"Abaaang, udah bangun belum?" Akiel cukup berteriak di depan pintu tertutup itu guna memanggil sang kakak yang masih berada di dalam kamarnya.
Tak berselang lama, Mark keluar dengan baju kaus hitam dan celana pendek selutut, serta handuk berwarna merah yang bertengger apik di lehernya.
"Udah," jawabnya seraya mengusak surainya sendiri.
Akiel terheran melihat buliran air menetes pada rambut Mark yang basah.
"Tumben Abang pagi-pagi libur gini udah mandi? Habis ngapain?" todongnya dengan mata yang menelisik.
"Loh, Kak Ren mana?" lanjutnya kala tak menangkap presensi manusia lain di kamar tersebut.
"Astaga.. Pagi-pagi tadi Abang anterin Ren pulang karena dia ditelepon maminya. Ya udah, habis itu Abang mandi. Salah?" jelas Mark.
"Oalah, hehehe, kirain." Akiel berucap dengan mengeluarkan cengiran andalannya.
Mendengar hal tersebut, sontak Mark menarik salah satu pipi tembam itu. "Kirain apa, heh? Anak kecil nggak boleh sok tau," tegurnya.
"Ya ya ya. Abang turun gih, Adek masak."
Setelah mendapat anggukan dari sang kakak, Akiel mulai berjalan menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.
Tanpa basa-basi, Akiel menyingkap selimut yang menutupi tubuh lelaki Agustus itu. Hal tersebut tak cukup mengganggu bagi seorang Jemian Pradipta yang saat ini masih asyik terlelap.
"Kak Jemi.." Akiel mengguncang bahu Jemian dengan sedikit penekanan.
Tak ada perubahan.
Akiel pun mendengus.
"Kakak ganteng.. bangun dong."
Ajaib, Jemian mulai mengerjapkan kedua matanya. Dirasa sudah jelas penglihatannya, ia tersenyum tipis kala melihat sosok yang mencoba membangunkannya tersebut.
Akiel merasakan dejavu ketika lengannya lagi-lagi ditarik oleh lelaki yang lebih tua. Ia jatuh menubruk tubuh si pelaku yang kemudian dengan cepat menukar letak posisi keduanya.
Jemian setengah menindih Akiel dengan tangan kanan yang menyangga tubuhnya dan tangan kirinya mulai mengelus pipi merah muda alami itu.
Ia menaikturunkan sebelah alisnya dan menunjukkan seringai guna menggoda si manis. Dengan suara beratnya, Jemian menyapa, "Hai.. Selamat pagi, cantik."
Akiel yang melihatnya pun tersenyum miring. Ia mulai memajukan wajahnya hingga berada pada jarak lima senti dengan wajah tampan Jemian.
Akiel membubuhkan kecupan pada rahang tegas lelaki di depannya ini. Sontak Jemian menatap lekat bibir ceri tersebut.
Dengan perlahan, Jemian memajukan wajahnya dan mulai memejamkan mata hingga–
"ABAA– WUHWBBHWH!" Lelaki itu membekap panik mulut Akiel dengan sebelah tangannya dan membelalakkan kedua matanya tak percaya. Jemian pun memandangi pintu itu sungguh-sungguh.
Setelah dirasa tak ada tanda-tanda seseorang akan datang, ia menghembuskan napas lega.
Jemian kembali menatap Akiel yang malah terkikik geli. Ia pun mulai menggelitik pinggang Akiel tanpa ampun.
"HAHAHA IYA-IYA KAK JEMI.. UDAH HAHAHA AMPUN.." pintanya.
Akhirnya Jemian menghentikan kegiatannya tersebut. Ia mengusap air mata Akiel yang keluar karena banyak tertawa.
"Nakal."
"Hehehe. Iya, maaf." Akiel memberikan kecupan pada sisi kanan pipi Jemian. "Yuk, turun ke bawah. Udah pada sarapan di sana," lanjutnya.
Jemian menyingkirkan tubuhnya, membiarkan si kecil berdiri terlebih dahulu dan disusul dirinya sendiri. Ia merangkul bahu sempit Akiel dan mulai berjalan beriringan.
•••
[ ini jemian kalau lagi tidur, pules banget. ohya, maafkan karna updatenya dikit T__T kalian kalau mau memberikan ide silakan drop di cc, ya. https://curiouscat.live/favosunchenle (kalau gabisa dipencet, bisa cek di profil). boleh juga yang mau kasih kritik atau saran secara anonim di situ. kalau ada yang mau mutualan twtX, akunnya @favosunchenle, nanti kita berteman. terima kasih banyak, kalian <3 ]
VOTES AND COMMENTS ARE HIGHLY APPRECIATED
tysm ^__^
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGNETIC | Chenle Harem
Fanfiction[a] bersifat seperti magnet (sehingga dapat menarik). Akiel Denandra baru-baru ini kembali menetap di kota yang menjadi tempatnya hidup saat kecil. Ia mengikuti sang kakak yang ingin tinggal sendiri atas izin kedua orang tuanya. Dan tak disangka, Ak...