Kriminal 7 ||Kepercayaan

29 6 1
                                    

"Bayangkan hidup jika semua orang hanya sabar dan memaafkan. Bukankah itu terasa begitu membosankan? "

~Jiovirga Athikara~

______________________________________________

Satu minggu kemudian....

Athara menatap satu persatu anak buahnya, mata tajam itu menyusuri ke-sepuluh anggota baru Leviroz yang telah babak belur. Kali ini bukan Athara yang memukuli mereka, bukan!

"Satu banding sepuluh. " Athara berbicara pelan, namun tajam. "Satu orang doang... "

Brak

"LO SEMUA GA BISA BUNUH SATU MANUSIA AJA, HAH?!"

Athara menendang meja di depannya hingga terbalik di lantai. Ke-sepuluh pria itu menundukan kepala mereka.

"Lo semua denger gua gak?! " bentakan Athara menggema di markas itu

Mereka semua menyahut, "Iya bos. "

"Trus Kenapa Bisa Gagal? JAWAB!!"

Rean yang sedang duduk di santai di ruangan lain, untuk bermain ponselnya. Meski sudah memakai headset, namun suara keras musik di headset itu tidak bisa mengalahkan besarnya suara basoka Athara.

Rean mematikan ponselnya, ia melepas headset-nya, Rean meletakan semua itu dan segera menemui Athara yang telah menarik kerah salah satu pria untuk memukul wajahnya.

"Lo ga bisa apa ngarahin mereka dengan becus?!" Athara membentak, "Lebih baik gue hancurin wajah lo sekarang, setelah itu baru beban kaya lo ini bakal gue keluarin dari Leviroz. "

Athara mendak melayangkan tinjunya, namun langsung di tahan oleh Rean. "Cukup. "

Athara mengepal tangannya lebih kuat, ia menurunkan tangannya dengan kesal. "Gue mau Leon mati. "

Rean hanya diam dengan wajah datarnya.

"Harusnya cowok bangsat itu mati!!"

Athara menendang meja yang terbalik tadi hingga benar-benar rusak. Rean tetap diam, ia begitu tenang menghadapi situasi itu.

"Kak... "

Mata Athara, Rean dan ke sepuluh pria tadi teralih pada seorang gadis yang baru memasuki markas Leviroz. Nara, gadis dengan baju sekolah SMA Diwanta yang masih di kenakannya, rambut panjang yang di ikat dua ke samping. Gadis itu menatap Athara dengan sangat lugu.

"M-maaf Ara ke sini cuma... Ara... " Nara dengan gugup berbicara, ia menggenggam sandangan tasnya dengan kuat

Athara menatap Nara sejenak, sebelum mata tajamnya tertuju pada kesepuluh pria tadi. "Lo semua bisa bubar. "

Setelah kesepuluh orang itu keluar, Nara segera berjalan menghampiri Athara. "Ngapain lo kesini? "

Nara meletakan tasnya di atas sofa, "Aku tadi lagi jalan-jalan, truss liat motor kakak parkir di depan. Aku mau ngasih ini. " Nara memberikan sebuah kalung pada Athara

"Kalung... "

Alex dan Kevin masuk dan menemui Athara, "Bos... " Alex yang hendak berbicara, terhenti saat melihat Nara berada disana. Alex tersenyum manis, "Hai Nara. "

Nara tersenyum kaku, "H-hai, kamu siapa?" polosnya

Alex meraih tangan Nara, dan mencium punggung tangan gadis itu seolah pangeran yang mencium tangan calon istrinya [🔪>o<]

"Gue abang Alexander Arbenka, panggil aja Alex. " ucapnya dengan kikikan di akhir katanya

Nara tertawa pelan, "Hai Alex, aku Nara. "

ATHARA [Gengster or mafia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang