Minta maaf

53 17 108
                                    

Tanpa pesan.
Tanpa panggilan.
Tanpa komunikasi.
sehening itu caraku
mencintaimu.
~Alvano

Saat pulang sekolah Arshaa berniat ingin meminta maaf kepada Alvano.
Arshaa keluar dari ruang UKS dan langsung bergegas menuju kelas Alvano karena bel pulang sudah berbunyi.

Arshaa tulus meminta ingin maaf, meski kesannya peduli pada Alvano namun ini murni karena sifat Arshaa yang tak mau memendam kesalahan terhadap orang lain.

Arshaa berjalan menuju kelas Alvano, namun sepertinya ini waktu yang tidak tepat. Arshaa melihat Alvano tertawa bersama seorang perempuan, teman sekelas Alvano.

Arshaa berniat ingin melarikan diri namun ia sudah tepat di depan pintu masuk kelas Alvano.

Arshaa secepat kilat berbalik badan dan bersiap-siap ingin pergi sebelum Alvano menyadari kehadirannya.

"mau kemana?" tanya Alvano yang entah sejak kapan tepat di depan Arshaa.

"Ha, enggak. Aku cuma lewat aja tadi dari sini. setiap hari juga emang OSIS tugasnya ngasih penilaian kan selama masa lomba berlangsung." jawab Arshaa dengan muka jutek ala OSIS nya.

"Alvano, lagi ngomong sama siapa?" tanya seorang gadis sambil berjalan menuju mereka.

Teman sekelas, bukan. Justru ini adalah adek kelas. Bagaimana bisa Alvano berduaan dan melakukan piket penyapu bersama adek kelas.

"oh, ketos" jawab wanita itu tak berniat.

"ayok pulang ih, kan udah selesai nyapu nya."renggek wanita itu sambil memegang tangan Alvano.

"Ngapain berduaan sama dia, kamu bukannya kelas VllB kan? ngapain kamu ada di kelas dia?" tanya Arshaa dingin.

"OSIS harus tahu banget ya kenapa orang harus berduaan? gak ada kerjaan lain gitu?" Tanyanya tak mau kalah.

"kalian berduaan masih diarena sekolah dan orang-orang udah hampir gak ada lagi. Kamu lupa saya siapa? atau kalau kamu lupa besok saya bisa mengulangi perkenalan diri saya di lapangan apel."

"saya ketua OSIS, Nita. Siapapun yang berduaan diarena sekolah tanpa alasan yang jelas patut untuk saya tanyakan." jawab Arshaa tegas.

Nita hanya bisa terdiam dan bungkam. dia juga tak ingin bermasalah dengan Arshaa.

"Aku sama dia lagi nyapu dan gak lagi ngapa-ngapain. Dia nemenin aku piket, dan itu kemauan aku karena dia.." jawab Alvano terpotong.

"okey" jawab Arshaa singkat lalu pergi meninggalkan keduanya.

"suka, sama si ketos itu?" tanya Nita
seolah tak tahu jawabannya.

"ayo pulang, aku gak pernah minta kamu buat nemenin aku ya. Aku juga gak mau siapapun berfikiran yang enggak-enggak soal kita."ucap Alvano berjalan meninggalkan Nita.

Malam harinya Alvano terus saja memandang tanda online dari Arshaa. Berniat ingin mengirim pesan terlebih namun sudah pasti Arshaa tidak akan membalasnya.

"Arshaa gak mau kayaknya diganggu sama aku"renungnya dalam pikiran.

"aku gak mau jadi orang yang nantinya ngilangin senyumnya Arshaa"

Tanpa sadar Alvano tertidur dengan banyak kekhawatiran yang ia punya untuk Arshaa. Gadis itu mampu membuat Alvano memikirkan nya bahkan sepanjang hari.

"Arshaa, kamu bukannya kemarin sakit ya? Kok sekarang udah ngawasin piket OSIS lagi? Udah yok, ke kelas aja dulu istirahat." Paksa Cantika yang saat itu berpapasan dengan Arshaa.

"Gimana sama bang Alvano?"

"Gimana apanya, aku sama dia gak ada apa-apa." jawab Arshaa.

"kamu punya truth or dare yang harus kamu penuhin loh, jangan sampai lupa. Jangan ngebuat yang lainya malah kecewa. Dari awal juga kamu udah setuju kan buat ngerjain bang Alvano"jelas Cantika mengingatkan.

" iya aku paham Can" jawab Arshaa singkat.

Mulai dari bel berbunyi pertanda beristirahat sampai dengan pulang Arshaa tidak keluar dari kelasnya, lebih tepatnya tak ingin keluar.

Ashaa mulai merapikan meja belajarnya, menaruh semua buku dan perlengkapan lainnya kedalam tas karena sudah waktunya pulang.

Arshaa berjalan menuju gerbang depan sekolahnya namun ternyata ada seseorang yang menghentikan langkahnya, siapa lagi kalau bukan Alvano.

"Shaa, aku mau ngomong sama kamu. Kemarin aku sama dia gak ada ngapa-ngapain, aku cuma piket gak ada yang lain." ucap Alvano berusaha menjelaskan.

"Aku gak ada waktu buat ngedengerin penjelasan kamu yang gak penting. soal kemarin gak akan sampe juga ke BK jadi gak usah khawatir."

"Shaa, segitunya banget ya kamu ngerasa risih dan terganggu sama aku?" tanya Alvano menghentikan Arshaa yang ingin pergi.

"kamu lupa kita harusnya ketemu? Kamu sadar gak Shaa ada yang nungguin kamu dan cuma mau berharap bisa ngobrol berdua sama kamu? Kamu juga sadar gak ada yang selalu merhatiin kamu dari jauh tapi kamu gak pernah sadar?dan yang terakhir, kamu sadar gak kalau saat ini aku mau berubah supaya kamu gak mikir aku cuma laki-laki yang bisanya cuma memainkan hati perempuan?" tanya Alvano melupakan kekesalannya.

Arshaa seolah tak bisa menjawab dan hanya bisa terdiam di tempat. Alvano yang masih menunggu Arshaa mengatakan sesuatu namun Arshaa seolah hanya bisa terdiam mematung.
Alvano berharap Arshaa akan menghentikannya saat dia berbalik badan untuk pergi.

Alvano berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. berharap lagi Arshaa akan mengatakan sesuatu.

Arshaa tak mengatakan sesuatu dan masih tetap terdiam tanpa berniat menghentikan Alvano.

Alvano akhirnya pergi dengan rasa kecewa dan ia menyadari satu hal hari ini.

Bahwa sekeras apapun kamu mencoba menjadi yang terbaik tak ada artinya jika bukan kamu yang ia inginkan.

Halo teman-teman semua jangan lupa Vote dan komen ya cerita aku.
Aku seneng banget sama siapapun yang mau ngasih aku Kritik soal kepenulisan aku dan pastinya kritik yang ber etika dan membangun ya.

Terimakasih buat teman-teman yang udah mampir ke cerita aku 💗💗
Jangan lupa follow Instragram aku ya
Karena pasti bakalan aku follback
@elsa_ Sitompul_04
@ceritaa_mu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Sunset Is Beautiful Isn't It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang