memainkan gamenya terus menerus. Apa dia tidak bosan bermain game itu terus? Pikir Armasa.

Armasa mendekatkan wajahnya melihat game seperti apa yang dimainkan oleh Karu. "Game RPG toh.." Karu melirik Armasa sekilas sebelum fokus kembali pada gamenya.

Armasa berdecak sebal, "jangan main game mulu kek! Latihan sono! Kan lu mau ke Jepang buat ngikut lomba!"

Karu memutar bola matanya malas sebelum akhirnya mengakhiri gamenya dan beranjak dari tempat dia berbaring. "Iya, iya! Gak bisa liat orang redain stresnya bentar lo!"

BRAAK!!

Karu menutup pintu ruangan dengan kasar. Armasa hanya bisa menghembuskan nafasnya, "cuman game RPG sama karakter bendera aja dimarahin.."

•~•

•~•

•~•

•~•

•~•

"Huh!"

Karu melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum ia berlari keliling lapangan yang besarnya sudah seperti lapangan bola Jakarta International Stadium. Karu juga rencananya ingin berlari keliling sebanyak sepuluh kali, itupun jika ia bisa melakukannya dalam waktu 1 jam.

"Siap? Mulai!" Ketika Armasa menurunkan benderanya, dengan cepat Karu berlari perlahan sebelum akhirnya manaikkan kecepatannya.

Armasa yang melihatnya hanya bisa kagum dengan stamina dan kecepatan Karu dalam berlari. Mau bagaimana lagi? Karu itu atlet terkenal jadi wajarnya jika dia tidak mudah lelah, bedanya mungkin jika kebanyakan atlet akan memiliki otot yang membuat mereka nampak maco dan sangar, berbeda dengan Karu yang memiliki otot juga hanya saja tidak terlalu terlihat entah kenapa. Armasa bahkan pernah mengira Karu itu wajahnya saja yang seperti laki-laki tapi tubuhnya perempuan, eh ternyata ada belalai gajahnya juga sama seperti dirinya. Kan gak jadi naksir?

"Putaran ke 7!" Mendengar hal itu Karu menambah kecepatannya walaupun dia merasakan lelah.

"Ingat! Kalau enggak kuat jangan maksa!"

"Putaran ke-8!"

"Putaran ke-9!"

Tepat sebelum Karu bisa mencapai putaran ke-10nya-

Bruk!

Tubuh Karu tersungkur jatuh ketanah karena kehilangan keseimbangan akibat terlalu lelah, sampai-sampai kakinya merasa kebas yang luar biasa. Armasa yang melihat itu pun lantas berlari kearah Karu untuk menolongnya.

"Si goblok! Udah dibilang kalau gak kuat jangan maksa tetep aja maksa! Mati-mati sana lu kek! Dibilangin ngeyel!" Armasa memberikan botol air namun ditolak oleh Karu.

"Ka- kaki gua Ar," Armasa mengerti dan segera mengubah posisi kaki Karu agar tidak kesemutan, digoyangkannya telapak kaki Karu lalu memijitnya untung meminimalisir kebas pada kakinya Karu.

Dada Karu naik turun, mencoba mendapatkan pasokan oksigen demi mengembalikan detak jantungnya kembali normal.

"Hah.. hah.. hah.. hah.."

"Elu begitu kayak ngedesah dah," celetuk Armasa namun tidak digubris oleh Karu karena dia masih sibuk mengambil oksigen dengan rakusnya.

•~•

•~•

•~•

•~•

•~•

🪷Have No Magic, Is That Problem?🪷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang