Sementara dihari berikutnya, Elora yang telah menolak mentah-mentah permintaan ayahnya untuk
Pulang ke kastil utama merasa kesepian.Elora menyesal, karena sebenarnya ia sangat merindukan sang ayah, namun harga dirinya yang begitu tinggi membuat Elora terpaksa melakukan itu.
Ia berpikir dengan melakukan hal tersebut, ayahnya akan mengusir Maeryn dan meminta maaf padanya, namun sampai saat ini, sang marquess tak kunjung menemuinya lagi.
Hingga akhirnya kebosanan membuat ia meninggalkan kastil Aurorise untuk mendapatkan penghiburan.
***
Elora mendatangi sebuah danau besar yang memiliki pemandangan indah, itu adalah tempat ia bertemu dengan Grand duke pertama kali saat umurnya delapan tahun.
Ia berharap perasaan gundahnya sirna jika mengingat hal indah.
Dengan mengenakan gaun bewarna pastel, Elora menyusuri jalan kecil yang dipinggirnya mengalir air jernih, hingga ikan yang berenang didalamnya terlihat jelas.
"Apa yang kau lakukan ditempat ini?".
Suara pria memecah keheningan kala itu, sehingga membuat Elora terkejut, dan ketika menoleh kearah suara itu, ia mendapati Grand duke yang sedang berdiri menatapnya dingin.
"Grand du, Tuan?".
Lenguh Elora, seakan tak percaya dengan sosok yang dilihatnya itu, karena selama setahun ini ia tak mendapat kabar mengenai Grand duke, bahkan Grand duke tak membalas surat yang dikirimkan Elora saat ia mendapat tugas diselatan.
"Sebaiknya pulanglah, karena ayahmu sangat mengkhawatirkanmu."
Ujar Grand duke, sembari berjalan melewati Elora.
"Mengapa anda peduli?".
Suara Elora sedikit menekan, karena ia tahu Grand duke adalah orang yang dingin terhadapnya.
Namun Grand duke tak menjawab perkataan Elora dan berjalan lurus menjauh dari Elora.
"Killian!".
Pekikan Elora sontak membuat Grand duke menghentikan langkahnya, namun ia tak menoleh sedikitpun.
"Segera pulanglah Elora."
Elora yang mendengar ucapan dingin itu, seketika berlari kearah Grand duke dan memeluknya dari belakang.
"Mengapa kau lakukan ini padaku? Apakah aku pernah membuat kesalahan? Mengapa semua orang membenciku? Bahkan ayah membuangku karena seorang anak haram."
Elora menangis, sehingga membuat air matanya membasahi bagian belakang Grand duke, saat itu Grand duke diam, namun pikirannya sedikit marah akan ucapan yang dilontarkan Elora, ia mengingat malam dimana Maeryn yang rela mencuri kuda ayahnya hingga terluka demi mencari Elora.
"Jawab aku Killian, ku mohon."
Lenguh Elora yang masih sesegukan.
Perlahan Grand duke melepaskan pelukan Elora dan membalikkan tubuhnya, ia menatap mata Elora yang membengkak.
Grand duke sedikit merasa bersalah dengan sikapnya yang keterlaluan, sebenarnya tak ada rasa benci akan diri Elora, hanya saja setelah dewasa, ia mulai menjaga jarak dengan teman masa kecilnya itu agar fokus pada tujuannya.
"Elora, aku akan mengantarmu pulang."
Kalimat itu membuat hati Elora luluh seketika, perlahan ia menganggukkan kepalanya, dan berjalan beriringin dengan Grand duke, matanya masih berkaca-kaca antara perasaan sedih dan senang.
***
Setelah menempuh perjalanan setengah hari, akhirnya Elora dan Grand duke tiba dikastil utama Marquess.
Para pelayan yang melihat begitu terkejut dan segera memberitahu Marquess.
Dengan langkah yang berlarian kecil, Marquess menghampiri Elora dan memeluk putrinya itu.
Para pelayan menatap haru, karena nona yang tak pernah jauh dari tuannya sejak kecil, kini telah kembali.
"Aku segera pamit, marquess ."
Ujar Grand duke yang telah beranjak pergi.
"Meski anda telah membantu Elora kembali kekastil, namun saya masih tetap pada pendirian saya."
Grand duke yang telah berada dipunggung kudanya, tak memperdulikan kalimat itu dan melengos pergi.
Elora hanya diam karena tak mengerti akan obrolan sang ayah dengan Grand duke.
Ia senang ayahnya menyambut kepulangannya, sosok Maeryn yang kala itu tidak terlihat, membuat Elora lega.
***
"Beristirahatlah Elora, Ayah masih ada pekerjaan lain, dan pelayan baru yang telah ayah siapkan untukmu telah menanti, katakan padanya apapun yang kau butuhkan."
Tutur Marquess sembari memenganggi kedua pundak putrinya dengan ekspresi yang tampak terpukul.
"Ayah, maafkan aku karena membuatmu bersedih, dan terima kasih telah menyambut kepulanganku."
"Tidak nak, ayahlah yang bersalah. Ayah sangat bersyukur kau sudi kembali, ayah akan berusaha membahagianmu, dan untuk janji ayah mengenai adikmu, dalam waktu dekat ayah akan menceritakannya padamu."
Pungkas marquess sebelum meninggalkan Elora didepan pintu kamarnya, Elora tak menyangka sang ayah menyinggung hal itu, seketika ia tersenyum sinis dan merasa lega.
"Selamat datang kembali nona, saya akan membantu ada bersiap sebelum waktunya makan malam. Meski saya baru bekerja hari ini, namun saya tahu tentang perasaan anda yang gundah."
Ucap seorang pelayan yang disebutkan oleh marquess sebelumnya.
"Apa maksudmu?".
Seru Elora dengan nada yang memekik.
"Maaf jika anda tersinggung nona, menurut informasi yang saya dengar dari gosip para pelayan, anda kesulitan karena anak yang tak jelas asal-usulnya, anda harus tahu bahwa ia menerima banyak hadiah dari seorang pria, semalaman ia terus mengurung dirinya dan bahkan makan didalam kamar, apakah menurut anda itu tidak mencurigakan? Bagaimana mungkin ia mengenal bangsawan kaya hingga rela membelikannya gaun mahal."
Mendengar ucapan itu, seketika Elora mengernyitkan dahinya dan ia segera berjalan cepat menuju kamar Maeryn, sontak Elora membuka pintu kamar adiknya yang tidak terkunci itu.
"Pelayan, geledah kamar ini segera dan keluarkan semua hadiah dari pria asing yang tak kita ketahui itu."
Teriakan Elora membuat Maeryn terkejut, namun ia tak mampu berbuat apa-apa, karena perasaan takutnya.
Maeryn yang terbaring diranjang, terus menatap pelayan yang mondar-mandir mengeluarkan gaun hadiah miliknya.
"Memang sikap seperti inilah yang harus kau tunjukkan, apa kau tak ingin mengucapkan selamat tinggal pada gaun-gaun indahmu yang sebentar lagi akan menjadi abu?".
Tanya Elora dengan senyuman yang mengejek, sesekali ia tertawa puas saat melihat adiknya yang tak berdaya.
Hanya tetesan air mata yang menjadi jawaban atas kesedihan Maeryn, satu-satunya yang tersisa adalah sapu tangan milik grand duke yang masih dalam genggamannya, karena ia bermaksud untuk mengembalikan sapu tangan itu.
____________________________________
Kalau kalian jadi Elora akan melakukan hal yang sama atau menerima dengan lapang dada dan menjadi kakak yang penyayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Revenge Become One [END]
Historical FictionElora Dauphine nekat mendekati Pria yang tak dicintainya demi membalaskan dendam kepada sang adik tiri, Fleur Maeryn. Namun Zedekiah Kael, seorang putra mahkota tertarik dengan perangkap Elora. sayangnya Elora mencintai pria lain, Grand Duke yang ta...