~ONE DAY~
Cuaca pagi ini mengiringi langkah kaki para siswa siswi SMA Negeri Greatest menuju gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki sendiri, ada yang berjalan kaki berdua sambil bergurau, ada yang bergerombol sambil tertawa lepas, ada yang diantar orangtua menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Sedang satpam sekolah itu mengatur lalu lintas siswa menuju gerbang sekolah sambil di salami siswa yang memasuki gerbang dengan seuntai senyum semangat. Di gapura sekolah terpampang besar tulisan SMA Negeri GREATEST (Greatest High School). Ketika kita masuk terlihat jelas beberapa pohon besar yang rindang, berbagai jenis bunga yang ditanami di pot, dan ada juga pot-pot diisi bunga yang menggantung di setiap koridor sekolah. Tempat duduk yang terbuat dari besi melekat di setiap tiang tiang depan kelas, halaman yang bersih ditumbuhi rumput nan hijau menambah keasrian lokasi SMA Greatest, disebelah kanan terdapat lapangan basket yang cukup luas dan agak jauh dari situ ada gedung musolah, sebelah kiri terdapat gedung perpustakaan yang cukup lengkap. Ini lah sekolah gue, sekolah SMA Negeri Greatest Bandung.
Terpaan angin membuat rambut Audrey sedikit berantakan hingga menutupi wajahnya, secepatnya tangan Audrey langsung merapikannya ketempat semula lalu kembali memperbaiki posisi jepitan rambut aksen mutiara dan melanjutkan langkah kaki menuju ruang kelas.
Selang beberapa menit Audrey sampai di kelas dan baru beberapa orang yang datang sambil sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Dia pun mengambil sikap duduk sembari melepas tasnya ke tempat duduk. "Morning girl" sapaan tepat disebelahnya. "eh. Morning juga" balas Audrey sambil merapikan meja dan kursinya. "Lo kok tumben datang cepat?" Tanya Audrey heran. "apaan sih? Gue juga bisa datang lebih awal kali" jawabnya sambil ngeledek. "ngga biasanya. Biasanya kan loe selalu telat ke sekolah" balas Audrey ngeledek. "ih Audy nyebelin. Giliran temennya datang lebih awal diledek. Giliran telat juga diledek. Kan serba salah atuh neng" ujarnya sambil masang wajah sedih dengan bibir manyun. "makin gemes tau" ledek Audrey sambil nyubit pipinya.Kenalin dia sahabat gue, Clarita Aracelly, panggil saja Cla dia cantik, tinggi, kulit sawo matang, berambut hitam sedikit ikal, baik, nyebelin, cerewet, jago matematika pokoknya dia termasuk rumpun yang smart girl lah. Tapi, kelemahannya, dia selalu datang terlambat, tapi dia stay selow aja, dia tetep lolos dari guru piket gue juga ngga tau kenapa. Oh iya, gue juga punya sahabat tapi kelas kami berbeda. Mereka kelas X-2 sedangkan gue dan Cla di kelas X-1. Ya walaupun kelas kami berbeda tetep aja kami saling komunikasian dan kami tetep kompak.
Proses kegiatan belajar sedang berlangsung, suasana kelas juga kondusif semua mata tertuju pada guru yang sedang menjelaskan di depan. Namanya Bu susan, dia cantik tapi sedikit killer! Hehe.. bu susan sudah mempunyai tunangan dengar dengar dari tetangga sebelah mereka akan nikah tahun depan. Bu susan mengasuh mata pelajaran matematika.
Sudah 2 jam berlalu kami masih mengerjakan tugas yang diberikan bu susan setelah paham tentang penjelasan materi yang diberikannya.
Selang beberapa menit, bel istrahat pun berbunyi, siswa pun satu persatu berhamburan keluar kelas. Ada yang berjalan di koridor sekolah, ada yang tetap duduk di dalam kelas, gue dan Cla sepakat untuk keluar kelas menuju kantin.
"hello girls!!!" seorang gadis berpakaian seragam cheerleaders dengan rambut guncir kudanya. dia tinggi, manis, aktif dalam kegiatan exkul, termasuk smart people deh. Kenalin, dia Nada Lexandra biasa dipanggil Nada dan dia termasuk sahabat gue seperti yang gue certain pada bagian sebelumnya. "latihannya udah selesai?" Tanya gue kepada Nada yang dari tadi latihan Cheers untuk persiapan pertandingan basket bulan depan nanti. Kebetulan sekolah gue mantul dalam pertandingan basket, buktinya lima tahun terakhir sekolah gue selalu number one sesuai dengan nama sekolahnya dong dan denger denger itu karna team basketnya jago banget, gue juga ngga tau kebenarannya, cuma denger aja dari teman teman sekelas. Ngga tau deh, gue juga ngga ambil pusing. "udah. Capek banget. Gerakannya semakin rumit mana tubuh gue dilempar lempar lagi" cetus Nada pada kami berdua sambil pijit pijit lengan kirinya. "hahahahaha" kami berdua pun tertawa sambil meneruskan langkah kaki kami menuju kursi kantin dan memesan makanan.
Jeane Kezia sudah menunggu kedatangan kami bertiga sambil bertopang dagu. Jen akrab dipanggil. dia pintar, cantik, rambut lurus sebahu, kemana mana selalu bawa buku atau kertas. Gue juga heran sama kebiasaannya dia, disekolah mau ke kantin, ke toilet, dipanggil guru, duduk di teras sekolah dia tetep bawa satu buku atau kertas lalu digulung dan buku itu ngga ada gunanya menurut gue untuk dibawa bawa, soalnya dia ngga akan gunakan atau dibaca gitu, hanya sebagai beban bawaan doang. Pernah suatu waktu gue nanya ke dia, jawabannya dia juga ngga tau, entah dari mana kebiasaannya ini muncul. Dan dia juga masuk dalam kegiatan osis posisinya sebagai wakil ketua osis. Hebat kan dia. Gue aja pengen banget masuk di organisasi kesiswaan tapi itu hanya tertulis di wish list saja mustahil gue jadi anggota itu. Ini sahabat gue yang ketiga.
"udah lama?" Tanya Cla pada Jen yang dari tadi bertopang dagu. "darimana aja sih?" lama gue nungguin kalian semua" celoteh Jen pada kami bertiga. "sorry sorry Jen" gue minta maaf mewakili yang lain. "iya sorry deh Jen udah lama nunggu." disusul Nada. "Habis tadi gue baru selesai latihan cheers trus kami ketemunya di Koridor baru deh menuju kesini" sambungnya. Sembari pesanan bakso sudah ada didepan kami tanpa basa basi lagi kami langsung melahapnya. Selang beberapa menit Cla yang dari tadi memperhatikan Jen bertanya "loe kenapa? Ada masalah?" gue dan Nada spontan berhenti makan dan melihat kearah Jen. "gue lagi bingung nih" jawab jen. "bingung kenapa?" Tanya Nada dan Cla serentak. "itu loh, sekretaris osis kita mengundurkan diri. Dia ngga mau lagi gabung. Katanya sih mau fokus belajar lagian dia juga udah kelas 3 ya wajar sih dengan alasan begitu."jelas Jen sembari menyeruput minumannya. "yaudah. Cari pengganti dia aja" ujar gue. "lo mau?" Tanya Jen spontan semua tertuju kearah gue. "engga ah. Gila. Masa gue? Gue aja ngga punya pengalaman dibidang itu." Jawab gue menolak dengan panik. "ayo dong Drey. Bantu gue dong. Gue ngga mau ribet. Kalo gue ngasih pengumunan buat anak anak semua untuk daftarin diri jadi kandidat itukan butuh proses yang lama, udah lagi harus nunggu berminggu minggu urusan sekretaris gue yang gantiin. Gue ngga mau ribet" Jen memohon. "engga deh Jen. Sorry. Cari yang lain aja. Gue masih belum pantas gantiin posisi itu"
"Audrey." Jeda Cla lalu meneruskan "lo itu termasuk ciptaan Tuhan yang smart, jujur, baik, cantik, banyak talenta bisa nari, bisa nyanyi, bisa masak, bisa bisa lah pokoknya. Dan yang terpenting SIAPA YANG JUARA TINGKAT PROVINSI TAHUN KE DUA PADA MATA PELAJARAN MIPA MEWAKILI SMA NEGERI GREATEST!!!" lototan bola mata Cla yang hampir jatuh ke lantai kantin membuat gue merinding "AYOK JAWAB!" suara Cla yang semakin menjadi jadi bagaikan TOA yang digunakan Kepsek setiap hari senin. Sebagian yang berada dikantin itu sontan melihat kearah kami berempat. "o-h-My-God" desis Jen sambil menggigit garpu tanpa sadar. "lo ngegass banget Cla" sambung Nada menepuk nepuk dadanya akibat tersedak hanya karna mendengar suara TOA dari Cla. Akhirnya gue yang dari tadi merinding melihat lototan mata Cla menjawab dengan lembut "gue Cla"
"oh yaudah, lo bisa kok gantiin posisi sekretaris itu. kriteria lo ngga buruk." Jawab Cla dengan santainya dari suara TOA berubah menjadi suara Cla yang lembut. "Ampun dah", ujar kami bertiga serentak sambil menggeleng gelengkan kepala melihat kenanehan Cla.
Jujur saja, gue anak yang bisa dikatakan tergolong tidak percaya diri. Lihat keramaian aja gue agak minder apalagi gabung diorganisasi. Tapi hati gue juga kepengen ikutan tapi gue ngga percaya diri, itulah kenapa Cla mengeluarkan suara TOAnya ketika kepercayaan diri gue hilang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My World!
RomansaDulu, jika ia tak mengatakan kepada ku. Kini bagaimana aku ? Dulu, jika aku tak menerimanya kini bagaimana dia ? Apakah semua akan berujung seperti ini ? Apakah kami akan mengenal satu sama lain ? Sekarang .. Kini kami bersama. Sekarang .. Kini kami...