13

163 24 85
                                    

Bagaimana kalau kita berkeringat berdua?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana kalau kita berkeringat berdua?
.
.
.

Yeorin.

"Maukah kau bergegas, nona?” Jimin memanggil dari larinya di posisi depan.

Aku terengah-engah saat aku mencoba untuk mengikutinya. Ya ampun, dia mencoba membunuhku.

“Apa yang membuat mu terburu-buru?”

Dia berbalik dan berlari kembali ke arahku. Aku mengerutkan kening saat melihatnya.

“Ya Tuhan, kau sangat bersemangat dan energik di pagi hari.”

Dia tertawa dan berlari ketika aku terus berjalan. Ku lihat dia melakukan putaran sehingga dia masih bisa melihatku, lalu dia berlari kembali.

“Bagaimana kau berlari begitu cepat?”

Dia berlari mundur di depanku saat kami berbicara. “Yang aku lakukan adalah membayangkan seseorang mengejar ku dengan kapak.”

Dia bahkan hampir tidak kehabisan napas.

"Mwo?" aku mengerutkan kening. "Apakah kau bercanda?"

Dia menggelengkan kepalanya dengan seringai nakal.

“Alat relaksasi mu adalah dengan membayangkan seseorang sedang mengejarmu dengan kapak? sialan.”

Dia tertawa sambil berlari mundur. "Berhasil. Aku banyak berlari lebih cepat seperti itu.”

"Ini semua masuk akal sekarang," aku terengah-engah. “Teka-tekinya jatuh ke tempatnya di sini.”

“Teka-teki apa?”

“Punggungmu kencang karena tukang pijatmu terus menerus mengeluarkannya agar dia bisa menidurimu lagi."

Dia menyeringai.

“Latihan relaksasimu adalah dikejar kapak pembunuh."

Dia tertawa.

“Dan kau keluar tujuh malam dalam seminggu. Tidak heran kau stres, dasar bajingan gila.”

Dia menarikku ke arahnya dengan memegang kaosku dan mencium bibirku.

“Beruntung aku membuatmu tenang, bukan?”

"Benar sekali," aku terengah-engah.

Kita harus berhenti bicara. Aku tidak bisa berlari dan berbicara pada saat yang bersamaan.

Atlet Olimpiade, apa dia pikir aku seperti itu?

“Latihan apa yang kau rekomendasikan untuk ku lakukan? Untuk santai, maksudku,” dia bertanya sambil berlari di sampingku perlahan-lahan.

Aku berpikir sejenak. “Aerobik aqua.”

"Ha." Dia tertawa. “Aku tidak setua itu.”

"Kau sudah cukup tua," aku terengah-engah.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang