Himmel - Episode 07

7K 669 79
                                    

Selamat membaca danSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Empat orang gadis menatap satu orang teman mereka yang terlihat sangat tidak bersemangat. Sorot matanya terlihat lesu, wajahnya sangat tidak bersemangat. Mereka sudah terbiasa melihat wajah malas belajar itu. Tapi kali ini berbeda. Bukan wajah malas atau tidur di dalam kelas. Gadis itu menunjukkan kesedihan di dalam wajahnya. Empat gadis itu bernama, Brielle, Solveig, Anora dan Dagni. Mereka berempat merasa bingung dengan Miracle yang terlihat sangat sendih.

"Kau sedang apa?" Tanya Brielle Bingung.

"Apa kau demam?" Solveig menyentuh kening Miracle. "Tidak panas!"

"Seseorang menolak cinta mu?" Tanya Anora.

Dagni mencolek-colek pipi Miracle. "Apa baterainya sudah harus di ganti ya?"

Miracle tidak nyaman teman-temannya yang sibuk mengelilingi —Menatap wajahnya dari dekat. "Enyahlah kalian semua!"

"Ada apa dengan mu Miracle? Apa kau bertengkar dengan papa tampan mu itu?" Tanya Anora. Miracle yang sering mengantuk, malas dan tidur di kelas sudah biasa. Tapi yang satu ini sangat tidak biasa.

Miracle menggeleng pelan. Ia sibuk merebahkan kepalanya di atas meja. Melipat kedua tangannya di jadikan sebagai penungku. "Tidak! Bukan itu!"

"Apa kau bertengkar dengan mama mu? Sepupu-sepupu mu?" Tebak Solveig.

"Leave me alone!" Pinta Miracle.

Ke-empat temannya langsung bubar ke tempat masing-masing begitu dia memintanya. Bertepatan saat itu juga kelas pelajaran di mulai.

Miracle menatap huruf-huruf yang terlukis di papan tulis. Telinganya tidak mendengarkan, matanya juga tidak fokus memperhatikan. Isi pikirannya tak bisa lepas dari Czar. Karena Ia dan Czar sudah menjadi teman sejak kecil. Ada banyak sekali kenangan di antara mereka. Miracle mengangkat kedua tangannya. Meminta izin untuk pergi ke toilet. Bukan toilet tujuan yang sebenarnya. Miracle ingin pergi ke lapangan indoor. Sesuai dugaan dua sepupunya berada di sana, bermain basket.

"Wow! Lihat siapa yang datang!" Eoghan menyambut kedatangannya.

"Apa ini? Bukankah putri kesayangan ini bilang ingin menjadi anak baik?" Ejek Nefely. Setelah Miracle berkata tidak akan berbuat onar. Menjaga citranya. Menaikkan nilai demi mendapatkan kembali motor kesayangannya.

Miracle berjalan malas ke arah mereka. Merebut bola yang di pantul-pantulkan Eoghan. "Menjadi anak baik itu membosankan!" Miracle melempar bola basket itu ke dalam Ring dari tempatnya. Gotcha!— Bola itu masuk dengan sempurna. "Mau bermain? Siapa yang skornya paling sedikit. Dia harus mentraktir semua orang disini!" Tantang Miracle.

Nefely dan Eoghan saling melempar senyum. Tantangan yang menarik dan itu bukan masalah untuk mereka. Mereka bertiga bermain dengan semangat. Saling merebut bola. Tak membiarkan satu dari mereka mendapatkan point. Ketiganya begitu cekatan. Point pertama di dapatkan oleh Nafely. Point kedua di dapatkan oleh Eoghan. Pointe ke tiga di ambil lagi oleh Nafely dan point keempat di dapatkan oleh Miracle. Mereka bermain sampai waktu istirahat telah tiba.

Himmel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang