03. ancaman

52 5 2
                                    

••• l a b y r i n t h •••

Jovan mengambil jaket dan juga tas punggung berisi beberapa pakaian yang akan dia bawa besok untuk mendaki. Rencananya, sekarang dia akan menginap di rumah Daniel, supaya besok pagi-pagi mereka bisa langsung berangkat dari sana.

Jovan sedang memakai sepatu, dan langkah kaki yang menuruni tangga membuat dia menoleh.

"Iel mau kemana?"

"Ke rumah Daniel Ma, nginep."

"Nginep? sama Mika?"

"Loh kok sama Mika, ya enggak lah."

"Loh kamu kok sewot, kan biasanya kalian kemana-mana berdua."

"Ya enggak lah. Masa dia ikut nginep sama cowok."

"Ya makanya Mama nanya, jangan macem-macem kamu, takutnya anak orang kamu ajak ke jalan yang enggak bener."

"Ya enggak lah, udah ya Iel pamit."

"Itu kamu bawa apa? gede banget tasnya?"

"Oh iya, besok Iel mau muncak rencananya, langsung dari rumah Daniel."

"Oh gitu, ya udah hati-hati."

Jovan mengangguk, dan berlalu setelah berpamitan singkat kepada mamanya. Jovan kemudian mengeluarkan ponselnya, mengetik beberapa kalimat yang langsung dikirimkan saat itu juga.

Anda
Yang punya nomer Arsen Kavandra kirim ke gue

Setelah itu, Jovan kemudian pergi menggunakan motor besarnya. Hanya membutuhkan waktu dua puluh lima menit untuk sampai di kediaman Daniel yang nampak sepi.

"Woy Van, udah dapet lo nomer si Arsen?"

Pertanyaan Kevin membuat Jovan memeriksa ponselnya, dan ya—dia sudah mendapatkannya.

Anggukan Jovan membuat Kevin semakin penasaran. Dia kemudian mendekat ke arah Jovan dan mengingip ponsel itu, untuk mengetahui apa yang sedang temannya ketik di kolom chat dengan nomor Arsen Kavandra yang bahkan belum tersimpan itu.

"Kenapa sih? lo ada apa sama Arsen?"

"Kepo lo, awas!" ketusnya, tangan besarnya bahkan bergerak menjauhkan wajah Kevin dari ponselnya.

"Si Daniel mana?"

"Toilet."

"Gue mau ke kafe depan bentar."

"Woy mau ngapain? ikut."

"Ketemu si Arsen, mau ngomong sama dia gue."

"Anjir, lo ada apaan sama dia?"

"Berisik ah, diem. Gue cuma mau ngomong bentar, tungguin di sini, awas lo kalo nyusul."

Sebenarnya Jovan mengenal Arsen jauh sebelum Mikaila menyadari keberadaan laki-laki berkacamata itu. Bisa dibilang, mereka pernah terlibat di SMP dan mungkin saat ini juga mereka masih berhubungan, maka karena itu juga, sekarang yang akan dia lakukan adalah memberinya peringatan dan— mungkin akan ditambah dengan sedikit ancaman kecil.

Awalnya semua berjalan sesuai rencana, Arsen nampak mengerti dengan apa yang dia sampaikan, Jovan pun bisa mengatur emosinya kali ini, segenap tenaga mencoba tidak memukul mengingat ini di tempat umum, lalu Kevin datang laki-laki itu berbisik dan memberitahu tentang Mikaila yang katanya meminta Daniel menjemput.

"Ayo balik anjir, ntar Mika tau lo di sini, abis lo dikira ngapa-ngapain si Arsen."

"Ck, lagian si Daniel ngapa nurut-nurut aja sih?"

Labyrinth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang