00. Prolog

25 1 0
                                    

***

~Disebuah karaoke

"Cheeeerss" Teriak Mira mengangkat gelas nya. Wajahnya hampir semerah tomat.

Terlihat seseorang di pojok ruangan memicik keningnya melihat cewek yang baru saja menghabiskan gelas kelima nya masih cukup gila untuk meneguk kembali minuman setan itu.

5 hari yang lalu Clara mendapat ajakan party dari sekitar 3 orang mahasiswa tahun kedua dari kampus di sebrang sekolahnya. Clara berkali-kali menolaknya tapi Mira tiba-tiba muncul entah darimana menyambut tangan mereka dan mengiyakannya seenak jidat. Clara sebenarnya enggan sekali untuk datang tapi disisi lain dia tidak mau membiarkan sahabatnya sendirian.

"Kamu kenapa gak ikutan Ra?" Julian yang duduk dipojokan bersama Clara sedari tadi hanya sibuk dengan game nya.

"Harusnya kamu nanya kenapa kita ada disini, lagian kamu juga ngapain ikut datang? Seingetku kamu tipe orang yang suka sendirian."

Berbeda dengan Julian, Clara sangat terganggu dengan keramaian ini. Miras di negri ini ilegal, kalau bukan karena teman sableng nya dia gak akan repot-repot mengambil resiko keciduk polisi dan mengancam kehidupan kampus nya yang sudah menunggu didepan mata.
Satu bulan lagi ujian akhir siap menghadang mereka.

Clara mengambil lipstik di tasnya. Baluran warna merah muda kembali melapisi bibir nya yang mulai mengering.

Saat gemuruh bass dan gitar menutupi seluruh sudut ruangan Julian tiba-tiba bergeser mendekatinya meletekan mulutnya disebrang telinga Clara.

"Kenapa kita ada disini? Kau tau, jarang melihat wajah mu tertutup make up, aku sanggup pergi kemanapun untuk melihatnya." Bisikan Julian memecahkan kekacauan di kepala Clara. Ia menolehkan kepalanya. Kini tatapan mereka saling bertemu. Sebagian besar wanita mungkin akan terpikat jika berada disituasi itu, siapa sih cewek yang gak suka sama Julian, puncak standar tampan di sekolah. Tapi Clara sudah memantapkan komitmen, hatinya sudah menjadi milik seseorang.

"Jangan melewati batas. Aku pikir kamu sudah mengatasi nya." Ucap Clara mencolok kening Julian.

Julian melepaskan tatapan nya dengan malas, wajahnya terlihat sedikit kecewa. Tangannya kembali menari diatas layar handphone.

"Pacaran sama game sepertinya tidak terlalu buruk."

"Wajah tampan mu jadi sia-sia. Kau tau?"

"Aku gak terlalu peduli. Toh kamu masih nolak aku apa gunanya."

"Aku tau kamu begini karena Dia pergi. Tapi kau tau keputusan ku gak akan berubah kan."

Karakter game dihandphone nya terhenti menatap kemenangan musuhnya, sayangnya kenyataannya tidak jauh berbeda dengan dunia maya. Fakta yang pahit, Julian hanya diam dengan tatapan kosong.

Saat situasi menjadi canggung
"Raa. Ikutan yukk." Lantur Mira tiba-tiba bergelantungan dipundak Clara.

"Aduh jauh-jauh sana. Kamu bau alkohol." Ucap Clara melepaskan diri sambil menutup hidung nya.

"Liat tuh Reza sama Gebi udah tumbang duluan. Kalah taruhan terus sih, hahaha. Ah ayolah, Raa."

"Duuh cukup. Ayo kita pulang aja. Ini udah malem banget." Ucap Clara
sambil merapikan rambut Mira yang sudah sangat urak-urakan.

"Hah kok gitu sih. Gak mau. Kita disini sampe pagi." Ucap Mira merengek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan bodoh."
Clara mengambil tas dan handphone Mira dimeja dan menarik tangannya untuk keluar.

Sesaat sampai di pintu ia teringat sesuatu, matanya menyisir seluruh ruangan.

"Astaga kemana dia, aku melupakannya. Apa dia marah?"
Julian menghilang begitu saja saat perhatian Clara teralihkan oleh Mira.

Death Is BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang