𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟓 𝑳𝒊𝒏𝒈𝒔𝒕𝒐𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI DI PENUHI ADEGAN DEWASA ⚠️
Dia seperti langit. Keindahannya tak terbatas. Bersinar. Sulit di gapai dan tak tersentuh. Cerminan sebuah harapan. Bersih dan tak ternoda. Penuh cinta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat membaca dan Semoga suka . . . . .
Czar menundukkan kepala. Pria yang begitu menyayangi Miracle ada di hadapannya. Menjadikan Miracle harta yang paling berharga di dunia ini. Orang itu tak lain adalah Rue D'ach Lingston. Pria itu benci melihat putrinya dekat dengan pria lain. "Selamat pagi, Tuan Lingston." Czar merinding. Bisa dia rasakan tatapan tajam Rue yang mencabik-cabik tubuhnya.
"Kalau sudah selesai dengan urusan mu, pergi dari sini. Jangan menatap putri ku!" Rue pergi meninggalkan bocah penghantar susu itu.
Czar mengangkat kepalanya. Menghela napas lega. Dia seperti baru saja melewati sebuah neraka. Czar buru-buru pergi karena masih ada yang harus dia kerjakan. Sebelum pergi Czar menyempatkan diri untuk melihat Miracle sekilas.
Czar menyerahkan sejumlah uang yang dia dapat dan catatan kertas pada bosnya. Bos nya itu menghitung kemudian memberikan sejumlah uang padanya. Czar menerimanya dengan tersenyum. Dia membagi dua uang tersebut. Di masukannya ke dalam saku yang berbeda. Setengah akan dia tabung. Dan setengahnya lagi akan dia belikan makanan.
"Bagaimana kabar ayah mu?" Bosnya bertubuh berisi itu menyesap patung rokoknya.
Czar kembali menaiki sepedanya. "Ayah baik-baik saja, paman. Kalau begitu aku pergi dulu paman. Terimakasih--"
"Tunggu!" Bosnya itu pergi ke dalam dan kembali membawakannya sebuah tas berisi lima botol susu. "Ini! Untuk mu!"
Czar menerimanya dengan senang. "Terimakasih paman!" Czar mengalungkan tas itu. Kemudian kembali mengayuh sepedanya.
Czar kembali ke rumah dengan membawa banyak roti dan juga susu pemberian dari bosnya. Keempat adiknya tersenyum begitu melihatnya pulang dengan membawa susu dan roti. Mereka kelaparan tapi tidak menyerbu. Duduk diam membiarkan kakak sulung mereka membagikan roti itu dengan sendirinya. Czar tersenyum manis melihat keempat adiknya yang sangat tenang dan makan dengan lahap. Laki-laki itu juga memberikan potongan roti pada ayah mereka.
Czar menaruh sisa roti dan susu itu di atas meja. Inilah keluarganya. Ibu nya bekerja sebagai pembersih toilet di salah satu restoran. Ayahnya mengalami kelumpuhan setelah kecelakaan menimpanya. Keempat adiknya masih kecil. Ibunya sudah tiada. Ibu kandungnya meninggal setelah melahirkan dirinya. Itupun terjadi pada keempat adiknya. Mereka lima bersaudara. Satu ayah biologis namun berbeda ibu. Tidak seperti ibunya yang meninggal. Ibu, keempat adiknya pergi meninggalkan keluarga mereka karena tidak tahan dengan kemiskinan
Sejak dia kecil keluarganya memang sudah sangat miskin. Rumah yang mereka sewa dengan harga murah ini pun juga sudah tak bagus lagi. Ada banyak lubang di atap. Czar menaruh uang ke dalam lemari di kamarnya. Uang tabungannya sudah semakin banyak. Ia menabung sejak kecil diam-diam.
"Kakak!"
Czar terkejut dan spontan menutup lemarinya. "Ada apa Priffin?" Adek ketiganya itu datang menemuinya. Bocah laki-laki itu terlihat takut untuk berbicara. Czar mengampinya. Berjongkok, merendahkan tingginya. "Ada apa Priffin? Bicaralah!"