𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟓 𝑳𝒊𝒏𝒈𝒔𝒕𝒐𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI DI PENUHI ADEGAN DEWASA ⚠️
Dia seperti langit. Keindahannya tak terbatas. Bersinar. Sulit di gapai dan tak tersentuh. Cerminan sebuah harapan. Bersih dan tak ternoda. Penuh cinta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat membaca dan Semoga suka . . . . .
Czar semakin menundukkan kepalanya. Ucapan yang dilontarkan Miracle begitu menindih kepalanya. Jangankan mengangkat kepalanya meliriknya saja Czar tidak mampu. "Maaf Ruby ..." Suaranya bergetar menahan tangis. Setelah ini Miracle pasti tidak ingin bertemu dengannya.
"Aku sangat kecewa padamu Czar! Itu hanya sebuah sepeda! Tinggalkan saja! Akibatnya kau harus di pukuli oleh mereka!"
Beban yang menindih kepalanya terasa hilang. Czar melihat ke arah Miracle. "Ruby ..."
Miracle mencengkram kaosnya. "Bagaimana jika nyawa mu yang menjadi penukaran hah?! Itu hanya sebuah sepeda! Itu masih bisa ku beli lagi! Tapi ... Tapi nyawa mu tidak ada lagi Czar. Hanya satu, jika itu pergi maka tidak akan bisa kembali lagi."
Czar tidak percaya ini. Miracle marah bukan karena sepedanya di ambil. Tapi karena dirinya yang terluka. "Ruby, sepeda itu adalah pemberian dari mu. Tentu saja aku ingin menjaganya. Kau bilang sepeda itu sepasang. Jadi aku berpikir mungkin suatu hari nanti kita bisa bermain sepeda bersama."
Miracle menghela napas berat. Gadis memeluk tubuh Czar dengan erat. Dia tidak mengerti isi pikiran laki-laki. Hanya demi sebuah sepeda dia berani membuat nyawanya dalam bahaya. "Berjanjilah kau tidak akan melakukan itu lagi Czar. Itu hanya sebuah barang. Diri mu lebih berharga Czar, terutama untuk ku."
Czar merasa sangat senang. Miracle memeluknya. Ia pikir hari ini tidak akan tiba. Meski Miracle memeluknya. Czar tidak membalas pelukannya. Kedua tangannya kotor. Itu akan menodai pakaian mahal nya. "Iya Ruby. Aku berjanji!"
Miracle tersenyum senang. Melepaskan pelukannya. Gadis itu menyeka sudut bibir Czar yang berdarah. Matanya tidak sengaja melihat sebuah klinik. Kebetulan sekali. "Ayo! Kita pergi ke klinik. Luka mu harus di obati."
"Ruby, tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil!"
Miracle menghela napas berat. "Apa kau tahu? Sebentar lagi winter. Dan sebentar lagi di adakan Karnaval di pusat kota. Apa kau mau pergi dengan ku?"
Senyum Czar merekah. Pergi ke Karnaval bersama Miracle. Gadis itu mengajaknya. Baginya itu terdengar seperti ajakan kencan. "Ya! Aku mau Ruby!"
"Baiklah! Sebelum itu. Kita obati luka mu!"
Czar mengangguk semangat. Tidak mungkin dia pergi ke Karnaval dalam keadaan lemah seperti ini. "Ya! Tentu saja!"
Miracle tersenyum gembira. Bujukannya berhasil. Gadis itu membawa Czar di klinik yang terletak di sebrang jalan.
Hidup itu penuh dengan kejadian yang tak terduga. Terkadang hal yang paling di pikirkan tidak terjadi. Dan bahkan kejadian yang tidak di pikirkan justru terjadi. Pergi ke Karnaval bersama Miracle. Atau lebih tepatnya kencan baginya. Kejadian seperti itu bahkan tidak pernah dia pikirkan. Miracle di kelilingi oleh orang-orang yang menyayangi. Bisa saja gadis itu mengajak papanya. Atau keluarga yang lainnya.