Malam ini, Mark dan Akiel mengundang orang-orang terdekat mereka untuk sekadar berkumpul dan menonton film bersama di rumahnya.
Ajisaka menjadi orang yang pertama datang di kediaman kakak beradik Denandra itu. Senyuman manis si bungsu Denandra menjadi sambutan hangat saat dirinya memasuki rumah tersebut.
Wangi stroberi tercium dari surai hitam Akiel kala dirinya mengecup kening lelaki manis itu. Setelah pintu tertutup, ia pun berjalan mengekori sang pemilik rumah ke arah ruang keluarga.
Ia duduk di sofa panjang menghadap televisi besar yang berada tepat di depannya. Akiel berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum dan camilan-camilan yang sudah ia siapkan untuk para tamunya, kemudian ia kembali ke ruangan tadi.
Terlihat kakaknya tengah berbincang ringan dengan Ajisaka dan Jemian yang sepertinya baru saja tiba.
Lelaki yang lebih tua darinya setahun itu menepuk sofa yang ia duduki agar Akiel turut duduk di sebelahnya.
"Ngomongin apa?" tanya Akiel.
"Ngomongin Adek," jawab Mark singkat. Sontak saja kening Akiel mengernyit tak suka.
"Apa sih, kalian? Bagus ya ngomongin aku dari belakang gitu. Oke, fine."
Akiel menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa empuk tersebut. Ia juga menatap garang ketiga lelaki di hadapannya dengan kedua tangannya yang ia lipat di depan dadanya.
Jemian di sebelahnya yang sudah tak dapat menahan gemas itu mendekatkan wajahnya, kemudian tanpa disangka-sangka ia menggigit pipi kanan Akiel.
"Aduh! Kak Jemi, sakit tau!" Akiel mengelus-elus pipi putihnya yang kini memerah akibat ulah Jemian.
Ajisaka pun ikut duduk di sisi kiri Akiel. Baru saja Akiel ingin mengadu, saat menengok ke sebelah kirinya, ia dikejutkan dengan wajah Ajisaka yang begitu dekat dengan wajahnya sekarang.
Ajisaka malah ikut-ikutan menggigit kecil pipi kiri Akiel yang membuatnya membelalakkan matanya.
Lantas dengan cepat lelaki manis itu berdiri di depan keduanya seraya menunjuk wajah keduanya bergantian.
"Kalian tuh ya-"
"Spadaaa!" Itu suara Sekala yang baru saja memasuki rumah tersebut bersama Renjana yang merupakan kekasih hati si sulung Denandra.
Melihat hal tersebut, Akiel pun berlari ke arahnya dan menubrukkan tubuhnya pada Sekala. Oh, tentu saja lelaki itu mendekapnya dengan senang hati.
Akiel mendongak dan menatap wajah yang lebih tua dengan raut kesalnya.
"Aa' liat!" Ia menunjuk pipinya yang sudah berubah warna semerah tomat. "Pipi aku digigit Kak Jemi sama Jisa!" Ia berbalik dan menunjuk keduanya yang malah tertawa.
"Tuh liat dua orang itu malah ketawa. Marahin dong, A'!"
"Coba sini dulu liat mukanya," ujar Sekala. Ia kembali melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Akiel dan membalikkan tubuh yang lebih muda menghadap ke arahnya.
Ia kecup kedua pipi itu bergantian secara lembut dan perlahan. Terakhir, ia juga mendaratkan kecupannya di kening Akiel.
Yang diperlakukan seperti itu melunak, ia menggantikan raut kesalnya tadi menjadi senyuman manis hingga pipi merahnya terangkat.
"Aa' ter-the best!"
Ia pun melepaskan pelukan tersebut dan kembali berjalan menuju tempat berkumpulnya mereka. Matanya memicing kala menangkap basah sang kakak mengecup singkat bibir Renjana.
"Dih, Abang nggak boleh cium-cium di sini!" Mark yang mendengarnya sontak mengernyitkan keningnya.
"Lah, Adek aja gigit-gigit di sini. Udah gitu cium-cium juga tiga kali." Perkataan Mark hanya dibalas dengan cengiran oh, iya-nya Akiel.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGNETIC | Chenle Harem
Fanfiction[a] bersifat seperti magnet (sehingga dapat menarik). Akiel Denandra baru-baru ini kembali menetap di kota yang menjadi tempatnya hidup saat kecil. Ia mengikuti sang kakak yang ingin tinggal sendiri atas izin kedua orang tuanya. Dan tak disangka, Ak...