“Dek katanya beli lipstik? Ini kok yang kelihatan lipstik lama semua, nggak jadi beli kah?” tanya Aksara memperhatikan satu persatu koleksi lipstik milik Samantha.
Perempuan itu tidak menjawab, dia masih ingat betul apa yang diucapkan oleh ibu mertuanya. Bahkan ucapan itu seperti alarm di pikiran Samantha yang terus berputar setiap satu jam sekali. Dadanya masih terasa sesak dan rasanya Samantha ingin menangis meluapkan emosinya.
“Dek … .,” panggil Aksara kembali dan membuat Samantha langsung menatap Aksara dengan bingung. “Katanya beli lipstik baru, itu kok masih lipstik lama?” tanya Aksara kembali.
“Tadi udah beli, terus aku buang Mas.”
“Kenapa dibuang? Sayang dong udah beli tapi nggak digunakan.”
Samantha tidak menjawab, dia lebih memilih mengeluarkan uang tiga puluh ribu dan dia berikan pada Aksara. Tentu saja hal itu langsung membuat Aksara kebingungan.
“Untuk apa uang tiga puluh ribu ini, Dek.” membolak-balikan uangnya, Aksara benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan oleh Samantha.
“Itu uang aku minta mamaku buat ganti uang lipstik yang aku beli pake uangmu, Mas.” jelas Samantha.
Aksara semakin tidak mengerti, di bahkan sampai mengembalikan uang itu pada Samantha dan memintanya untuk menyimpannya. “Semua uang yang aku miliki itu punya kamu. Kenapa harus di ganti? Apalagi kamu minta sama mama kamu. Kan kamu tanggung jawab aku, Dek.”
“Tapi masalahnya Mas ibu kamu itu bilang kalau aku pengen sesuatu harus cari uang sendiri, nggak boleh pakai duit kamu. Karena duit kamu ini cuma untuk kebutuhan kamu sama Axcel.”
Samantha tidak kuat lagi dan memilih untuk menangis di hadapan Aksara. Biar laki-laki itu tahu betapa sakitnya ucapan ibu mertuanya pada menantunya hanya karena lipstik. Samantha mampu kok beli sendiri dan tidak harus menggunakan uang suami. Bahkan dia akan membuktikan pada ibu mertuanya jika dia bisa berdiri tegak di kakinya sendiri tanpa adanya bayang-bayang Aksara.
“Jangan di dengarkan. Ibu memang begitu, tapi orangnya baik kok.” jawab Aksara menenangkan Samantha.
Baik dari mananya? Adalah seorang ibu berkata kasar seperti itu pada menantunya. Mungkin benar kata orang-orang, menanti itu hanya orang lain yang beruntung menikah dengan anaknya. Yang dimana hanya dianggap sebatas orang baru yang masuk dalam keluarga suami. Selebihnya tidak!!
Dan jika ibu Aksara itu baik, setidaknya dia tidak mengatakan hal itu di hadapan Samantha yang lagi bahagia mendapatkan warna lipstik yang dia cari.
“Tapi sakit Mas. Aku ini istri kamu bukan orang lain, minimal kalau ngomong di filter dulu nyakitin orang nggak sih omongannya. Coba kalau itu aku? Gimana perasaan ibu kamu!!” teriak Samantha.
Aksara memilih untuk diam, dia tidak mau ikut campur dalam urusan Samantha dan juga ibunya. Bagi Aksara antara Samantha dan juga ibunya sama-sama penting dalam hidup Aksara. Itu sebabnya Aksara tidak ingin ikut campur dengan mereka.
“Mas aku lagi ngomong sama kamu loh, kenapa diem aja sih!!” seru Samantha.
Lagi!! Aksara hanya bisa diam, dia meminta Samantha untuk tidak melakukan banyak hal di rumah ibunya. Aksara juga meminta Samantha untuk lebih bersabar dan mengalah. Bagaimanapun Della adalah ibu Aksara yang harus dihormati. Samantha harus mengerti batasan jika berbicara dengan ibunya.
“Secara nggak langsung kamu lagi ngebela ibu kamu, Mas?”
Samantha menatap Aksara tidak percaya. Perempuan itu pikir setelah mengeluarkan uneg-unegnya Aksara akan membela Samantha dan berbicara empat dengan ibunya. Tapi yang ada Samantha malah tidak mendapatkan dukungan atau pembelaan dari suaminya sendiri. Dan meminta Samantha untuk mengalah?
Sakit hati dibalas maaf itu tidak adil bagi Samantha!!
***
Setelah makan malam, Samantha memilih untuk mengurung dirinya di dalam kamar. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Samantha pikir Aksara akan menenangkannya, dan meminta Samantha untuk membeli lipstik baru. Tapi yang terjadi, Aksara juga ikut diam dan tidak membujuk Samantha sama sekali. Seolah membiarkan Samantha tenggelam dalam emosinya sendiri.
Membuka akun sosial medianya kembali, Samantha memilih untuk mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah. Kalau dia membuka jualan online juga harus butuh modal yang banyak dan Samantha tidak punya uang sedikitpun. Dia tidak mungkin meminta pada Aksara setelah ucapan ibunya.
Pusing dengan keadaan yang seperti ini, Samantha mencoba untuk tidur. Namun ponselnya bergetar hebat saat ada pesan masuk dari salah satu temannya yang merekomendasikan novel online gratis.
Buru-buru Samantha langsung mendownload aplikasi itu untuk mengisi waktu luang. Ada banyak sekali cerita lucu, menarik dan juga tegang disana. Dan salah satunya adalah kesukaan Samantha cerita yang memiliki konflik ringan dan tidak terlalu bertele-tele.
Samantha beberapa kali menambah koleksi ceritanya untuk dibaca. Dia juga membuka semua fitur-fitur yang ada di aplikasi itu dan mencobanya. Dan ternyata aplikasi itu bisa untuk menulis juga. Dengan pengetahuan minim, Samantha memilih untuk membuat satu cerita anak sekolah. Apalagi di beranda aplikasi miliknya terdapat beberapa kali cerita rekomendasi untuk dibaca.
Terlalu asyik menulis cerita yang dia pikirkan. Tiba-tiba saja Aksara datang dengan wajah lelahnya. Dan hal itu tak membuat Samantha peduli. Dia sangat kecewa dengan suaminya yang tidak bisa membela Samantha di depan keluarganya. Tapi yang ada suaminya itu malah membela keluarganya sendiri. Tidak masalah, Samantha tidak membutuhkan hal itu. Dia bisa membela dirinya sendiri.
“Tidur Dek udah malem.” ucap Aksara.
Samantha tidak menggubris, dia tetap fokus dengan jalan cerita yang dibuat secara mendadak. Meskipun banyak sekali tulisan yang salah, tapi Samantha tetap ngeyel menerbitkan satu cerita buatannya. Sesekali membaca cerita yang ditambahkan dalam perpustakaan bacanya.
“Dek kamu marah sama aku?” tanya Aksara kembali, karena tak kunjung mendapat jawaban dari Samantha.
“Aku punya hak apa untuk marah sama kamu?”
“Dek jangan begitu lah. Itu Ibuku loh wajar dong dia bilang begitu?”
Samantha yang dari awal sudah emosi pun semakin menjadi. “Wajar kamu bilang? Mas selama ini aku nggak pernah minta apa-apa loh sama kamu. Itu lipstik, bedak yang aku beli semuanya dibeliin sama mama aku. Gak ada pakai uang kamu sepeserpun. Dan ini kali pertama aku beli lipstik pakai uang kamu. Dan sekarang kamu bilang wajar? Sebenarnya kamu itu anggap aku apa sih Mas? Orang-orangan sawah?”
Aksara mendesah. “Kamu itu tetap istriku. Ini hanya masalah lipstik tapi kamu besar-besarkan!! Jangan kayak anak kecil dong, Dek.”
“Anak kecil? Kamu bilang aku anak kecil? Terus kamu apa? Bukannya kamu juga anak kecil yang selalu ngadu sama ibu kamu? Ini memang cuma perkara lipstik, tapi bikin sakit anak orang!!”
Samantha merubah posisinya memunggungi Aksara. Dia tidak lagi ingin mendengar apapun dari laki-laki yang berstatus suaminya ini. Tidak ada yang bisa Samantha harapkan dari laki-laki yang masih berlindung di bawah ketiak ibunya. Lalu untuk apa juga mereka menikah kalau ujung-ujungnya seperti ini?
Bukankah ini terlalu menyakitkan jika dipertahankan?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Kedua Setelah Menikah
RomanceDi usia sembilan belas tahun, Samantha memilih untuk menikah muda dengan Aksara Putra Jonathan. Dalam keadaan usia kandungan Samantha yang sudah memasuki bulan ke lima. Dua bulan setelah menikah, Samantha melahirkan putra pertamanya. Samantha pikir...