happy reading readers ✨
*
*
*
*"udah kak, gue kenyang!" Kesal luna mendorong sendok menjauh dari bibirnya, gadis itu tengah duduk bersandar di atas ranjang rumah sakit. Kondisinya telah sadar total, ia juga sudah bisa duduk dan berbicara bebas, hanya saja bagian kakinya masih sakit dan kaku untuk di ajak berjalan atau berdiri.
Andra meletakkan kembali sendok yang masih berisikan makanan rumah sakit ke atas nampan, laki-laki itu menatap datar ke arah luna, gadis berambut sebahu yang mendapat tatapan itu menelan ludah susah payah. Sungguh tatapan Andra begitu menakutkan untuknya, luna nyegir kuda menampakan dua buah gigi gingsul yang menyembul lucu saat ia tersenyum.
"Iya, iya gue makan" ia mengambil alih sendok dari tangan Andra,baru saja ingin memasukkan satu suap nasi yang terasa hambar kedalam mulutnya Andra sudah lebih dulu menahan pergelangan tangan gadis itu.
Andra menggeleng kecil, "udah gak usah di paksa, buang aja. nanti kalo mau makan lagi kasih tau gue, nanti gue belin apapun yang Lo pengen" ucapnya tersenyum.
Aluna terdiam dengan wajah cengo, Andra yang melihat wajah cengo namun mengemaskan adiknya terkekeh kecil, ia mencubit gemas pipi chubby Luna yang kini mengadu sakit oleh ulah cubitannya.
Andra kembali terkekeh kecil, "Pipinya bisa dikondisikan sedikit tidak Hem?" Gemasnya menusuk-nusuk pipi Luna yang hanya pasra tak melawan, yaa sebenarnya ia sendiri kesal si, tapi bagaimana lagi ini andra lagi dalam mode royal loh, kalo dalam mode gini mana mau Luna menyia-nyiakan nya.
"Ka!" Panggil luna.
"Kenapa?" Gadis berambut sebahu itu memainkan jarinya, "bunda gak datang lagi ya?" Tanya Luna menatap lugu wajah Andra yang membatu.
Laki-laki itu memegang pundak adiknya lembut, tangan besarnya terangkat mengusap setetes buliran kecil di ujung netra coklat adiknya
Laki-laki itu menggeleng, "jangan nangis," Andra mengusap cepat buliran kristal yang mengalir di pipi putih Luna, "ayah gak suka liat anak gadis nya menangis na" telak! Gadis berambut sebahu itu terdiam, tangan lentiknya terangkat-mengusap cepat jejak air matanya.
Andra Tersenyum,"Udah?" Tanya nya, Luna menggeleng.
"Kenapa?" Aluna menarik nafas panjang, "pengen rasain pelukan bunda" lirihnya sedih.
Grep
gadis itu mematung."anggap aja pelukan ini adalah pelukan bunda," Andra mengelus kepala adiknya yang bersandar di dada bidangnya.
Hangat dan nyaman, Luna memejamkan mata. "Biarin kaya gini dulu ka.. pelukan Lo nyaman"
*
🥀🥀🥀
*"Bunda! Ka Andra dimana?" Tanya gadis berambut panjang kepada wanita setengah baya yang tengah merenung didalam kamarnya.
Lia terdiam, sedetik kemudian senyum lembut terukir di bibirnya, wanita setengah baya itu mengapai kedua lengan putra bungsunya untuk berada tepat dihadapannya."ka Andra lagi ada keperluan yang mengharuskan dia tidak pulang." Jelas Lia berdusta.
Hana menganguk saja toh dia berfikir Andra ada urusan penting, Hana menatap mata Lina dalam, "kalo ka Luna?" Wanita setengah baya itu terdiam, banyak pikiran yang bercabang di otaknya apakah ia harus jujur soal kondisi Luna saat ini? Ataukah ia harus berbohong? Dua spekulasi itu berputar bak matahari dan bulan di otak Lia, membuatnya sedikit pusing.
"Bunda!"
Lia tersadar wanita itu terlihat gugup sekarang, "l-luna..."
"Luna dirumah sakit" Potong seseorang menyambung ucap lia, Hana maupun Lia mengenali siapa pemilik suara berat itu. Andra berjalan cepat ke arah bunda dan adik bungsunya dengan wajah yang terkesan datar dan suram.
Laki-laki itu mendekat, ia menarik Hana ke hadapannya, " ka luna ada dirumah sakit han," Andra melirik dingin ke arah Lia yang membatu. "Karna seseorang telah membuatnya terluka,"
Hana mematung, benarkah gadis itu dirumah sakit? Dan siapa yang telah membuat nya seperti itu? Ahh!! Ia tahu sekarang, Hana ber-smrik tipis, "aku tak menyangka manipulasi ku akan se-berpengaruh ini" batinnya tersenyum.
Gadis berambut panjang itu secepat kilat merubah wajahnya sesedih mungkin, "kak siapa yang telah membuat ka Luna terluka? Apakah ka Luna baik-baik saja?" Andra menganguk, "dia baik-baik saja sekarang"
Gadis itu menghembuskan nafas lega, "syukur lah, kalo gitu aku ke kamar dulu" Andra menganguk mengiyakan.
Hana pun berlari cepat ke atas lantai dua tempat kamarnya berada, meninggalkan Lia dan Andra sendirian.
Laki-laki itu beranjak berdiri, tatapannya begitu datar dan dingin.
"Udah puas bunda liat Luna masuk rumah sakit?" Wanita setengah baya itu terdiam, "adik ku sekarat bun, Dia hampir koma!" Lia mematung, darah nya seperti berhenti berdesir, se-berutal itu kah ia melukai anaknya, Lia benar-benar tak menyangka bahwa kondisi anaknya akan separah itu."Mengapa bunda begitu membencinya?" Tanyanya, Lia hanya membuang muka ke arah lain tak ingin menatap terlalu lama mata anak sulungnya yang kini berkaca-kaca.
Laki-laki itu menggeleng miris detik itu juga setetes kristal bening jatuh dari balik kelopak sendunya, "bunda gak tau, seberharap apa adikku menginginkan pelukanmu..." Andra menjeda ucapannya dikarnakan sakit sesak yang melanda.
Ia mencoba mengontrol nafasnya yang memburu. "D-di malam hari anak itu akan terbangun, dan menangis sembari berteriak ampun menyebut namamu," hati Lia mencelos seperti ada dua pedang yang menusuknya secara bergantian, perlahan wajah wanita itu terangkat-tepat pada wajah anak laki-laki nya yang kini tersenyum nanar.
"Kau tahu bunda, setiap malam anak itu akan berdoa, meminta kematiannya sendiri"
-
-
-Dahh dikit dulu yaa, otak ngebung ni gegara bayk tugas sklh WKWK.
TBC
*
*
*
*
sempatkan vote 🔔
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Aluna [Tamat]
Novela Juvenil❛❛dan pada akhirnya, aku telah kalah sebelum memulai❜❜ *** Sinopsis: Di paksa tumbuh dewasa di usia yang seharusnya masih memerlukan bimbingan orang tua bukan hal yang mudah untuk seorang "Aluna layara kayzee Dritama" Di usia nya yang baru 16 tahun...