Halo hai geis....apa kabar kalian semua?
Mohon maaf udah lama gak up ya....
Gue lagi sakit soalnya
Ada kecelakaan
•
•
•
•
usahakan jangan jadi makhluk gaib yang tidak nyata ya para readers
•
•
•
•
•Sejak hari itu, seluruh perasaanku luruh bersama air mataku, dan sejak hari itu juga aku paham bahwa diriku tidak seberharga itu.
~Zena~
•
•
•
•
•Prang....prang...prang....Bunyi pecahan benda terdengar saat aku baru memasuki rumah sepulang sekolah.
Guci yang seharga jutaan rupiah terlihat sudah tak berbentuk lagi, Foto yang ada di dinding sekarang sudah terlihat berada di atas lantai dengan bingkai yang sudah hancur, meja dan kursi pun sudah tidak berada pada tempatnya lagi.
"Ini semua kerna kamu!?" Hardik seorang pria kepada wanita di depannya
"Aku?. Kamu yang memulai segalanya!" Ucap wanita itu tak mau kalah.
"Diam kau dasar jalang!. Andai kau tak pergi pada malam itu semua ini tidak akan terjadi!" Ucap pria itu lagi.
"Itu juga kesalahanmu. Dia juga anakmu dasar pria brengsek!" Maki sang perempuan.
"Diam kau. Aku tidak pernah memiliki anak dari wanita jalang seperti mu" ucap pria itu.
Zena berjalan menuju kamarnya berusah untuk terlihat tidak peduli dengan pertikaian kedua orang dewa yang ada di hadapannya.
Dan kedua orang dewasa itupun juga seolah tak melihat kehadirannya, mereka terus bertengkar tanpa menghiraukan kehadiran Zena.
Zena namanya seorang siswi SMA CAKRWALA yang masuk kedalam kelas 2Z1. Tak ada nama keluarga dalam namanya kerna baik ibu dan juga ayahnya tidak ada yang mengakuinya.
Mungkin kehadirannya hanya sebuah malapetaka bagi kedua orangtuanya. Dia juga tidak tau bagaimana dia bisa bertahan selama ini, dengan kondisi yang bisa di bilang lebih buruk daripada hancur.
Lingkungan keluarga yang jauh dari kata harmonis atau bisa di bilang bukan keluarga? Kerna selama ini kedua orangtuanya bahkan tidak pernah terikat dalam hubungan pernikahan.
"Apakah salah jika aku ingin bahagia?"
"Apakah salah jika aku merasa iri dengan mereka?"
"Apakah aku memang sebuah petaka?"
"Apakah aku lebih baik tiada?"
Yah itulah yang sering dia pikirkan dalam lamunannya saat kedua orangtuanya ada di rumahnya dalam waktu bersamaan. Kerna saat Meraka ada dalam waktu bersamaan hanya pertengkaran yang akan terjadi.
Yah Zena memang sudah terbiasa dengan itu semua. Sejak dia kecil dia hanya di besarkan oleh pembantu rumah tangga dan saat dia mulai beranjak dewasa dia tinggal bersama dengan seorang pembantu rumah tangga dan juga sopir.
Klek....Suara pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita yang entah layak atau tidak di panggil ibu oleh Zena itu masuk kedalam kamar Zena.
Dia langsung menghampiri Zena dan menarik nya dengan kasar untuk bangun dari tempat tidur. Yah tadi posisi Zena memang sedang berbaring di tempat tidur.
Bugh...Zena di lemparkan di lantai kamar oleh wanita itu...plak...plak...plak...tamparan demi tamparan di layangkan oleh wanita itu di wajah Zena.
Wanita itu keluar sebentar dan mengambil rotan lalu kembali merotan tubuh belakang Zena pak...pak...pak...bunyi yang menggema di dalam kamar itu kerna ulah sang wanita.
Tak ada suara yang keluar dari mulut wanita itu hanya ada tetesan bening yang keluar dari pelupuk matanya tapi dia tetap melayangkan rotan ke punggung belakang Zena.
Sementara itu Zena. Terlihat di bagian punggung nya sergam nya yang sudah sedikit memerah. Mungkin belakang punggung nya sudah mengelupas imbas rotanan dari ibunya itu.
Tak ada ekpresi yang keluar dari wajah Zena, bahkan buliran bening pun tak ada yang keluar dari matanya. Hanya wajah datar seakan dia tidak merasa kan apapun.
Mungkin kerna sudah biasa dengan hal ini jaid Zena tak merasakan sakit sedikit pun atas perlakuan ibunya itu. Bahan seringkali Zena berpikir mungkin ini adalah bentuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Setelah sekitar tiga puluh menit akhirnya wanita itu berhenti dan langsung keluar dari kamar Zena. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Zena terbaring lemas tak berdaya di atas lantai kamar yang dingin. Walaupun dia tidak merasa kan sakit dari perlakuan sang ibu tapi tetap saja ada rasa lelah di dalam dirinya.
Setelah sekitar dua puluh menita berlalu akhirnya Zena bisa bangkit. Di lihatnya bagian punggung nya. Hanya ada darah di yang sedikit mengering menempel di baju seragam nya itu.
Zena tak menghiraukan nya lagi. Dia mengambil beberapa pil yang ada di laci meja dan langsung menelan nya tanpa menggunakan air.
Setelah itu di ambilnya jaketnya di dalam lemari dan langsung memakainya tanpa mengganti seragam sekolah nya.
Beberapa minuman keras yang ada di bawah tempat tidur langsung dia masukkan ke dalam tas dan dia pun langsung Turing ke bawah untuk pergi.
Nampak kondisi rumah yang sepi dengan kondisi sama dengan kapal pecah atau lebih parah lagi.
Zena tak menghiraukan itu dan langsung ke bagasi dan mengambil helm full face dan mengendari sebuah motor sport bewarna hitam dengan sedikit list putih.
•
•
•
•
•Setelah sekitar dua puluh menitan berkendara akhirnya Zena memarkirkan motornya di sebuah warung yang ada di belakang SMA CAKRAWALA.
"Tutup dulu ya buk" ucap Zena pada sang pemilik warung.
"Aman non" ucap pemilik warung yang sudah biasa dengan hal seperti itu.
Zena melihat tembok tinggi yang ada di belakang SMA CAKRAWALA itu, di ambilnya tangga yang ada di samping pohon mangga yang bisa di gunakan untuk anak-anak membolos.
Zena sudah sampai di atas tembok itu, tanpa pikir panjang dia langsung melompat dari tembok yang tingginya sekitar 2 setengah meter itu.
Terlihat kondisi sekolah yang sudah sangat sepi, bahkan anak-anak yang melakukan eskul pun mungkin sudah pulang semua.
Tujuan Zena sekarang adalah ruang musik yang ada di sekolah ini, kerna di sanalah akhir-akhir ini dia mencurahkan perasaannya.
Zena langsung menuju ruang musik yang ada di lantai dua, di lihatnya tempat itu yang sunyi tanpa penghuni.
Zena pun duduk di bawah piano yang ada di sana mengeluarkan seluruh minuman keras yang ada di tasnya.
Tak perlu berpikir Zena langsung membuka minuman keras itu dan langsung meneguknya dari botolnya.
Setelah sekitar menghabiskan satu setengah botol barulah pusing melanda kepala Zena dan menghilangkan pikiran nya.
Dia mulai mengoceh tidak jelas dan bernyanyi bahkan botol yang ada di sampingnya sudah pecah.
Zena menggoreskan pecahan botol kaca itu di lengannya. Tak ada rasa sakit yang di rasakan nya.
Sampai saat dia bernyanyi dia mendengar bahwa ada seseorang yang memanggilnya. Dan saat di mendongak dia melihat wajah sang ketos yang merupakan teman sekelasnya itu.
Apakah dia sedang berhalusinasi pikirnya ?
Tapi dia memang sedang mabuk jaid wajar dia berhalusinasi Kan? Tapi kenapa yang muncul malah wajah ketos itu? Kenapa tidak wajah yang lain saja?
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin Nanti
Random"Kita adalah korban dari ekpetasi kita sendiri" "Orang lain tidak punya hak untuk memenuhi ekpetasi kita" Gue Fajar Putra purnama cowok tampan dan juga cool. Jadi tak heran banyak kaum hawa yang terpesona dengan gue. Eits....tapi dari sekian bany...