02 : Shadow

401 47 13
                                    

Untuk beberapa lama, efek kata-katanya mengendap di udara. Wu Xie tidak berharap Paman Li percaya, tapi saat pria itu memaksakan tawa kering dan berkomentar tentang imajinasi dan khayalan, tak urung Wu Xie merasa kesal.

"Ah, sudahlah. Aku tahu kau akan mentertawakanku," gumamnya malas.

"Ini konyol dan tidak keren, Tuan Muda tampan." Paman Li tersenyum lagi kemudian menghilang ke dapur.

Terlalu kesal untuk mengatakan sepatah kata pun, Wu Xie bergerak dari meja makan ke ruang depan, berdiri di jendela setinggi satu setengah meter dengan tirai masih setengah terbuka. Melalui kaca jendela, ia melihat bulan terbit di atas bidang yang gelap. Awan telah menghilang, dan bulan yang hampir purnama menggantung tepat di atas puncak pepohonan. Langit bertabur bintang, lebih dari yang pernah dia lihat. Tiba-tiba rasa penasaran yang ganjil menuntun fokusnya kembali ke rumah sebelah. Mengintip ke halamannya yang luas dan gelap. Lampu jalan membantu memberi penerangan di sekitar pagarnya yang sudah berkarat.

Tatapan Wu Xie terkunci pada sosok misterius yang melihat bintang dan bulan yang sama. Dia mungkin mendengar paduan suara jangkrik di pepohonan, dan merasakan angin malam menyejukkan kulitnya. Seperti yang dia rasakan sekarang. Tanpa sadar, Wu Xie merapatkan sweater yang dia kenakan, melipat lengan di depan dada.

Ada seseorang berjalan melintasi halaman-seorang pemuda dengan setelan serba gelap dengan hoodie hitam. Dia mungkin sedang menikmati malam musim panas dan sepertinya melangkah dari imajinasinya ke dunia nyata. Wu Xie menatapnya terpesona, yakin sekarang bahwa sosok adalah orang sungguhan, keluar untuk jalan-jalan malam. Saat itu, si pemuda tiba-tiba menoleh padanya, melintas jarak antara halaman rumah mereka, dia seakan tahu bahwa Wu Xie tengah menatapnya. Wajah pemuda itu putih cemerlang, sepasang mata tajam dan gelap, dan bibir tipis yang sinis.
Untuk beberapa saat Wu Xie tertegun kaku, hingga berhasil mengumpulkan kembali fokusnya.

"Paman Li!" Dia memanggil si pria tua yang segera muncul dari dapur.

"Kau memanggilku?"

"Ya, kemarilah."

Tepat ketika Wu Xie akan memberi isyarat kepada Paman Li untuk bergabung dengannya di jendela, sosok pemuda itu segera menghilang ke dalam kabut.

Bingung, Wu Xie menoleh pada Paman Li yang baru saja mendekat.

"Apakah kau melihat orang itu?" tanyanya dengan wajah linglung.

"Di mana?" Paman Li mengintip ke halaman. "Aku tidak melihat siapa pun di luar sana."

"Dia sudah pergi sekarang, tapi dia ada di sana." Wu Xie menunjuk ke halaman rumah tua itu. "Seorang pemuda."

Paman Li menggelengkan kepalanya. "Tidak ada pemuda dalam radius seratus meter. Tetangga kita rata-rata hanya pasangan lanjut usia."

"Tapi aku yakin-"

"Matamu tertipu bayangan," kata Paman Li, tegas, mematahkan hati. "Kau melihat bayangan pohon, itu saja."

"Paman ... " protes Wu Xie.

"Sudahlah, Jagoan." Pria tua itu tersenyum, menepuk bahunya lembut.

"Kau terlalu serius dengan penampakan yang kau lihat di jendela rumah itu. Sekarang pergilah istirahat, aku akan mengirimkan susu hangat ke kamarmu."

Wu Xie masih ingin berdebat, tapi sekali lagi ia menoleh ke tempat di mana orang itu terlihat. Namun hanya ada bayangan pohon bergoyang di bawah temaram lampu jalan. Seketika ia kehilangan minat dengan cepat. Meskipun tidak sering, ini bukan pertama kali ia melihat sosok yang tak terlihat oleh orang lain. Namun kali ini, ia merasa cukup terganggu. Entah dengan wajah pemuda itu, atau sorot tajam matanya.

In The Light of The Moon (Pingxie) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang