Dua

89 44 107
                                    

"Cinta bukanlah sesuatu yang kamu temukan. Cinta adalah sesuatu yang menemukanmu."

_Giovano Ardian Pratama.

***

Bel pulang sekolah berbunyi, membuat siswa siswi yang mendengarnya langsung lari berhamburan keluar kelas.

Ada yang menuju ke parkiran, ada yang memilih berdiam diri di perpustakaan sembari menunggu sekolah sepi, dan ada juga yang sedang menunggu jemputan di gerbang atau halte depan sekolah. Termasuk Keyra.

Keyra saat ini sedang duduk dihalte depan sekolahnya, menunggu kembarannya untuk pulang bersama.

Tak lama kemudian, motor Ninja berjalan menghampirinya, dan berhenti tepat didepannya.

"Naik," perintah Keano tanpa membuka helm full face nya.

Keyra mengangguk, lalu menaiki motor tersebut. Dibantu dengan berpegang pada pundak Keano. "Jalan Bang." Keyra menepuk pundak Keano pelan.

Keano mulai menjalankan motornya. "Langsung pulang kan?" tanyanya sembari menoleh ke belakang.

"Ngga, kita mampir dulu ke Restoran Tante Citra."

"Tumben?"

"Bunda yang nyuruh."

Keano mengangguk. Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara keduanya. Entah kenapa hari ini Keyra tidak banyak bicara seperti biasanya.

"Kenapa?" tanya Keano menatap spion yang mengarah ke Keyra.

"Apanya?"

"Kamu."

"Emang gue kenapa?"

"Ngga biasanya diem gini."

"Gapapa kok, lagi cape aja," jawab Keyra meletakkan dagunya di bahu Keano.

Keano tersenyum, lalu mengelus kepala Keyra. "Jangan tidur, bentar lagi sampe." Keano menegur Keyra yang hendak menutup mata.

"Hmm." Keyra hanya bergumam pelan, sembari berusaha menahan kantuknya.

***

Disisi lain, yaitu ruang Osis.

"Rapat kita cukup sampai disini. Apakah ada hal yang ingin ditanyakan?" tanya Vano menatap anggotanya.

Semua menggeleng. "Ngga ada kak."

Vano mengangguk. "Baik, akan saya tutup. Terimakasih atas kerjasamanya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawabnya serempak.

"Semuanya diperbolehkan untuk pulang," ujar Vano.

Semua mengangguk. Lalu satu persatu meninggalkan ruang rapat, hingga kini tersisa Vano dan satu temannya yang bernama Dewa.

"Kamu ngga pulang?" tanya Vano.

"Bentar Van, nanggung," jawab Dewa. Dirinya tengah mencatat kesimpulan hasil rapat tadi.

"Saya tunggu."

"Duluan aja, gapapa."

Vano tidak menjawab. Dirinya sibuk mengambil ponselnya yang ada diranselnya. Sedari tadi ponselnya bergetar tanpa henti.

"Hallo Mah, assalamualaikum." Vano meletakkan ponsel ke ketelinganya.

"Udah selesai kok Mah, barusan."

"Sekarang?"

"Okee, Vano berangkat sekarang. Assalamu'alaikum." Vano mematikan sambungan teleponnya.

Tatapan Vano beralih ke Dewa. "Masih belum selesai?" tanyanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang