Nathan mengambil barang-barangnya di bagasi mobilnya dan segera memasuki lift yang tak jauh dari parkiran itu.
Setelah pertandingan tadi, ia memilih kembali ke apartemennya membawa barang-barang yang fansnya berikan setelah pertandingan tadi.
"Hei bro! Udah balik loe? Btw congrats ya untuk pertandingan hari ini, keren banget loh!" Ujar Dimas tepat saat pintu lift terbuka.
"Thank you thank you, tapi lebih bagus lagi kalau loe bantuin gue bawain barang-barang ini."
"Hahaha, oke oke gue bantuin." Kata Dimas yang segera mengambil beberapa barang bawaan milik Nathan.
♧♧♧
"Eh ngapain loe bawa kamera rusak?" Tanya Dimas saat Nathan mengeluarkan sebuah kamera yang sudah pecah di beberapa sisi dari dalam tasnya.
"Ini bukan kamera gue. Tadi saking senengnya, gue nendang bola sampai tribun trus kena kamera penonton. Tapi pas gue mau nemuin dia, dia udah balik ninggalin kameranya, jadi gue bawa pulang aja kali aja ada yang penting kan." Jelas Nathan lalu lanjut membereskan barangnya.
"Eh malam ini loe mau join club ngak? Gue udah capek ngerjain tugas beberapa hari ini." Ajak Dimas.
"Hmm, masih capek sih gue. Ntarlah gue liat dulu. Lagian loe pasti bareng di Mila kan? Capek gue jadi obat nyamuk terus."
"Yaudah, cari pacar makanya. Pemain timnas kok jomblo."
"Mau fokus ngejar karir dulu gue, masih belum matang."
"Basi loe!" Ucap Dimas sambil tertawa.
♧♧♧
Nathan mulai mengotak-atik benda putih di depannya itu setelah melihat beberapa video mengenai cara menyelamatkan memori kamera yang rusak.
Setelah berhasil mengeluarkan memori kamera, Nathan segera memasukkannya ke dalam labtop miliknya, dan segera memeriksa isi memori kamera itu.
"What?!" Pekik Nathan setelah melihat isi memori itu.
"Isi kamera ini semua foto gue semenjak gue masuk kampus ini!" Ya, foto-foto yang diabadikan di dalam kamera ini menunjukkan foto-foto sejak dia mengikuti kegiatan penyambutan mahasiswa baru hingga foto saat dia bermain tadi.
"Artinya pemilik kamera ini juga kuliah disini! Gue harus nyari tahu siapa orang itu dan untuk apa dia ngoleksi foto gue."
Tak bisa dipungkiri, saat ini Nathan cukup emosi setelah melihat hasil potret dari orang itu yang selama ini tidak dia sadari.
Dering handphonenya menghentikan kegiatan pengecekannya, Nathan segera menerima panggilan telpon dari Dimas.
"Halo, Nath! Loe beneran ngak mau kesini? Ada Justin dan Ivar juga nih."
"Hmm, yaudah gue kesitu sekarang." Ucap Nathan lalu memutus sambungan telepon itu dan segera mengambil jaket serta kunci motornya, malam ini dia memutuskan menggunakan motor yang sudah beberapa minggu ini tidak dipakainya.
♧♧♧
Audy segera memencet lift untuk turun ke lantai dasar lalu kembali mengangkat kantong sampah yang menutupi pandangannya itu
Tak lama lift itu akhirnya terbuka membuat Audy segera memasuki lift itu secara perlahan agar sampah-sampahnya tidak berserahkan.
"Loe mau ke lantai berapa?" Tanya seseorang yang ternyata sudah berada di dalam lift itu sebelum Audy, menggunakan bahasa formal karena sudah pasti mereka seangkatan karena apartemen mereka segedung.
"Ehm eh eh lantai dasar." Jawab Audy terbata-bata sambil berusaha agar mukanya tak terlihat oleh orang itu.
"Loe tukang paket apa gimana? Banyak banget paketnya." Tanya orang itu lagi.
"Hahaha, lucu lucu. Tapi gue bukan tukang paket kok." Ucap Alexa yang tersindir dengan pertanyaan orang itu.
Isi kantong sampah ini memang adalah sampah paket yang dia pesan sebulan ini. Jiwa introvertnya membuat dia lebih sering memesan online daripada membeli secara offline barang-barang kebutuhannya.
"Sini gue bantuin, kasihan badan loe kecil." Ucap orang itu lalu segera merebut kantong sampah itu dari Audy, tetapi Audy kembali menarik plastik sampah itu.
Kreekk
Suara robekan plastik sampah tepat saat lift itu terbuka membuat mereka berdua memulatkan matanya.
Semua sampah-sampah dari platik besar itu berhamburan di dalam lift, bahkan sampai keluar lift membuat satpam apartemen yang sedang berjaga menatap mereka tajam.
"Maaf Pak. Kami beresin kok." Ucap orang itu pada Aryo, satpam apartemen mereka sebelum Aryo mengeluarkan suaranya.
"Udah ngak usah, loe kelihatannya mau keluar. Biar gue aja." Ucap Alexa lalu segera memungut sampah-sampahnya itu.
"Bentar." Ucap orang itu lalu keluar dari lift dan meraih handphonenya yang dia letakkan di kantong hoodie.
"Halo, Dim. Gue ngak jadi kesitu yah, ada urusan. Bilang sama Justin dan Ivar." Kata orang itu lalu segera memutuskan pangilannya.
Ya, tidak salah lagi orang tadi adalah Nathan. Lelaki pemilik hunter eye yang sejak lama dikagumi oleh Audy.
Setelah mengimpan handphonenya, Nathan pun ikut membantu Audy memungut sampah-sampah itu.
Tidak ada pembicaraan diantara keduanya hingga sampah-sampah itu berhasil mereka bersihkan.
"Biar gue aja." Ujar Nathan saat melihat Audy akan mengangkat plastik besar itu.
Audy yang tak ingin kejadian yang sama terulang kembali, akhirnya melepaskan genggamannya pada plastik itu agak Nathan dapat membawa plastik itu.
Mereka berdua berjalan bersama dengan Audy yang berada di belakang Nathan ke area pembuangan sampah apartemen yang terletak cukup jauh dari pintu masuk apartemen.
"Kok ngak dibuang di trash chute aja?" Tanya Nathan memecahkan keheningan itu sambil memelankan langkahnya agar dapat sejajar dengan Audy.
"Sampahnya kebanyakan, ini juga udah jam istirahat, takutnya ganggu yang lain."
"Oh gitu." Ucap Nathan yang kemudian tidak direspon oleh Audy yang saat ini mencoba mengatur napasnya yang sejak tadi ingin berteriak karena akhirnya mempunyai kesempatan dapat berbicara dengan Nathan.
Setelah tiba, Nathan segera meletakkan plastik sampah itu bersama dengan tumpukan plastik sampah yang lain.
"Makasih udah bantuin gue." Ucap Audy tanpa menatap Nathan.
"Eh gue disini, kok loe malah liatin sampahnya sih?" Protes Nathan.
Audy membuang napasnya berat lalu segera mencoba menatap Nathan, meskipun debaran jantungnya kini semakin cepat.
"Gue Nathan Noël Romejo Tjoe-A-On. Panggil Nathan aja." Ucap Nathan mengulurkan tangannya.
Audy segera menyambut uluran tangan itu.
"Gue Audy."
"Orang yang suka sama loe hampir 4 tahun ini."
🔒
Para pembaca diharap vote dan komentnya yah biar author semangat nulisnya.
Selamat membaca🌸
#Sssttt
KAMU SEDANG MEMBACA
Sssttt
RomanceAudy Loreen Marquez, seorang gadis 20 tahun yang memilih hidup sendiri di Indonesia meninggalkan keluarganya di New York. Memilih melanjutkan pendidikannya di Bancroft University, sebuah universitas terbaik Indonesia yang terletak di pinggiran kota...