Chapter 3 : Nightmare

18 1 0
                                    


***

"Mama janji akan pulang besok." Suara dari seseorang dibalik telepon itu merambat lembut ketelinga Clara. Tapi itu tak sama dari saat pertama kali mendengarnya. Sangat memuakkan ketika mendengar kalimat yang sama berulang. Terakhir kali ia sangat antusias dengan itu sekitar 2 tahun yang lalu ketika Louis dan Celine - orangtua Clara- mengabarkan akan pulang dari penelitian rahasia pertamanya diluar kota.

"Iya." Jawab Clara malas.

"Kamu gakpapa? Sudah makan malam?" Suara berat dengan sedikit serak itu terdengar khawatir. Suara klakson dan knalpot samar-samar dari sebrang merebut beberapa volumenya.

"Aku bisa urus hidup sendiri, Pah. Fokus nyetir aja gih. Gak ada yang mau dibicarain kan? Aku tutup ya?"

"Tunggu dulu. Kamu besok ulang tahun kan?" Celine segera merebut kembali handphone nya dari Louis.

"Oh ya? Aku lupa." Segera Clara mengecek kalender di handphone nya. 24November. Matanya seketika memancarkan antusiasme yang bersinar menembus lensa kacamatanya.

"Kamu mau dipesenin apa? Cake? Atau kado?"

"Apa aja deh." Clara membenarkan posisi duduknya dikursi, tangannya menyahut kopi susu disamping buku yang tertumpuk rapi dimeja belajarnya kemudian menyeruputnya. Ia tersadar tak ada gunanya antusiasme berlebih, pada akhirnya ia hanya akan merayakannya sendiri.

"Kok gitu sih."

"Palingan batal lagi. Kerjaan kalian kan lebih penting daripada Clara. Jadi apa gunanya."

"Maaf ya sayang. Kali ini benar-benar Mama pulang kok. I swear. Ini sama papa sudah diperjalanan ke bandara."

"Iya iya."

"Nadanya kayak gak percaya gitu. Sebenarnya mama sudah ada kadonya loh."

"Hmm." Balas Clara malas. Alasan apapun sudah tak mempan padanya, ia sudah terlalu banyak menerima janji. Tapi Clara tidak pernah marah dengan mereka, ia tahu mereka juga berjuang untuk dirinya. Walaupun mulai sirna terkadang masih terbesit harapan bahwa orang tuanya akan ada disisinya.

"Ini kesukaan kamu. Nov...."

"Udah ya mah aku ngantuk. Good night." Belum selesai Celine berbicara Clara menutup telepon itu begitu saja. Ia sudah tak kuasa lagi menahan peri tidur yang bergantungan di pelupuk matanya.

***

Berita Terkini
3 orang di duga tewas akibat kecelakaan di jalan jendral sudirman Jakarta yang melibatkan sebuah mobil sedan dengan truk kontainer yang saling berlawanan arah dini hari tadi..........

"Bukannya itu didekat sini? Umur memang patut disyukuri, tidak ada yang tahu kapan ajal akan datang." Clara menatap seksama tv dengan sehelai roti dimulutnya sembari merapikan buku-buku nya untuk berangkat sekolah.

Kring-kring....

"Siapa yang nelpon pagi- pagi begini." Clara dengan segera melumat habis roti dimulutnya lalu mengambil handphone nya dimeja.

Alis tipisnya naik setelah melihat siapa pemilik nomor itu.
Mama? Pasti mau batalin janji. I know it.

"Ini atas nama Clara?" Suara cempreng dengan nada sedikit tinggi yang terasa asing dibarengi bising dari keramaian. Dan yang lebih penting, ini suara laki-laki

"Iya betul. Maaf ini siapa ya?" Tanya Clara sembari menyisiri rambutnya didepan cermin.

"Kami dari kepolisian, kami ingin mengabarkan kepada saudari Clara yang bersangkutan bahwa saudara Louis dan saudari Celine yang kami identifikasi informasinya dari ktp tadi malam mengalami kecelakaan dan telah dinyatakan tewas di daerah......."

Tut tut.. telepon terputus.
Tak... TAKK Crack...
Telpon itu seketika terjatuh dari genggaman Clara.

Hah? Mama? Papa? Jadi yang kecelekaan di dekat sini tadi... Gak. Gak mungkin. Bukannya mama gak akan pulang?

***

"Mama? Papa? Tidak. Gak mungkin. Gak mungkin. Gaaaakk"

"Ra. Kamu keringetan sekali astaga. Bangun. Heii.." Victor mengguncang pelan tubuh Clara yang mulai tadi melontarkan kalimat-kalimat yang tidak ia pahami.

"Gaakkkkkk."

Jduukkk....

"Awww." Clara menghantam sesuatu saat tersentak bangun dari mimpi burukmya. Matanya mengerjap-mengerjap mengidentifikasi dimana jidat kerasnya itu mendarat. Pancaran matahari pagi yang terhalang gorden terhampar redup di badan cowok bersetelan hitam lengkap didepannya. Matanya menyisir perlahan dari kaki hingga kepala.

"Pak Victor?" Akhirnya ia mengenalinya. Pria tinggi dengan rambut curtain itu sedang menatapnya dengan sebuah tissu dihidungnya.

"Wahh, Cara bangunmu sungguh bersemangat."

Clara mendudukkan badannya perlahan. Kepalanya begitu sakit. Untuk sesaat dia lupa siapa dirinya.

"Lupakan. Daripada itu aku lapar nih. Aku bisa terlambat kerja kalo kamu telat bikin sarapan."
Ucap Victor seoalah meminta kepada seorang istri dengan santainya.

"Iya sebentar ya. Kamu mau makan apa?" Jawab Clara tanpa berpikir kemudian beranjak pelan dari ranjang sembari melipat selimut yang ia pakai.

Sebentar. Memasak sarapan? Terasa ada sesuatu yang salah. Apa apaan suasana rumah tangga ini.

Clara terdiam sejenak. Wajahnya terlihat linglung. Ia sedang mencoba mengoperasikan kerja otaknya yang barusaja di refresh.

Apa? Dimana? Siapa? Kapan? Kenapa?

Ia membuang selimut yang ia lipat seketika setelah ia selesai memproses 5W+1H di kepalanya.

"Pak?"

"Iya?"

"Apa maksudnya ini?

"Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Jangan pura-pura bodoh. Kenapa aku ada disini?"

"Hei hei tenang. Bukannya kita baru saja melewati malam bersama. Kenapa kamu begitu marah?" Victor jongkok didepan Clara yang duduk diujung ranjang. Tangan kanannya yang tertutup kaus tangan putih membelai lembut rambut panjang Clara.

"Apa apaan. Kenapa seorang guru bisa melakukan ini kepada muridnya. Biadab." Clara menepis belaian Victor kemudian beranjak menuju pintu kamar.

"Hei kamu mau kemana?"

"Pulang lah. Bagaimana bisa aku tetap disini bersama binatang macam Anda."

"Kamu lupa kejadian kemarin? Kenapa kamu berpikir kamu bisa pulang?"

Pertanyaan Victor berhasil membuat langkah Clara terhenti, membuka perlahan ingatan samar Clara. Ingatan yang begitu mengerikan. Tangannya bergetar tak mampu memutar gagang pintu di depannya.

"Bagaimana kalau kita minum kopi sebentar?" Victor tersenyum manis. Garis bibirnya melengkung lebar.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Death Is BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang