👒 A - Adventure 🍊

514 36 27
                                    

(✿ ♡‿♡)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(✿ ♡‿♡)

Kala itu, Nami masih bocah berumur 10 tahun. Jika dirinya melihat apa yang ada di depannya saat itu, air matanya akan langsung meleleh dengan deras.

Ada uang di hadapannya. Benda yang sangat Nami sukai tentunya.

Namun uang itu juga memiliki bercak-bercak berwarna merah pekat.

Darah.

Ya, Nami sudah terbiasa melihatnya. Karena dia sudah pernah melihat darah yang lebih banyak dari itu, yaitu saat Arlong menembak mati Bellmere tepat di depan matanya.

👒🔠🍊

"Nami!"

Sebuah tepukan lembut di pundak Nami membuat lamunan gadis itu seketika buyar.

Dilihatnya Luffy sedang menikmati minuman berwarna biru di tangannya.

"Apa yang kau minum, Luffy?"

"Ini?" Luffy memperhatikan minuman di gelas bening yang dipegangnya. "Entahlah. Tadi aku di dapur menunggu Sanji memasak dan dia bilang kalau aku terlalu rewel. Jadi dia membuatkanku minuman ini sambil menunggu. Rasanya seperti blueberry. Kau harus coba. Tapi sedikit saja ya," katanya seraya mendekatkan sedotan dua cabang itu ke bibir sang navigator.

"Tidak perlu, Luffy. Habiskan saja."

"Kau barusan melamun. Ini akan meringankan beban pikiranmu," Luffy sedikit bersikeras.

"Hm, baiklah!" Nami akhirnya menurut, karena percuma juga memulai debat tidak penting dengan kapten keras kepala ini.

"Bagaimana? Enak kan? Shishishi..." Luffy menyengir seperti biasa.

"Ya!" Nami tersenyum kecil sebagai balasannya.

"Jadi...apa yang kau pikirkan barusan? Kuharap itu bukan keraguan untuk terus melangkah maju karena tujuan utama kita sebentar lagi sudah ada di depan mata," tanya Luffy.

Nami terkekeh. "Jangan! Jangan coba-coba katakan tentang 'keraguan', Kapten. Apa kau sadar dengan pertanyaan itu sebelum benar-benar menanyakannya?"

"Aku tidak suka berpikir," Luffy menyeruput minumannya. "Jadi apapun yang muncul di kepalaku, aku akan katakan."

"Baiklah. Memang seperti itulah dirimu yang sesungguhnya," Nami tidak heran lagi.

Luffy tersenyum. "Jadi, kau akan membicarakannya denganku? Kalau 'iya', kita akan duduk di dekat pohon jerukmu, lalu aku tidur dengan pahamu sebagai bantal dan kau mulai bercerita. Kalau 'tidak', aku akan kembali menunggu Sanji memasak dan pastinya itu akan sangat membosankan. Jadi buat kaptenmu ini berada di pilihan paling nyaman."

Nami hampir tidak bisa berkata-kata. Dia rasa Luffy sedikit mempermainkannya, tapi itu bukan karena dia ingin membuat Nami merasa kesulitan.

"Kita bicara!" jawab Nami setelah menimbang-nimbang sejenak.

LuNami A-Z Challenge {LuNamiWeek2024}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang