Ketika Wu Xie melangkah ke dalam ruangan di balik pintu, dia seakan memasuki dunia lain. Tidak seperti ruangan yang sebelumnya dia bayangkan, apa yang dia temui adalah dataran serupa taman dengan batu-batu pipih berkilau sebagai pijakan. Ada beberapa batu hitam berbentuk balok yang berdiri tegak. Di atasnya terdapat satu artefak kuno dalam bentuk dan rupa berbeda. Semuanya kuno, asing, unik, dan menakjubkan. Wu Xie mendongak ke atas dan ia tidak melihat atap melainkan hamparan langit malam berhias bulan yang hampir purnama dengan tiga garis yang diakhiri dengan lingkaran. Cahaya kekuatan magis mengelilinginya. Kekuatan yang lebih kuat dan lebih tua dari apa pun yang pernah ia temui sebelumnya. Wu Xie tidak bisa mengalihkan pandangan dari pemandangan indah ini.
"Apa yang kau lihat hanyalah ilusi," Xiao ge bersuara demi melihat reaksi Wu Xie yang terpaku.
"Ilusi?"
"Ini hanya sebuah ruangan. Tapi ya, kita seakan-akan melangkah ke dunia luar. Leluhur keluarga Zhang yang merancang ruangan rahasia ini."
Wu Xie berdecak kagum. Ruangan ini, ah tidak, maksudnya taman ini seperti sebuah museum yang menyimpan beberapa benda antik yang berharga. Para pemburu harta karun mungkin akan histeris melihat koleksi ini, para arkeolog akan tergila-gila. Wu Xie mendekati salah satu artefak berbentuk ukiran naga yang memiliki sayap. Entah dari batu apa karya seni itu dibuat. Kilaunya hijau pucat redup dan sesekali memancarkan sinar keperakan. Perlahan-lahan tangannya terangkat menjangkau benda itu, sangat ingin menyentuhnya dan merasakan kilaunya di kulitnya, namun Wu Xie menariknya kembali di saat-saat terakhir.
Apakah karena ketakutan akan kekuatan bawaannya? Ataukah akal sehat yang mengingatkannya pada aturan tak tertulis bahwa tidak boleh sembarangan menyentuh artefak kuno karena sebagian bisa saja merupakan jimat yang memiliki kekuatan. Tapi apakah jimat ini berasal dari dunia ini? Itu sangat indah dan seolah hidup.
"Patung naga itu berusia sekitar sepuluh ribu tahun," Xiao ge berkata pada Wu Xie, mengamati gerak-geriknya. "Itu ditemukan di dasar sungai kuno di kawasan provinsi Jing. Kabarnya, menyentuh benda itu terlalu lama akan membuatmu terhipnotis dan hidup dalam ilusi selama beberapa lama."
Astaga, untung saja ia tidak jadi menyentuhnya. Wu Xie menoleh pada Xiao ge. Di bawah cahaya bulan redup, matanya berkilau seperti batu safir hitam yang indah. Menatapnya penuh minat.
"Indah tapi menakutkan," gumam Wu Xie, bergerak ke balok lainnya yang juga memiliki satu artefak yang berbeda.
"Tapi apa yang dimaksud dengan hidup dalam ilusi?" tanyanya kemudian.
"Itu seperti ... seolah kau berada dalam posisi tidur, jiwamu tertarik ke satu dimensi yang berbeda dan menjalani kehidupan yang semu."
"Oh, ya ampun. Apa seseorang itu bisa kembali sadar?"
"Ya. Tapi jika dia menyukai ilusinya dan tidak ingin kembali. Dia bisa tidak sadarkan diri dalam waktu lama."
Keduanya kini berdiri di dekat satu benda kuno lain. Bentuknya seperti mangkuk yang memiliki empat kaki pendek berukir. Warnanya hitam dengan gradasi keemasan yang indah.
"Ini cawan ajaib," ujar Xiao ge.
"Apa keajaibannya?"
"Jika kau membakar dupa di atas cawan ini, kau bisa meminta manfaat yang kau inginkan dari asapnya dengan merapalkan sebaris mantra."
"Woah, itu seperti sihir." Mata Wu Xie berbinar antusias.
"Kau tahu mantranya?" ia bertanya.
"Tidak. Catatan mantranya tidak ditemukan. Tapi mendiang kakekku menghafalnya."
"Jadi seseorang harus memanggil arwah kakekmu untuk menanyakan mantranya." Dia tertawa kecil, lantas menelan kembali suaranya dan menyesali lelucon buruk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Light of The Moon (Pingxie)
FanfictionWu Xie pergi ke kaki gunung Zhongsan dalam upaya mencari tanaman rumput biru untuk ramuan obat. Saat mengunjungi kembali rumah tua peninggalan sang kakek di kawasan itu, Wu Xie dikejutkan oleh penampakan seorang pria berhoodie hitam yang datang dan...