4. Saling menyemangati

10 2 0
                                    

Team 1..

Kini tinggal lah mereka berempat, entahlah, kesunyian melanda mereka, mereka saling menyalahkan satu sama lain atas kegagalan Abhi untuk lanjut ke bab selanjutnya. Mereka berempat tak bersuara sejak tadi, mereka sama sekali tak mengucapkan sepatah katapun, kecuali dalam hatinya yang terus melontarkan kata-kata.

Salah! Salah! And Salah! Manusia juga pernah salah, jangan egois gitu. Gue juga gak mau kayak gini keadaannya.
Batin Vika.

Ya, tentu saja..ia sebenarnya tak bisa berdiam diri, karena sebenarnya Vika orang yang SUPER AKTIF. Begitu pula dengan Arkan, ia paling menyalahkan Kayla, karena tadi Kayla kurang membantu namun malah Abhi yang keluar.

Sialan! Harusnya Kayla! Kenapa Abhi!?
Batin Arkan.

Mereka sama-sama menyadari ke egoisan satu sama lain. Rendra membuka obrolan, ia tak tahan dengan berdiaman seperti ini.

"Em.. kalo.. Abhi keluar harusnya kita gak boleh nyerah, jangan sia-sia in semua pengorbanan temen-temen kita yang satu persatu keluar." Ucap Rendra.

Mereka semua sadar, Arkan menghadap ke arah Kayla.

"Maaf." Satu kata yang membuat Kayla tersenyum.
"Gue juga minta maaf." Jawab Kayla.

Vika dan Rendra sama-sama tersenyum.

"Iya, kalo kita mau lanjutin mimpi harusnya kita gini."

***

Mereka kini masuk ke babak selanjutnya, entahlah mereka merasa kesepian. Kehilangan teman-temannya adalah hal yang paling sulit, padahal biasanya juga mereka kalau tidak saling membenci atau saling beradu, sungguh berakhir dengan kesepian dan sakit yang tersisa. Abhi, Aqilla, Calista, Belva, Ratu, Zeinata, Rabbih, Moreno, Syifa dan Bagas sama-sama berkorban, ke-10 anak itu keluar. Sekarang bersisa 14 orang disana, satu persatu menghilang. Kini sampailah mereka ke babak yang mereka rasa mereka seharusnya tidak sampai disini, isi pikiran mereka hanya satu kata KESALAHANKU mereka sema-sama menyalahkan diri sendiri. Entah bagaimana mengatasinya, mereka akan berjuang bersama untuk keluar. Dan ingat dengan kalimat ketua nya itu kalau kita memulai bersama-sama artinya, kita harus berakhir bersama-sama. Entah bagaimana tulisan itu bisa dilihat oleh semuanya, padahal waktu itu Arkan menulisnya di lantai.

Mereka sempat tak sadarkan diri, saat mereka sadar mereka disatukan setelah itu. Mereka sama-sama terkejutnya, namun ada batasan kaca besar yang tak bisa dihancurkan atau dipecahkan. Mereka sama-sama menatap kelompok lain, namun entah mengapa Arkan merasa aneh, biasanya ada Moreno yang akan menyapanya, membuatnya kesal, walaupun ia merasa jijik namun.. tetap saja Moreno adalah temannya sejak SD, namun permainan gila ini membuat mereka terpisah begitu saja.

SILAHKAN SALING MENYINGKIRKAN SATU PERSATU DARI KALIAN!

Mereka sama-sama memandangi satu sama lain. Terlebih lagi Kayla, Xenna dan Vika. Mereka merasa rindu ketika mereka bertiga berkumpul di kanntin sembari bercerita.

Babak pertama mereka harus melawan antar kelompok, mereka harus melawan IQ satu sama lain.

Team 1..

"Pokoknya satu kunci dari keberhasilan itu pantang menyerah. Udah itu doang, tapi.. inget satu, jangan ego, kita juga harus inget kita semua itu TEMAN dan di sini gak ada kata Ego." Ucap Arkan menyemangati.

Kayla, Vika dan Rendra mengamati Arkan dengan serius. Mereka mengambil kata-kata yang keluar dari mulut Arkan.

"Oke. Sekarang, kita harus sama-sama ngelawan demi masa depan." Ucap Arkan.

Kayla tiba-tiba berdiri dan menjulurkan tangannya.

"Ayo kita mulai!" Ucap Kayla.

Uluran tangan dari mereka berempat bersatu dan menjadi seperti kesatuan.

"TEAM SATU! PASTI BISA!!" Ucap mereka bersamaan.

Team 4..

Seperti biasanya, kelompok empat selalu kompak dalam bekerja sama. Mereka menyusun rencana dengan rinci dan menyemangati satu sama lain. Dengan semangat, mereka bisa menyelesaikannya dengan mudah.

"Kalian udah ngerti kan?" Tanya Athaya.

Annisa mengangguk serius.

"Gue juga!" Catur, Axell dan Zeinata pun menjawabnya berbarengan.

Team 2..

Reinhard, Xenna dan Nino pun pasrah dengan keadaan. Mereka malah tak seperti biasanya, kali ini mereka lebih tidak peduli dari biasanya.

"Gue nyerah." Ucap Reinhard.

Xenna dan Nino hanya menatapnya, mereka pun juga sama.

"Gapapa, setidaknya gue mendekati kata Finish." Ujar Nino.

Xenna menghela nafas panjang, ia pun berdiri dan menatap kelompoknya itu.

"Gak. Kita harusnya lebih semangat."

Friandship (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang