"El, Abang ngapain kok lama banget?"tanyanya pada Erland.
"Ada temennya di bawah" jawabnya dengan santai, yang bertanya hanya oh ria saja.
"Kita pulang yuk" ajak Anin pada kedua sahabatnya.
"Ehh, jangaann...k-kita masih pengen disini"ujar Hanna.
"Iya, Nin, mumpung malming kann" setuju Vania.
"Kalo gitu aku aja yang pulang" jawab Anin.
"Disini dulu Nin, kita tunggu Abang lo sekalian." cegah Erland, agar Anin tidak pulang terlebih dahulu.
"Ck, lamaa"gerutunya dengan kesal.
Tidak ada yang memulai obrolan sekalipun, ke empatnya hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Tapi di lain sisi Erland terus memandangi Anin yang terlihat cemberut. Bentar lagi lo bakal tersenyum dengan indah. Ucap Erland dalam hati dengan bahagia.
Keheningan masih saja berlanjut, hingga waktu dimana Agra datang memecahkan kediaman mereka.
"Abang, ayo pulang, aku udah bosen" ajaknya pada Agra untuk segera meninggalkan tempat ini, jujur ia sedari tadi menahan kantuknya.
Tidak menjawab ajakan sang adik, ia malah tersenyum penuh kebahagiaan pada adiknya, ini adalah momen yang ia nanti-nantikan...tapi ia baru bisa menuruti nya sekarang.
"Liat, gue bawa siapa" tunjuk Agra pada barisan orang dibelakangnya.
Anin terkesima dengan pemandangan yang ia lihat, saat ini perasaan sungguh kacau, ini yang ia inginkan selama ini. Saat ini ia bisa melihat wajah-wajah orang yang ia rindukan sekali.
Sudah cukup lama mereka tidak saling berkomunikasi karna kesibukan masing-masing, hingga hari dimana Anin berbicara berdua dengan sang Abang akan kerinduan yang ia rasakan pada orang-orang itu.
"Kaliaaannn" teriaknya, seraya menghampiri orang yang berjejer di belakang Agra.
"Aku kangen bangeett, aku kangen sama kalian semuaaa" serunya pada cewek-cewek yang ia peluk, dengan kebahagiaan.
"Lo ga kangen sama kita juga?" tanya cowo berkalung itu.
Anin membalikkan badannya."Haiii, kangenn bangeett dongg" ujarnya dengan lantang.
"Kayanya kurang satu deh, oh, iya, Brama mana?"tanyanya celingukan mencari keberadaan temannya yang entah kemana itu.
"Im here, Brama Danuarta putra disinii"teriaknya dari kejauhan.
"Hai, Anindya Putri Auriga. Lama tidak berjumpa, gimana kabarnya?"sapanya pada Anin.
"Baikk, kamu gimana?, masih sama kaya yang lalu ga?" tanya Anin dengan kekehan.
"Alhamdulillah, sekarang masih sama" jawabnya dengan tabah.
"Sama protektif nya" sindir Rafa, dibarengi dengan kekehan dari yang lain
"Sirik aje lo"jawab Brama.
"Ayo duduk, pada cape pasti" ajak Anin pada teman-temannya.
"Gue sih, nggak ya, soalnya tadi puas banget liat senyum lo" ujar Raga, yang di balas senyuman oleh Anin.
Hari ini adalah hari yang akan Anin kenang selalu, ia menemukan penyemangat nya yang dulu hilang dan sekarang kembali. Ia tidak berhenti tersenyum, orang-orang yang selalu ia rindukan kini kembali padanya.
"Seneng?" tanya Erland tiba-tiba, karna melihat Anin yang sejak tadi tidak ada hentinya tertawa.
"Seneng bangett, makasih yaa".
"Bukan gue yang rencanakan, Abang lo" ujar Erland memberitahu kebenaran.
Setelahnya Anin beralih menatap Agra yang tengah mengobrol dengan yang lain. "Bang"panggil Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
(261022) DAN TAHUN-TAHUN SETELAHNYA.
Cerita PendekMengenalmu bukan bagian dari penyesalan, jika tuhan memberi kita kesempatan untuk bersama kembali mungkin akan ku ambil kesempatan itu.