24

147 28 21
                                    

Yeorin.

Ada saat-saat dalam hidup mu yang kau tahu akan kau ingat selamanya.

Situasi tertentu yang pedih dan telah membentuk siapa dirimu. Tadi malam adalah salah satunya. Psikopat macam apa yang mencabik-cabik mawar dengan tangan telanjang sambil berteriak seperti orang gila?

Rasa malu melanda ku.

Ini adalah level yang pernah ku capai. Anehnya, tadi malam adalah pertama kalinya aku tidur nyenyak dalam beberapa minggu. Seolah mengeluarkan sedikit uap di dalam pressure cooker entah bagaimana telah menenangkan jiwaku.

Aku tidak merasa bersalah karena bersikap begitu jahat. . .

Biasanya, aku akan merasa bersalah. Namun Choi Jimin adalah sebuah teka-teki tersendiri. . .

Aku tidak bisa lagi merasa kasihan.

“Aku tidak akan berteman dengan orang egois sepertimu jika kau adalah orang terakhir yang tersisa di dunia,” kataku. . .

Sebenarnya teriakan ku.

Itu adalah hal yang kejam untuk dikatakan — yang terburuk — tetapi itu hal yang pantas dia dapatkan.

Pintu lift di bangunan ku terbuka, dan aku melangkah keluar ke serambi dan masuk ke jalan.

“Apa yang terjadi di sini?”

Aku mendengar wanita itu masuk di depanku bergumam pelan saat dia berhenti dan melihat sekitar.

Ada kelopak mawar kuning bertebaran dimana-mana; bunga tunas yang remuk dan memar tergeletak di atas beton. Di jalan bangkai buket pipih dengan busur satin besar.

Astaga. . .

Aku menundukkan kepalaku dan melangkah melewati orang itu.

Aku melirik ke atas langit-langit untuk melihat di mana kamera berada. Aku ingin tahu apakah ada orang melihatnya di rekaman keamanan. Aku harap tidak . . .

Sungguh memalukan.

Aku naik bus dan membuka aplikasi wattpad. Aku tidak membaca genre rom-com biasa. Aku tidak tahan memikirkan semua cinta omong kosong itu. Aku membaca kisah dark-romance — mungkin cerita itu akan membawaku ke kegelapan. Sisi di mana kau tidak bisa mengambil apa pun, dan pembalasan mawar kuning sudah jatuh tempo.

Aku menggeser ke halaman berikutnya. Setiap anjing memiliki harinya masing-masing.

.
.
.
.
.

Jimin.

Aku menyesap kopiku sambil duduk di kafe di seberang jalan dari My Media.

Aku telah datang ke sini beberapa hari terakhir sebelum bekerja. Dongman memberitahuku bahwa Yeorin dulu juga begitu datang ke sini bersama teman-temannya.

Aku berharap untuk bertemu salah satu diantara mereka.

Mengapa?

Aku tidak tahu. Kata-kata Yeorin tadi malam terus terdengar dan terlintas dalam pikiranku.

Aku tidak akan berteman dengan orang egois sepertimu walaupun kau adalah orang terakhir di bumi. . .

Aku tidak ingin berteman dengan diriku juga jika aku jadi dia.

Aku belum pernah melihatnya begitu marah. . . .

Dia kehilangan banyak berat badan. Aku benci aku telah menyusahkannya.

Aku menyesap kopiku, dan aku merasakan ada sandaran tangan di tanganku bahu.

"Hei," kata Jungkook sambil duduk di sampingku sebuah bangku.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang