1.

191 15 3
                                    

Saat ini Louis sedang menunggu kedua kakaknya turun dari kapal Noahtic. Dirinya langsung membukakan pintu kereta kuda milik mereka saat melihat Albert, sang kakak angkat menghampirinya.

"Albert nii-sama, dimana William nii-san?"

"Oi, ahli matematika!"

Belum sempat Albert menjawab, mereka mendengar suara seseorang yang seperti memanggil William. Mereka menoleh ke arah belakang dan mendapati William sedang berbincang dengan seorang pemuda berambut biru gelap. Louis memicingkan matanya melihat itu. Sedangkan Albert langsung menatap datar pemuda itu sebelum memilih untuk masuk ke kereta kuda. Louis menoleh ke arah Albert dan menghela napasnya.

"Ganbatte, William nii-san," gumam Louis ketika melihat Albert memejamkan matanya di dalam.

"Oh, Louis. Sudah datang."

William memasuki kereta kuda itu setelah mengusap kepala Louis. Dirinya melihat ke arah sang kakak angkat sekaligus kekasihnya yang masih memejamkan mata.

Louis melihat itu langsung menutup pintu kereta kuda dan duduk di kursi kusir sebelum mulai menjalankan kereta kuda itu kembali ke mansion Moriarty. Tanpa Louis sadari, ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh.

"Cantik," gumam orang itu.

.
.
.

Sesampainya mereka di mansion Moriarty, Louis segera turun dan membukakan pintu kereta kuda untuk kedua kakaknya. Albert turun lebih dulu dan langsung masuk ke dalam meninggalkan William yang bingung dengan sikap Albert. William menoleh ke arah Louis yang hanya dibalas dengan helaan napasnya.

"Susul Albert nii-sama, nii-san."

"Apa ada masalah, Louis?"

"Nii-san bisa tanyakan langsung pada Albert nii-sama."

William hanya menghela napasnya pelan sebelum menyusul Albert ke dalam. Louis hanya menggelengkan kepalanya melihat itu sebelum membawa kereta kuda itu ke belakang.

Louis langsung masuk ke dalam mansion dan mendapati William yang sedang membujuk Albert untuk berbicara. Louis memilih untuk ke dapur membuatkan kedua kakaknya teh.

Setelah selesai, Louis membawakan teh itu untuk kedua kakaknya yang masih berada di ruang santai. Setelah sampai, Louis langsung menaruh dua cangkir itu di meja.

"Albert nii-sama, William nii-san."

Kedua kakaknya menoleh ke arah Louis dan melirik teh yang ada di meja. Louis tersenyum ke arah kedua kakaknya. Albert dan William tau itu bukan senyuman tulus karena mereka merasakan aura tak mengenakkan dari adik mereka itu.

"Silahkan minum teh kalian. Kalian bisa bicarakan masalah kalian sambil minum teh."

Albert dan William meneguk ludah mereka. Sejujurnya Louis yang seperti ini lebih menyeramkan daripada bangsawan jahat lainnya. Mereka mulai menyesap teh mereka. Louis tersenyum melihat itu.

"Albert nii-san, sebenarnya ada apa?"

Mendengar pertanyaan William, Albert menghela napasnya pelan.

"Saat turun dari kapal Noahtic tadi, kau berbincang dengan siapa?"

William mengingat saat tadi mengobrol dengan seorang pemuda.

"A-ah. Dia, Sherlock Holmes. Dia membicarakan tentang Blitz Enders yang membunuh pemabuk itu di panggung."

Albert dan Louis saling berpandangan sebelum kembali menatap William.

"Rencana kita?"

William mengangguk mendengar pertanyaan Albert.

[END] Enemy to lovers (Sherlou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang