2.

113 14 0
                                    

Entah keburukan apa yang Louis lakukan di kehidupan sebelumnya hingga dia harus mendapatkan kesialan didatangi orang yang paling dia benci di kereta saat sedang makan bersama kakaknya. Louis mendecih saat Sherlock mulai mengobrol dengan sang kakak.

'Sherlock Holmes?!' batin Louis.

"Hope mengatakan padaku siapa dermawan yang membantunya. Orang itu adalah kau, William James Moriarty."

Louis terkejut mendengar itu. Dirinya melirik ke arah sang kakak yang masih terdiam dengan wajah datar.

'Yappari, Holmes memang harus disingkirkan,' batin Louis sambil meremas pisau yang ada di mejanya.

William tersenyum sambil melihat ke arah Sherlock. Dirinya melirik ke arah Louis yang berada di samping Sherlock.

"Catch me if you can, Mr. Holmes. Apa kau ingin aku menjawab seperti itu, tuan detektif?"

Louis terkejut dan menatap ke arah sang kakak. Sherlock tertawa mendengar itu.

"Bercanda, bercanda. Kau memang yang terbaik."

"Nii-san!"

William hanya menatap Louis sambil tersenyum. Sedangkan yang ditatap hanya mendecih. Sherlock mengikuti arah pandang William dan terkekeh melihat Louis yang memasang wajah kesal.

"ARGGHH!!"

Mereka bertiga terkejut dan menoleh ke arah suara teriakan. William dan Sherlock saling berpandangan sebelum mereka bertiga berlari ke asal suara.

"Ada apa?"

Seorang wanita yang tadi berteriak menoleh ke arah mereka bertiga dan menunjuk ke arah kompartemen yang terkunci.

"A-aku mendengar suara di sini dan saat aku periksa, aku melihat itu."

Sherlock melihat ke dalam dan menunjuk ke dalam sambil menatap William. William melihat ke dalam.

"Ahh pembunuhan."

"Naa Liam. Bagaimana jika bertaruh siapa yang lebih dulu menemukan pelakunya sampai stasiun berikutnya?"

'Liam?! Sok akrab sekali!' batin Louis kesal.

"Boleh saja. Tapi sepertinya ini akan menjadi sedikit rumit."

William melirik ke belakang Sherlock diikuti oleh Sherlock dan Louis terkejut. Mereka mendapati teman sekamar Sherlock datang dengan darah di kemejanya.

"J-John?"

John terkejut dan melihat kemejanya yang ada bercak darah.

"A-aku tidak tau. Saat aku keluar dari kamar mandi seseorang menabrakku dan aku tak sadar ada darah di kemejaku."

William melirik ke arah Louis dan tersenyum saat sang adik seperti ingin mengatakan sesuatu yang dia tau pasti ada kaitannya dengan Sherlock.

"Louis, ingat Noble obligations."

Louis hanya bisa terdiam mendengar itu. Setelah Sherlock selesai dengan para polisi kereta, dirinya langsung menghampiri William dan Louis untuk mulai menyelidiki.

Cklek!

Mereka berdua langsung masuk dan Louis menunggu di luar karena William memintanya seperti itu. Sherlock dan William mulai menyelidiki. Mereka berdua akhirnya sampai pada satu kesimpulan dimana orang ini adalah seorang penjual perhiasan dan ada yang mencoba mencuri darinya. Namun entah karena obat bius yang dia berikan di minuman korban kurang atau korban yang agak kebal dengan obat bius, korban sadar saat pencurian itu terjadi mengakibatkan pelaku panik dan tak sengaja membunuh korban.

"Obat bius?"

"Hm. Ini buktinya."

William menunjukkan botol dan gelas yang ada di sana. Louis mengambil gelas itu dan menciumnya.

"Nii-san.."

William mengangguk. Sherlock dan William keluar dari kompartemen itu. Mereka berdua berjalan ke arah yang berlawanan.

Tiba-tiba ada seorang kru kereta yang menghampiri William untuk memberikan sesuatu.

"Moriarty-sama. Ini daftar penumpang yang kalian minta."

William tersenyum sambil menerima daftar itu dan berterimakasih pada kru itu. Setelahnya mereka kembali ke gerbong makan untuk berdiskusi.

"Jadi, bagaimana nii-san?"

William menatap Louis sambil menyesap tehnya. Dirinya tersenyum.

"Kau bisa melihat dari jejak sepatu. Ada berbagai jejak sepatu yang sama dengan jejak sepatu pelaku."

Louis melihat ke arah lantai dan terkejut saat seorang kru kereta lewat dan jejak sepatunya sama dengan jejak sepatu pelaku. Dirinya langsung menatap ke arah sang kakak.

"Holmes akan sadar tentang itu dan langsung mengumpulkan mereka. Sebelum itu, ada sesuatu yang harus aku lakukan."

Louis menatap sang kakak dengan pandangan heran saat William mulai beranjak dari duduknya dan menyuruh dirinya tetap di sini.

Tak berselang lama, benar saja seperti yang kakaknya katakan. Sherlock mengumpulkan semua kru kereta.

"Yang ukuran sepatunya 7 inchi harap maju."

Dua kru yang terpanggil maju. Inspektur Lestrade yang sedari tadi menyimak langsung maju untuk memeriksa sarung tangan keduanya. Yang pertama aman. Saat yang kedua, Lestrade terkejut ketika mendapati lengan baju itu basah.

"Buka tanganmu."

Sang kru berkacamata itu membuka telapak tangannya dan ketakutan saat melihat ada becak darah di kedua tangannya. Awalnya dirinya mengelak bahkan sampai membuka sarung tangan untuk memperlihatkan telapak tangannya yang tersayat.

Sherlock dan Lestrade terkejut. Mereka saling berpandangan. William tersenyum dan menatap sang kru berkacamata itu.

"Kau bilang kau terluka?"

"H-ha'i."

"Lalu kenapa ada darah di kacamatamu? Itu mungkin berasal dari darah pria di kompartemen itu."

William berjalan mendekati kru berkacamata itu sambil tangannya menunjuk ke dada sang kru.

"Bukan cuma itu. Mau aku tunjukkan?"

Sang kru ketakutan. Dia menunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku tidak bermaksud membunuhnya! Tidak bermaksud!"

Tangan kru berkacamata itu diborgol dan polisi kereta meminta maaf pada John. Sedangkan Sherlock melirik William sambil menyeringai.

"Liam, teme! Ternyata kau pandai menggertak."

William dan Louis keluar dari ruangan itu dengan backsound Sherlock yang mengajak mereka makan di London.

"Untung saja nii-san melihat darah di kacamatanya."

"Ah itu? Itu darahku."

Louis terkejut mendengar itu.

"E-eh?"

"Aku tau pelaku akan mengelak, makanya aku menghampiri kru satu persatu untuk menempelkan darahku pada mereka."

Louis mendecih dan menatap kesal ke arah luar kereta.

"Yahari, Holmes memang lemah."

William terkekeh mendengar itu.

"Metode Holmes sah secara hukum. Sedangkan metode ku berlaku di luar hukum. Aku rasa kita akan menjadi teman yang hebat."

Louis semakin merengut mendengar itu. Mereka kembali ke kompartemen mereka sambil menunggu kereta tiba di tujuan mereka.












TBC

Halo. Gmna book nya menurut kalian?

Jangan salah lapak yaaa

Jangan lupa juga buat vote dan komennya kalo kalian suka sama book ini yaaa

[END] Enemy to lovers (Sherlou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang