Prologue

27 14 9
                                    

Selamat datang di bagian pertama, yaitu Prolog!

Warning!
This is just fictions! Prepare yourself because a half story about family :)

Ikutin sampai akhir ya!

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


"Dasar keluarga miskin, kalau pinjem legoku jangan dirusakin, lihat kan kamu nggak mampu buat ganti rugi!"

"Bisa-bisanya kamu di sini, sana kamu tuh bukan level kita!"

"Anak kurang mampu seperti kamu, makan di kantin aja nggak bisa trus bayar sekolah pake apa?"

Mali kecil saat itu sangat ketakutan dan menangis di pojokan kelas, ia menangis histeris atas hinaan yang ia dapatkan di sekolahnya. Hanya walikelasnya yang peduli dan menceritakan keadaan Mali di sekolah pada Sang Mama.

Tentu saja Sang Mama khawatir setelah mendengar hal tersebut, ingin menuntutpun serasa tak bisa ketika mengingat seberapa jauh kelas sosial keluarganya dengan anak dari keluarga yang terbilang kaya.

Semenjak itu, Mali tidak ingin sekolah dan mengurung diri. Sang Mama lekas langsung melakukan sesuatu dengan membuat Mali homeschooling di rumah. Ya, sesekali Mali akan diajak keluar untuk bisa bersosialisasi dengan teman-teman yang bermain di taman.

Nyatanya sama saja, Mali mendapat perlakuan yang sama seperti di sekolahnya. Ia dihina-hina mengapa kamu miskin? Mengapa kamu berhenti sekolah? Mengapa, mengapa, dan mengapa. Usianya yang masih kecil, tetapi pikirannya diributkan oleh sesuatu mengapa?

Entah, Mali pun tidak tahu dan kenapa teman-teman sebayanya selalu bertanya mengapa? Sejak saat itu Mali didiagnosa mengalami gangguan kecemasan.

Orangtua Mali memutuskan pindah dari lingkungan yang sangat buruk tersebut yang membuat mental anaknya tak baik-baik saja. Berbeda dengan Chiara yang selalu melawan apapun hinaan yang ia terima bahkan ia selalu melindungi adiknya.

Mereka pindah ke lingkungan yang jauh lebih baik, Mali rajin terapi dan mulai lebih terbuka pada Sang Mama dan menceritakan banyak hal. Mali masih menjalani homeschooling sampai setara lulus sekolah dasar. Tahun di mana ia mulai masuk sekolah menengah pertama, ekonomi keluarganya mulai membaik berkat Chiara yang mengikuti ajang audisi model bahkan akting.

Sayangnya, di tahun Mali kelas satu sekolah menengah atas, Papanya meninggal. Mali melihat sendiri Papanya menolong seorang perempuan yang ditarik paksa masuk kedalam mobil dan Papanya dipukul dengan palu tepat di kepalanya. Mali menyaksikan itu dari kejauhan, dengan tangan serta tubuh gemetar mendekati Papanya seraya menangis sejadi-jadinya.

Our DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang