5. Suspect

1.1K 99 60
                                    

Baek Jiwon berlari di koridor rumah sakit, pikirannya bercabang ke semua tempat, raganya berlari menuju resepsionis.

“Pasien atas nama Park Soohyun di kamar mana? Saya Baek Jiwon, walinya.” katanya terburu-buru, terdengar dari nafasnya yang tak beraturan. Resepsionisnya mengangguk mengerti.

“Ruang Tulip 4 lantai 3 Nona.”

Jiwon mengangguk lalu berjalan cepat menuju lift, ia segera menekan tombol angka 3 dengan hati yang was-was. Begitu pintu lift terbuka, ia segera mencari ruang tulip, sebelum membuka pintu, ia menetralkan nafasnya yang sudah kacau balau.

“Aku harus tenang. Oke Jiwon, kumohon tenanglah.”

Wanita cantik itu membuka pintu, lalu melihat Soohyun sedang menonton televisi, hatinya merasa lega sekaligus khawatir.

“Soohyun oppa? Bagaimana keadaanmu?” Ia bergeming di pintu. Soohyun melihatnya berseri, “Jiwon? Sini sini...”

Jiwon mendekat, ia mengambil kursi dan duduk di samping Soohyun. Kepalanya diperban, tangannya di-gips.

“Apa yang terjadi?” tanyanya.

“Setelah mengantarmu pulang, aku berjalan kaki pergi ke toko buku. Tiba-tiba, sebuah mobil menabrakku saat lampu merah. Mobilnya melarikan diri, aku langsung tak sadarkan diri. Tanganku patah dan kepalaku mengalami pendarahan. Saat itu, aku juga tidak membawa handphone.” terangnya.

Jiwon tercengang, apakah yang ia alami tadi sebuah mimpi? Jika iya, mimpi macam apa? Atau, khayalan macam apa?

“Orang tuamu... dimana? Pihak rumah sakit mengatakan, kau menjaminkan aku sebagai walimu.” Jiwon bertanya hati-hati.

“Orang tuaku sudah meninggal, ibuku 3 tahun yang lalu karena gagal ginjal, ayahku setahun yang lalu karena serangan jantung. Aku anak tunggal mereka.” Soohyun menjelaskan, sedangkan Jiwon menahan untuk tidak mencurigai apapun saat ini.

“Maafkan aku, aku tidak bermaksud.”

It's okay already.”

Jiwon tersenyum tipis mendengarnya, “Lalu? Bagaimana bisa pihak rumah sakit menghubungiku?” Jiwon bertanya lagi.

“Aku hafal nomormu. Tidak ada lagi, maaf ya karena merepotkanmu? Sebenarnya aku ingin kau ke rumahku untuk mengambil ponsel dan kartu-ku, dengan begitu aku akan langsung membayarnya.” ucapnya, Jiwon mengangguk paham. “Ah... begitu. Tidak apa-apa, aku akan mengurus administrasinya dulu.”

Soohyun menggeleng, “Aku pakai asuransi, bisa aku gunakan, aku hanya menjadikanmu sebagai waliku.” katanya, Jiwon mengangguk lagi.

“Ini sudah malam, maafkan aku karena kau harus kesini malam-malam.” Jiwon tersenyum tipis, “Yang penting kau baik-baik saja.”

“Jiwon-ssi, apa kau akan, bermalam disini?”

Jiwon melirik sofa panjang dan selimut di dekat sana, “Kalau kau mengizinkan... ini sudah malam.”

Soohyun mengangguk, “Maaf ya, kau jadi harus tidur di sofa.” sesalnya, Jiwon menggeleng, “Kita memang harus tidur terpisah.” ia terkikik geli.

Oppa tidurlah. Besok aku akan ke rumahmu.” katanya.

Jiwon terlalu lelah dengan beberapa hal yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Dia perlu istirahat untuk mengumpulkan energi di esok hari. Dia perlu memastikan segalanya atau hidupnya dalam permainan kecil, atau jebakan doanya sendiri.

Gadis itu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya, lalu tidur menghadap sofa alih-alih menatap Soohyun yang belum terlelap.

“Kau membelakangiku?” ia protes, lalu mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

✅Behind The Life | Kim Soohyun Kim JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang