05

114 13 1
                                    

selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
deva sudah menghabiskan minumannya, dan dia belum tidur juga sampai sekarang. jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, hampir jam satu

bocah itu masih setia melebarkan matanya, dia seperti tidak ada tanda tanda akan tertidur

"kenapa kamu belum juga tidur deva... ini sudah malam sekali..."

aksen sendiri bahkan sudah lelah, dia sedari tadi memangku deva sampai kedua kakinya kesemutan, aksen sudah mencoba banyak hal agar deva tertidur, tapi semuanya tidak berhasil

gumpalan lemak itu masih setia membuka matanya, dia menatap dalam dalam wajah aksen dalam dekat, tangan kecilnya juga sesekali menyentuh sisi wajah aksen, lebih tepatnya seluruh wajahnya. wajah aksen seakan mainan untuk deva

"deva belum mau tidur...? kamu belum mengantuk sayang...?"

deva hanya menatap aksen saja, dari tatapannya sudah terjawab jawabannya. deva belum mengantuk.

aksen menghela nafasnya, dia kemudian menaruh tubuh deva di atas kasur

"sebentar"

deva yang diturunkan dari pangkuan aksen itu panik sendiri, dia celingak-celinguk menatap ke sekeliling, sebelum merentangkan kedua tangannya kearah aksen seakan akan ingin meraihnya. bibir deva mulai bergetar dan matanya berkaca kaca

"p— p..wapa... h.., hiks..."

aksen mengambil buku buku materi yang ia pelajari sebelumnya itu lalu membawanya ke kasur, dia harus belajar, besok ujian

"iya sayang... papa disini"

aksen kemudian kembali memaku tubuh kecil deva itu, padahal hanya dibiarkan beberapa detik, deva sudah hampir menangis seperti itu. dikuatkan lagi saat aksen memangku tubuh deva, deva langsung memeluk tubuh aksen erat erat

aksen kembali overthinking, bagaimana besok ketika ia sekolah? ia akan meninggalkan deva berjam jam. bagaimana nasibnya? apa yang akan terjadi?

"shh... jangan menangis..."

aksen menepuk nepuk punggung Deva perlahan, dan usahanya itu berhasil membuat si kecil tenang kembali

aksen berfikir sejenak, dia mengamati sejenak sebelum akhirnya menemukan ide.

"ah, deva main ini saja, ya?"

aksen kemudian memberikan sebuah kertas dan satu pulpen berwarna merah kepada deva. aksen kemudian mengajari deva untuk memegang pulpen itu, walau tidak benar. yang penting deva bisa memeganginya

"nah, lalu coretan pulpen ini ke kertas di depanmu. like this"

aksen memegangi pergelangan tangan deva yang kecil itu, lalu menggoreskan secara perlahan pulpen itu ke kertas didepan deva

dan siapa sangka, ide aksen itu membuat si deva tertawa. dia mulai mencoret coret asal kertas didepannya itu dengan pulpen yang ia pegang, walau sederhana tapi berhasil membuat si kecil bahagia dan tertawa

aksen tersenyum, udahan berhasil ternyata. dia kemudian mencondongkan tubuhnya kedepan sekilas lalu mengecup pipi deva sesaat

"baiklah... kita mulai, lagi" aksen kemudian membuka buku materi itu lalu mulai membaca dan mempelajarinya, kembali
.
.
.
jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, dan akhirnya si deva sudah tertidur kembali didepan aksen persis dengan masih memegangi pulpen ditangannya

aksen terdiam, dia kemudian meletakkan buku yang tengah ia baca di atas tempat tidur

"aku harus mencari pengasuh."

𝐅𝐀𝐓𝐇𝐄𝐑'𝐒 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang