04 - Hal Gila Lainnya

4 1 0
                                    

ooOOoo

     Kesya dan Nayla berjalan dengan langkah cepat di sepanjang trotoar yang sepi menuju sekolah mereka. Cahaya matahari pagi mulai menyoroti jalanan yang masih sepi. Tiba-tiba, mereka melihat Souta, Sei, Fai, dan Fei, empat saudara yang juga teman sekelas mereka, sedang berjalan di depan mereka.

"Hari ini kenapa lu masuk? Bagaimana keadaan kaki lu?" tanya Nayla tiba-tiba begitu mereka mendekati mereka.

Keempat saudara itu terkejut, bersamaan berbalik menghadap Kesya dan Nayla. Sei mengumpat dalam hati, ia bisa merasakan detak jantungnya melonjak kencang, seolah-olah melompat keluar dari dadanya.

Souta tersenyum lebar, “Tentu saja sudah sembuh. Lihat ini!” katanya sambil mengangkat kakinya untuk memperlihatkan kakinya yang sebelumnya cedera.

Kesya cepat bertanya, "Lu sudah mengerjakan tugas lu?"

Souta tertawa kecil sambil menggaruk-garuk tengkuknya, "Hehe, belum. Nanti gua contek punya lu ya," katanya sambil memasang ekspresi memohon seolah-olah minta belas kasihan seperti anak anjing.

Saat mereka sedang bercanda, tiba-tiba terdengar suara rem sepeda yang tajam.

Azka muncul dari belakang dengan sepedanya, “Kaki mu sudah sembuh?” tanyanya sambil berhenti di samping mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azka muncul dari belakang dengan sepedanya, “Kaki mu sudah sembuh?” tanyanya sambil berhenti di samping mereka.

Keempat saudara itu kembali terkejut. Sei lagi-lagi mengusap dadanya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak menentu. Souta menatap Azka dengan ekspresi bingung, lalu mendadak meringis kesakitan.

"Be..belum.. aduh.. aduh kaki gua sakit." katanya berpura-pura.

Azka menaikkan sebelah alisnya, “Beneran?” tanyanya dengan nada skeptis.

Souta mengangguk meyakinkan, “Benar. Jika gua jalan lambat, gerbang sekolah pasti sudah tertutup. Gua bakal ketinggalan kelas dan Guru Third pasti bakal marah besar.”

"Ah.." Azka mengangguk pelan, lalu dengan nada santai berkata, “Kalau gitu, jalan pelan-pelan aja. Biarkan guru Third memarahi mu. Bye.” Azka kemudian melanjutkan perjalanan dengan sepedanya tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.

Mata Souta melotot penuh kekesalan, “Sialan lu! Gak punya perasaan, ya?!”

Sei menghela napas panjang, “Sudahlah, ayo,” katanya sambil menarik kerah baju Souta, menyeretnya untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju sekolah.

.
.

    Di lorong kelas Cloudsdale, gadis cantik bernama Naura dan pemuda tampan bernama Aydin berjalan beriringan menuju kelas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Twelve Maidens' Quest: Across TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang