Chapter-04

1 0 0
                                    

Menurut informasi yang didapat, hari ini nenek sudah boleh pulang dari rumah sakit dan menuju rumah mertua. Selama pemulihan nenek akan tinggal dengan anaknya dan juga Samantha. Untuk memastikan tidak ada gejala lainnya seperti kemarin saat mau pulang.

Ibu mertuanya menyiapkan satu kamar di belakang dekat dengan kamar mandi. Agar nenek tidak kesulitan jika ingin pergi ke kamar mandi. Apalagi kalau di taruh lantai dua, yang jelas nenek akan kesulitan untuk turun ke bawah

Samantha membantu mertuanya menyiapkan kamarnya dengan cepat. Nenek pulang bersama dengan budhe dari rumah sakit, dan kata dokter semuanya sudah membaik. Hanya perlu minum vitamin dan juga obat diabetes untuk mengontrol gulanya agar tidak tidak tinggi dan juga rendah.

“Nenek tidur sini nggak papa Bu? Apa nggak ditaruh bawa tangga aja  Bu?” ucap Samantha.

“Nggak biar disini aja kalau ke kamar mandi biar gampang. Kalau di bawah tangga, kamu tau sendiri kan ada satu anak tangga turun yang lumayan tinggi. Ibu takut kalau nenekmu posisi mengantuk dan nggak lihat jalan malah jatuh bisa berabe.” jelas Della.

Samantha menurut, dia pun membantu menyelesaikan kamar ini dengan cepat. Nenek dan juga budhe sudah perjalanan menuju rumah, jangan sampai mereka datang kamar untuk nenek belum siap juga.

Della menyelipkan sesuatu di bawah batal nenek. Entah itu apa, tapi sekilas mirip sekali dengan bungkusan kain yang lumayan tebal. Samantha ingin bertanya itu apa dan gunanya untuk apa. Belum sempat suaranya keluar untuk bertanya budhe dan juga nenek sudah datang lebih dulu.

Samantha meminta nenek untuk cepat duduk di pinggiran ranjang. Samantha juga mengambilkan minum untuk nenek agar tidak deg-dengan.

“Buk, kalau butuh sesuatu panggil Samantha ya kalau aku lagi sibuk.” ucap Della.

Nenek mengangguk, untuk saat ini nenek tidak butuh apapun. Dia hanya ingin istirahat sebentar karena kepalanya kembali pusing. Mungkin karena efek lepas infus sehingga badan nenek terasa lemas dan gampang pusing.

“Nek istirahat aja dulu, nanti kalau butuh apa-apa bilang aku ya.” ucap Samantha dengan lembut.

Nenek pun mengangguk dengan mata yang sudah terpejam. Dan Samantha pun segera pergi ke depan untuk melihat Axcel yang dia tinggal dan bermain sendiri. Ternyata bocah itu masih berkutat dengan mainan dinosaurusnya.

“Sam nanti kalau nenek butuh sesuatu kamu yang urus ya. Nanti Ibu yang bagian masakin nenek, karena nggak boleh makan sembarangan untuk sementara waktu.” jelas Della

Samantha mengangguk patuh, bisa atau tidak yang penting ngangguk akan dulu, masalah mengurus nenek gampang. Asalkan nenek mau nurut sama Samantha.

“Selama ngurus nenek, Axcel biar Ibu atau Elly yang urusin kamu nggak perlu khawatir.” kata Della kembali.

Elly adalah adik ipar Samantha yang kerjaannya hanya rebahan di rumah dan tidak mau melakukan apapun.

Sekali lagi Samantha hanya menganggukkan kepalanya patuh.

“Oh ya Sam, selama kontrol ke rumah sakit kamu yang antara ya. Itu sudah menjadi tanggung jawabmu, suamimu dulu dirawat baik oleh nenek. Karena suamimu kerja nggak bisa, jadi kamu yang harus gantiin merawat Nenek. Itung-itung berbakti pada orang tua suami itu tidak ada ruginya.”

Dan lagi!!! Samantha hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Meskipun dia tidak tahu tanggung jawab seperti apa yang dimaksud Della tapi sebisa mungkin Samantha akan membantu Della merawat ibunya. Bukan untuk memikul tanggung jawabnya.


****

Rumah mendadak ramai kedatangan para warga yang ingin menjenguk nenek. Sampai akhirnya nenek pun di bawa ke depan karena di belakang tempatnya cukup sempit. Samantha menyiapkan makanan dan juga minuman untuk mereka. Begitu juga dengan nenek yang sudah waktunya ingin makan dan minum obat. Kata Della obat ini tidak boleh diminum terlambat dan harus tepat waktu. Di jam yang sama saat di rumah sakit. Ada empat obat yang sekali minum, sehingga kadang membuat Nenek mendelik dengan sempurna.

“Samantha kamu tau nenekmu sakit apa?” tanya Putri tetangganya.

“Kata ibu flek paru sama diabetes.”

“Ha … seriusan Sam nenek kamu kena diabet? Itu diabet basah atau kering?”

“Katanya Ibu, diabet kering melitus 2. Apa bahaya ya?”

Mawar me jelaskan jika penyakit diabetes itu ada dua. Satu diabetes basah dan satunya lagi diabetes kering. Untung saja nenek Samantha terkena diabetes kering, sehingga tidak merasakan apa yang namanya amputasi. Meskipun ada luka dan sembuhnya lama itu jauh lebih baik ketimbang diabetes basah. Yang dimana jika ada luka harus cepat dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang intensif. Karena jika telat sedikit saja luka itu bisa menjalar dan membusuk. Dan jalan satu-satunya agar tidak menyebar luas ya harus di amputasi. Walaupun diamputasi belum tentu sembuh juga, pasalnya ada banyak orang yang terkena diabetes basah sampai lukanya membusuk. Bahkan setelah diamputasi pun kebanyakan orang yang mengalami diabetes basah pun cepat meninggal.

“Syukur deh kalau kering, masih ingat kan sama kakek Gino yang meninggal empat puluh hari yang lalu? Dia habis amputasi dua jari kakinya tapi malah meninggal.” jelas Mawar kembali.

“Kamu jangan nakut-nakutin dong, merinding loh aku Mbak.” jawab Samantha.

Tapi apa yang dikatakan oleh mawar itu benar. Kakek Gino meninggal setelah melakukan pemotongan jari kakinya yang kedua. Karena yang satu sudah satu tahun yang lalu, hanya saja karena jatuh dan kakinya terluka membuat kakek Gino harus kehilangan jari kakinya kembali. Setelah dinyatakan sembuh, kake Gino malah meninggal dunia.

“Itu paling udah parah Mbak, lagian nenek juga baru tau kena diabetes waktu di rumah sakit sama kena flek paru.” kata Samantha.

“Iya sih, untung cepat ketahuan. Itu gimana bisa Sam kena flek paru?”

Sebenarnya Samantha juga tidak tahu persisnya seperti apa sampai nenek kena flek paru-paru. Tapi jika di dengar dari cerita kakek terkena TBC tujuh tahun yang lalu. Dan dokter mengatakan jika TBC yang dideritanya sudah tidak aktif kembali. Tapi yang namanya virus mau aktif atau tidak, tetap saja bisa menyebar kemana pun. Mungkin karena itu nenek terkena flek paru-paru, karena hampir setiap hari batuk terus menerus dan susah untuk mengeluarkan lendir. Atau mungkin ada penyebab lainnya juga yang bisa menimbulkan flek.

Samantha tidak mau ambil pusing, dia pun menyuguhkan kembali minuman-minuman yang telah habis. Sesekali menyimak cerita nenek yang tidur di hotel bintang lima alias rumah sakit selama satu minggu itu. Menariknya nenek selalu mengulang kata tidak mau lagi tidur di rumah sakit, karena rasanya tidak begitu nyaman. Dia harus merengek pada dokter agar diperbolehkan pulang.

“Cukup kali ini saja, setelahnya tidak mau lagi. Sakit di
tusuk-tusuk jarum terus, sampai darahnya nggak keluar.” ceritanya dan membuat semua orang termasuk Samatha ikut tertawa.

“Ya sudah Nek, mari kita berdoa agar Nenek cepat diberi kesembuhan dan tidak akan sakit lagi.” ucap Bu Agnes menengahi dan memimpin doa untuk mereka semua.


To be continued

Kehidupan Kedua Setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang