<<REVISI>>
Sakura sudah siap, ia sudah memasukkan tiketnya kedalam tas kecil yang dibawanya. Karena acaranya tidak terlalu formal ia hanya memulas wajahnya dengan make up sederhana. Rambut panjangnya sengaja dibiarkan tergerai, sebelah kirinya diselipkan kebelakang telinga memamerkan sebuah anting-anting yang sudah lama tak dipakai olehnya, ya, perhiasan tersebut adalah hadiah ulang tahun dari neneknya.
Ia melihat kearah cermin besar sekali lagi, dihelanya nafasnya sedikit berat. Ia pasti bisa! Sakura sudah berkali-kali melihatnya, sasuke pasti kaget akan kedatangannya. Ya, Sasuke pasti pangling melihatnya, ia harus menampilkan senyum terbaiknya. Sebelum kakinya melangkah meninggalkan kamarnya ponselnya berbunyi, dari Ino, bukankah wanita itu bilang sibuk?
" Ya No " Sahutnya , wanita disana menghela nafas sedikit berat.
" Udah siap-siap? Aku cuma mau sampein kalo kamu harus nebelin hati disana. Aku denger-denger kekasihnya datang " Sakura terdiam, Jadi.. mereka benar-benar sungguhan? Sakura menarik nafasnya agar hatinya sedikit tenang, tidak boleh ada tangisan atau riasannya akan luntur. Ia tersenyum kecil sambil berdehem.
" Aku siap! " Jawabnya mantap. Seorang disebrang sana tersenyum simpul, ia harap ucapannya bukanlah omong kosong belaka. Ia sebenarnya sudah lelah menesehati Sakura untuk menjauhi Sasuke, playboy itu hanya akan membuat hatinya patah kembali, dan ia tak menginginkan sahabatnya kembali pada masa-masa kelamnya.
Padahal ia harap berita yang baru saja ia sampaikan ini akan memundurkan niatnya untuk pergi, tapi Sakura malah mantap, semoga saja tak terjadi apa-apa selama ia meninggalkan wanita itu sendirian dengan Sasuke, pria itu punya segudang cara untuk menyingkirkan sahabatnya itu dari pandangannya.
Sakura mematikan panggilannya, ia tahu kekhawatiran sahabatnya. Mereka bertiga melihat sendiri bagaimana Sasuke hanya diam saat Sakura dibully oleh kekasih dan juga para sahabatnya semasa sekolah dulu. Sungguh ia tak ingin mengingatnya lagi, ia ingin melupakan kenangan buruk yang membuatnya lari ketakutan hingga pergi jauh sampai ke London.
Niatnya ingin melupakan Sasuke, ia malah terjebak pada perasaan cintanya yang tak kunjung usai, ia kira perasaannya waktu itu hanyalah cinta monyet semata karena Sasuke menolongnya bahkan sampai menggendongnya, tapi ia malah terus saja berkubang pada masa lalu. Dimana ia tak bisa melupakan pangeran kuda putih yang sudah menolongnya dahulu.
Berbanding terbalik sekali dengan dirinya, Sasuke hanya menganggap itu hanyalah rasa peduli terhadap sesama. Pria itu terang-terangan tak menginginkannya, dan merasa hal tersebut wajar dilakukan setelah melihat seorang gadis terjatuh dan tak bisa berjalan.
Ia menuruni tangga setelah memastikan semua barangnya terbawa. Dari atas ia bisa melihat Ibu nya dan juga Ayahnya tengah duduk sambil menonton televisi, hari sabtu memang biasa mereka manfaatkan untuk duduk dan bersantai dirumah, bahkan tidak sering mereka pergi berdua saja untuk sekedar berbelanja keperluan pribadi maupun dapur.
Ia berjalan mendekati mereka, semalaman ia habiskan untuk bergadang dan menikmati waktu bersantai berempat, kakaknya Sasori juga ikutan pulang cepat dari pekerjaannya demi menyambutnya pulang.
" Mau kemana? " Tanya Ibunya , Sakura tersenyum sambil mencium kedua belah pipinya.
" Ada acara, aku mau ketemu Sasuke " Sahutnya jujur, memang selama ini sama sekali tak ada yang disembunyikan oleh Sakura dari kedua orang tuanya. Walaupun berbohong, hari kemudian ia akan mengakui kesalahannya.
" Sasuke? Sasuke Uchiha? " Tanya Ayahnya, dengan pandangan malu-malu ia mengangguk. Sejujurnya kedua orang tuanya itu sudah mengetahui siapa Sasuke sebenarnya. Sasuke yang baru saja disebutkan olehnya memang orang yang sama, anak laki-laki dari sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Tangan Orangtua✔
Fanfiction📍 Mature For Language Content 📍 UPDATE SETIAP RABU Kejadian dari masa lalu membuat Sakura meninggalkan negaranya karena pria yang disukainya telah melukainya. Bagaimana kisah pertemuan mereka setelah terpisah beberapa tahun? ...