░▒▓█ Happy Reading █▓▒░
◉
◉
◉
◉
◉Ia sampai di rumah pukul enam sore. Tangannya meraih gagang pintu dan membukanya perlahan.
"Eh, Non Ana udah pulang."
Ayana berbalik dengan perasaan terkejut. Bibi yang berposisi sebagai asisten rumah tangga itu juga ikut terkejut melihat reaksi Ayana.
"Aduh. Bibi ngagetin ya, Non? Maaf ya."
Cewek itu menggeleng. "Gapapa. Oh iya, Bi. Tadi aku liat di garasi kok gak ada mobil Kak Varo? Apa dia lagi pergi?"
"Aden udah balik ke kostannya, Non."
"Bukannya kakak baru aja pulang? Kok udah balik lagi. Padahal belum ada seminggu."
"Kalau itu bibi juga kurang ngerti. Tapi ini Non Ana beneran gak tau?" tanya bibi.
"Enggak, Bi. Saya gak tau apa-apa."
Ayana berlalu menuju kamarnya setelah dirasa tak perlu ada yang diobrolkan lagi.
Ting!
Nathannn✯
Udah sampe belum?Jemari lentik itu segera mengetik balasan dan menyimpan ponselnya ke wireless charger. Ia lantas pergi ke kamar mandi.
Acara bersih-bersihnya sudah usai. Kini Ayana duduk di kursi balkon masih dengan handuk yang membalut rambut basahnya.
Sebuah deru mobil terdengar. Ayana yang penasaran pun melihat ke bawah sana. Ibu dan adiknya pulang bersama. Rara berlari menuju rumah dengan boneka yang ia peluk. Sepertinya kedua orang itu baru saja bersenang-senang.
■■■
Sweety Girlz🍁
Syaras
|Gue punya tebak-tebakanJemaja
|Wuaaaah. Apa tuh kak?Syaras
|Warna, warna apa yang cuek?Hanum
|Aku tau, aku tau!Syaras
|Apa tuh, Han?Viola
|Plis. Jangan ada yang gubris plisHanum
|Merah! Kalau udah ada aba-aba merah, artinya harus berhenti, karena si merah ini cuekMedira
|Apa sih, Han🥲Syaras
|Salah! Jawabannya ... biru don't care!!!!
|Lucu kan? Ayo main lagi!Hanum
|Udah ah, Ras. Capek mikirYesha
|Don't care-in aja kalau Syaras chat lagi ya guysViola
|Kata gue juga apa:)Kalika
|Udahlah, kalau Syaras suruh main tebak-tebakan gini, gak usah pada mauSyaras
|Punya masalah apa lo sama gue, Kal? Ayo gelut!Kalika
|Ayo. Besok di lapang, sekalian liat Dito olahragaSyaras
|Kali ini lo selamat, Kal🙂Ayana bagian menyimak sambil memakan kentang gorengnya ketika melihat keributan di grup. Sesekali juga terkekeh melihat tingkat teman-temannya.
Dito—adalah lelaki incaran Syaras sejak kelas sepuluh. Tapi sayang seribu sayang hubungan mereka tak kunjung ada kepastian. Dito cenderung pendiam dan tak banyak bicara, berbanding terbalik dengan Syaras yang narsis abis.
Tok tok
Gerakan mengunyahnya terhenti. Ayana hanya menatap pintu kayu itu tanpa berniat bangkit sedikit pun.
"Kak, ini Rara."
Tok tok
"Udah tidur ya?"
Ceklek
"Kenapa?"
"Lho, kirain kakak udah tidur. Aku ada pr, Kak. Bisa bantu kerjain?"
Ayana mengernyitkan dahi. "Bantu kerjain atau bantu ajarin?"
"Kerjain, Kak."
"Kalau itu kakak gak bisa, Ra," Ayana hendak menutup pintunya, namun gerakan sang adik lebih cepat untuk membiarkan benda itu tetap terbuka.
"Tolongin, Kak. Biasanya ada Kak Varo yang bantuin."
"Kakak gak bisa bantu kerjain. Tapi kakak bisa bantu ajarin. Gimana?"
Rara nampak berpikir. Akhirnya ia terpaksa mengangguk, sebab tak ada jalan lain karena tugasnya dikumpulkan besok.
"Yaudah, kamu tunggu di ruang belajar aja. Kakak bentar lagi nyusul."
Rara segera naik ke lantai empat dimana ruang belajar berada.
■■■
"Apa yang masih gak ngerti, Ra?"
Yang ditanya hanya diam menatap kertas yang dipenuhi rumus dan angka.
"Hampir semua sih, Kak. Tapi sekarang udah lebih ngerti. Makasih, Kak Ana."
Cewek itu hanya mengangguk. Ia menyenderkan punggungnya yang terasa pegal. Mulutnya juga ikut menguap, menandakan sudah waktunya istirahat.
"Emangnya kalau sama Kak Varo ini belum diajarin?"
"Kalau aku nanya ke Kak Varo sih langsung dikerjain. Aku tinggal nyalin aja."
Dalam hati Ayana memaki sang kakak. Anak seperti Rara ini harusnya banyak diberi bekal materi, mumpung masih belia. Bukannya menjadi orang yang taunya terima jadi saja. Hal itu tak bagus buat kedepannya.
Jam di dinding menunjuk pukul sebelas lebih lima belas menit. Tak terasa sudah hampir tiga jam mereka di sini.
"Udah gak ada lagi, kan? Kakak duluan ya. Kamu jangan begadang, kan tugasnya udah beres."
Rara yang tengah fokus pada ponselnya menoleh. "Iya, Kak. Sekali lagi makasih ya."
Ayana mengangguk, "Sekolah yang rajin," katanya. Ia pun beranjak menuju kasur yang sudah siap menyambutnya.
◉
◉
◉
◉
◉░▒▓█ To Be Continue █▓▒░
KAMU SEDANG MEMBACA
Can U Be My Savior?
Ficção AdolescenteHidup dibawah tekanan orang tuanya membuat Ayana Gresha Almira tak punya pilihan. Ia hanya harus bertahan dan menjadi yang terbaik demi membuat mereka bangga. Tampak luar ia memang sosok yang friendly. Pribadinya yang easy going membuat banyak orang...