Dalam tidurnya, Akiel merasa terusik oleh suara alarm yang memang ia pasang ketika hari Sabtu dan Minggu untuk membangunkannya pukul 06.30.
Ia pun mulai mengerjapkan kedua matanya, masih dengan posisi tidurnya yang diapit oleh dua tubuh besar lelaki pada masing-masing sisinya.
Akiel mulai bangkit setelah melihat bahwa Jemian dan Ajisaka masih tertidur pulas, tampak tak terganggu oleh suara alarm tadi.
Dengan perlahan ia memindahkan satu persatu tangan-tangan berurat itu dari tubuhnya, kemudian ia pun turun dari ranjang dan barulah ia bisa mematikan alarmnya.
Lantas Akiel mengernyitkan keningnya kala ia melihat bahwa hanya ada dua pemuda yang ada di kasurnya.
Ke mana perginya Sekala? Tak mungkin 'kan jika lelaki tersebut sudah pulang terlebih dahulu tanpa memberi tahu dirinya?
Masih dengan tanda tanya di kepala, Akiel pun memilih beranjak untuk turun menuju lantai satu. Ia berniat akan memasak sarapan untuk pagi ini, hitung-hitung sebagai tuan rumah yang baik, hahaha.
Akiel melewati ruang keluarga yang semalam masih terlihat berantakan, namun sekarang sudah bersih dan rapi. Ah, pasti sang kakak yang telah membersihkannya.
Tanpa disangka, matanya menangkap sosok lelaki yang tengah tertidur di sofa panjang itu. Ia mendekat dan berjongkok merendahkan dirinya, menyejajarkan wajahnya dengan wajah yang tengah tertidur damai di situ.
"Aa'?" Akiel menepuk pelan bahu Sekala berniat membangunkannya. Sekala pun membuka matanya secara perlahan dan mulai mendudukkan dirinya. Ia menepuk lembut sisi kosong sofa yang ditempatinya.
Akiel pun bangkit dan duduk di sebelah lelaki itu. Tiba-tiba Sekala kembali merebahkan dirinya, namun kali ini paha Akiel yang ia jadikan sebagai bantalan kepalanya.
Wajahnya mulai mengusak pada perut Akiel dan kedua tangannya dengan erat melingkari pinggang ramping itu.
"Kalian semalem ngapain aja?" Suara seraknya teredam di bawah sana, namun hal tersebut tak mengganggu pendengaran yang lebih muda.
Akiel pun mengusap rambut berantakan itu dengan kasih sayang. Dirinya jelas mengerti bahwa yang dimaksud kalian adalah ia sendiri, Jemian, dan Ajisaka. Akiel mulai menerka-nerka, lelaki ini tengah cemburu, merajuk, atau apa?
"Emangnya ngapain? Kan cuma tidur doang, Aa'," jawab Akiel dengan lembut. Jari telunjuknya ia gunakan untuk menekan-nekan pipi Sekala.
Sekala pun menoleh ke atas, menghadapnya. Akiel merasa ingin terkekeh kala ia menatap raut cemberut lelaki yang lebih tua satu tahun darinya itu. Bibirnya maju, alisnya menukik seperti karakter animasi angry birds, dan mata itu menatap lurus ke arahnya.
"Boong. Kenapa Aa' nggak dipeluk waktu tidur semalem? Nggak mau tau, Aa' cemburu." Akiel pun tertawa ringan yang mana membuat Sekala semakin sebal.
"Kemarin aku ditarik sama Kak Jemi, tiba-tiba dikurung kayak lagi dipenjara tau. Waktu aku liat Aa', ternyata udah merem duluan, jadi ya aku tidur sekalian aja," jelas Akiel.
"Gimana? Masih ngambek nggak?" lanjutnya.
"Dikit. Cium dulu."
"Dih, dasaaar!"
"Ya udah. Aa' kekep kamu di sini seharian, biar nggak bisa ke mana-mana."
Akiel hanya memutar bola matanya malas. Namun begitu, ia tetap menurut dan mulai merendahkan kepalanya.
Kecupan dari bibir merah itu di kedua sisi pipinya Sekala terima dengan senang hati. Akiel pun kembali menegakkan posisi duduknya.
"Awas dulu, aku mau masak sarapan."
Sekala bangkit dan kembali duduk di sebelah pemuda manis itu. ia menghadap tepat pada wajah Akiel.
Lelaki itu dengan tiba-tiba menyingkap poni lurus yang lebih muda. Dengan lembut ia memajukan wajahnya dan membubuhkan sebuah kecupan pada dahi Akiel.
"Meowning kiss," jelasnya. Sontak Akiel tertawa kecil dan hanya menggelengkan kepalanya karenanya.
Ia pun mulai berdiri dan berjalan menuju dapur rumahnya. Sekala mengekor di belakangnya, mengikuti langkah Akiel. Ia pun duduk di salah satu kursi meja makan sembari mengamati Akiel yang mulai berkutat pada kegiatan memasaknya.
Suara langkah kaki pada anak tangga itu terdengar. Akiel menoleh dan menemukan Ajisaka yang berjalan ke arahnya dengan muka bantalnya.
Ia memeluk Akiel dari belakang dengan tiba-tiba, lalu menelusukkan wajahnya pada leher putih pemuda manis tersebut.
Bau susu menguar yang mana membuat Ajisaka semakin nyaman mengusak di sana. Sepertinya, bagian tubuh seorang Akiel Denandra tersebut akan menjadi candu baru baginya.
"Duduk dulu di sana, Jisaaa. Akunya susah masak ini. Sama Aa' aja." Protesan Akiel hanya dibalas dengan dehaman singkat oleh Ajisaka.
Hal tersebut tentu membuat Akiel kesal, ia menyikut perut lelaki di belakangnya yang menempel pada punggungnya.
Ajisaka pun menegakkan tubuhnya dan mulai mengecup kedua pipi Akiel sebanyak empat kali. "Jangan marah-marah. Masih pagi, Ay."
"Ya ya ya," balas Akiel, malas.
Setelahnya Ajisaka pun duduk di seberang Sekala. Keduanya asyik dengan dunianya, sama-sama masih mengantuk.
Akiel sesekali menghadap ke arah mereka dan dibuat terkekeh karena gemas. Lucu, kayak kucing, pikirnya.
Tak berselang lama, makanan yang dimasak Akiel pun jadi. Dengan telaten pula ia sajikan hidangan tersebut di atas meja makan.
"Kak Jemi tadi masih tidur, Ji?" Pertanyaan itu hanya dibalas anggukan singkat oleh Ajisaka dengan mata yang terpejam.
"Oke, kalian makan duluan aja, ya. aku mau panggil Abang sama Kak Jemi."
•••
[ ada yang seneng ndusel, ada yang suka peluk-peluk, dan yang satunya hobi kecup. terakhir, si akel sendiri yang sama-sama ga kalah manjanya :D apalah ini perkumpulan physical touch deh kayaknya? hahaha. ohya, gatau nanti updatenya kapan lagi karna baru cuma ngedraft 3, pls maafkan ]
VOTES AND COMMENTS ARE HIGHLY APPRECIATED
tysm ^__^
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGNETIC | Chenle Harem
Fanfiction[a] bersifat seperti magnet (sehingga dapat menarik). Akiel Denandra baru-baru ini kembali menetap di kota yang menjadi tempatnya hidup saat kecil. Ia mengikuti sang kakak yang ingin tinggal sendiri atas izin kedua orang tuanya. Dan tak disangka, Ak...