Pagi ini aku sudah menancapkan daun bawang yang sudah ku potong daunnya ke tanah yang kemarin sudah proses pengolahan tanah dulu. Seperti mencangkul, di buat bedengan, di kasih pupuk tai ayam dan di tutup menggunakan plastik.
Ku usap peluh yang mengalir di pelipisku menggunakan lengan tangan kananku.
Setelah selesai menanam daun bawang, kulihat Mas Diki membawa daun bawang yang sudahaku panen sebelum menanam daun bawang tadi menuju mobil bak terbuka.
Aku memanen daun bawangku tadi saat pagi-pagi buta.
Mas Diki berjalan menghampiri ku saat aku sedang duduk di atas tanah untuk mengatur nafasku.
"Daun bawang sekarang lagi mahal Ran",ucap Mas Diki padaku.
"Satu kilo berapa Mas?"
"15 ribu satu kilo".
Bibir ku tersenyum tipis "oke Mas".
"Uangnya nanti ya, aku bawa daun bawangnya ke pasar dulu".
"Okey".
Mas Diki berjalan meninggalkan ku dan aku memilih menenggak sebotol air minum untuk melegakan dahagaku.
Ku ambil brokoli dan wortel di kebun lalu kumasukan kedalam plastik untuk ku masak nanti di rumah.
Waktunya pulang.
Kakiku melangkah menuju sungai terlebih dulu untuk mencuci tangan dan kaki ku sebelum aku pulang menuju rumah. Ku lihat kabut masih menutupi kebun.
"Keeran air".
Langkahku berhenti saat melihat Mas Nanang yang berdiri di depanku bersama 3 mahasiswa dan 3 mahasiswi lainnya.
Kenapa Mas Nanang seperti guru TK yang sedang mengajak anak-anak buat jalan-jalan keliling desa sih.
"Apaan?"
Mas Nanang menyodorkan seplastik buah stroberi kepadaku "buat kamu".
"Oke",sahutku dan mengambil seplastik buah stroberi itu lalu berjalan pergi meninggalkan nya.
"Tunggu dulu...."
Aku menghentikan langkahku dan menatap Mas Nanang dengan malas "what?!"
"Bentar aja Keran, aku mau memperkenalkan mahasiswa dan mahasiswi padamu supaya nanti mereka bisa menemuimu kalau aku ada urusan keluar kota".
Aku menghela nafas panjang saat Mas Nanang terus saja selalu memanggilku dengan nama Keran, padahal namaku itu Keeran dan huruf E nya tuh ada dua lho.
Mas Nanang berdiri disampingku lalu menatap 3 mahasiswa dan 3 mahasiswi didepan kami "oh ya teman-teman....di samping ku ini namanya Keeran Rowan dan dia ini ketua karang taruna di desa ini. Jadi kalian bisa menemui dia jika saya tidak ada di desa ini, nanti saya akan memberitahu dimana letak rumahnya".
"Ini namanya Aksa, Rayan dan Chan",ucap Mas Nanang sambil menatap satu persatu mahasiswa di depanku.
Para mahasiswa itu tersenyum manis ke arahku dan aku hanya membalas dengan senyuman tipis ke arah mereka.
Aksa berambut cepak dan rapi dan Rayan rambut nya gondrong. Kalau Chan rambutnya bergaya jambul dan jelas bukan jambul katulistiwa.
"Kalau ini namanya Lyra, Qilla dan Ellen",ucap Mas Nanang lagi untuk memperkenalkan mahasiswi yang berdiri di dekat para mahasiswa.
Lyra berwajah cantik dan imut dengan rambutnya yang panjang nya sedikit melebihi bahu, dia juga memakai kacamata minus. Kalau Qilla juga berwajah cantik dengan rambut panjangnya yang berwarna cokelat
Dan yang terakhir Ellen.....wajahnya memang cantik, eleegan dan berkelas seperti ratu. Apalagi rambut blonde panjang nya bergaya face framing layer dengan potongan layer panjang yang dibuat untuk membingkai wajah. Tapi tatapan dan ekspresi nya benar-benar dingin.
"Okey. Kalian bisa menemuiku di saat Mas Nanang gak ada saja",sahutku.
"Baik Keeran", sahut Aksa sambil tersenyum manis dan yang lainnya pun ikut tersenyum manis kecuali Ellen.
Aku merasakan bahwa Ellen sedang menatapku dengan tajam dan aku juga bisa merasakan kalau tatapannya adalah tatapan mengintimidasi ku.
Apa ada yang salah denganku?
"Kalau begitu saya permisi",pamitku dan memilih berjalan pergi meninggalkan mereka tanpa menunggu sahutan dari mereka.
Ku buka pintu gerbang rumahku yang lumayan tinggi dan aku berjalan masuk kedalam rumahku lalu menuju dapur untuk meletakan brokoli, wortel dan stroberi yang ku bawa tadi sebelum pergi ke kamar mandi untuk mandi supaya tubuhku bersih dari bakteri, virus ataupun pestisida yang menempel di tubuhku.
Menjaga tubuh untuk tetap sehat adalah kewajiban. Kalau tubuh sehat maka semuanya akan di lakukan dengan mudah.
Setelah mandi, aku memakai pakaian santai dan membuat salat sayur untuk sarapan pagiku.
Kini aku menyirami pot-pot yang berisi tanaman sayur dan buah di halaman tengah.
Btw, rumahku ini berbentuk kotak dengan halaman yang penuh tanaman di tengah-tengah nya. Ada berbagai macam tanaman sayuran dan buah. Halaman rumahku beratap kaca agar ada cahaya matahari yang masuk kedalam dan untuk mencegah hama tanaman yang akan merusak tanamanku. Di halaman tengah juga ada gazebo kecil untuk aku bersantai.
So....di rumahku ada banyak pintu. Ada 2 kamar tamu, kamar orang tuaku, kamarku, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, dapur dan ruang makan jadi satu. Pintu-pintu itu menghadap ke halaman tengah.
Kedua orangtuaku sekarang berada di Denmark karena Papa bekerja disana dan aku menjadi petani disini.
Mereka memilih menetap di Denmark karena Denmark adalah negara teraman dan negara yang paling bahagia di dunia.
Sejujurnya aku ingin di Denmark bersama mereka karena di Denmark sendiri selama ini dikenal memiliki pemerintahan yang stabil, angka korupsi yang rendah, dan akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Walaupun pajak tergolong tinggi tapi masyarakat tidak keberatan membayar nya karena mereka yakin pajak tersebut akan menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Kalian pasti penasaran kenapa aku memilih menjadi jadi petani disini daripada tinggal di Denmark bersama kedua orangtuaku? Yang pertama karena desa ini adalah tanah kelahiranku sebelum kami pindah ke Denmark dan yang kedua karena aku ingin merangkul warga-warga di sini untuk menjadi desa yang maju. Aku juga membantu mereka memperbaiki kualitas hasil pertanian mereka dan sekaligus membantu perekonomian warga disini yang mayoritas nya petani untuk menjual hasil pertanian mereka. Walaupun aku belum berhasil menembus ekspor,mereka tetap senang karena hasil pertanian mereka bisa menembus supermarket.
Selain menjadi petani, aku bekerja menjadi senior software engineer dan pekerjaan tersebut bisa aku kerjakan di rumah.
Aku tidak tau kenapa aku sangat mencintai desaku ini walaupun Denmark juga tidak kalah indahnya sih. Tapi aku tetap cinta negara ini dengan segala kerandoman warganya.
Pegunungan yang indah dan setiap harinya aku bisa menghirup oksigen yang sehat karena disini banyak sekali pepohonan.
Bukankah aku benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Romantic KKN (Completed)
RomanceSebuah desa di kawasan Gunung Lawu menjadi lokasi KKN untuk mahasiswa-mahasiswi yang harus mereka jalani demi menuntaskan masa akhir perkuliahan mereka. Tanpa ada perencanaan hati, Ellen Reinhard yang niatnya mau KKN tapi malah jatuh cinta dengan pe...