BAB 6

3 1 0
                                    

Farrah duduk di depan meja belajar dan meraih ponsel yang tergeletak di sana. Dia membuka chat di layar.

[Far, Mami mengundang makan malam di rumah sekarang.]

Tak mungkin Farrah memenuhi undangan makan malam dari mami Fairuz. Dia sudah mengamati wajahnya di cermin. Matanya terlihat membengkak sehabis menangis.

[Aku udah makan, Fai.]

[Kamu mau pilih makan diluar sama Bang Firaz atau makan di rumah sama keluarga kita?]

Farrah gelagapan. Kedua tawaran Fairuz sama-sama tak menguntungkan dengan kondisinya saat ini.

[Ok, Fai. Aku akan ke sana.]

Di rumahnya, Fairuz berbangga dengan diri sendiri. Keberhasilan membujuk Farrah, merupakan prestasi yang harus dicapai.

"Gimana, Fai? Farrah mau ke sini?" tanya Elma penuh harap.

"Iya, Mi." Senyum Fairuz merekah.

Elma sedikit menaruh curiga. "Kenapa, Fai? Kok kamu senyum-senyum gitu?"

"Gak ada, Mi." Fairuz melirik ke Firaz.

Elma memahami maksud Fairuz. Apa yang dilakukan sang putri, tentu ada hubungannya dengan Firaz. Sementara orang yang dilirik tak melihat sama sekali. Dia sibuk berbalas chat dengan seseorang.

[Bang, aku mau ngenalin seseorang. Dia anak kampus kita. Kayaknya dia junior Abang, deh.]

[Kapan-kapan aja, Nay.] Firaz menutup ponsel saat Farrah bergabung di meja makan. 

Elma dan Fairuz terlihat bahagia dengan kedatangan Farrah. Kali ini Firaz tak menampik kehadiran gadis itu.

Usai makan malam, Farrah mengikuti Fairuz  ke kamar. Gadis itu membawanya duduk di tepi ranjang.

"Farrah, tolong cerita sekarang juga. Apa yang kamu sembunyiin dari aku?" tanya Fairuz tak sabar.

"Fai, Bang Firaz udah punya seseorang." Raut wajah Farrah berubah sendu.

"Maksud kamu?" tanya Fairuz menyipitkan mata.

"Dia anak Fisika, tahun pertama," lanjut Farrah.

"Gak mungkin, Far. Kamu pasti salah." Fairuz 

"Aku lihat sendiri dan kenalan langsung sama dia, tapi aku belum yakin. Apa hubungan mereka sedekat itu? Aku masih mencari kebenarannya, Fai. Please, jangan bahas soal ini sama Bang Firaz, ya, Fai."

"Gak bisa, Far. Aku harus memperjelas masalah ini sama Bang Firaz." Fairuz berdiri hendak keluar.

"Fai, please!" Farrah menangkupkan kedua tangannya. "Aku gak mau, Bang Firaz semakin membenciku."

Di kamar bersebelahan dengan Fairuz, Firaz berdiri menatap ke langit malam. Bulan dan bintang-bintang menggantung di sana bertabur cahaya menerangi bumi. 

Bunyi ponsel mengakhiri kekaguman Firaz akan ciptaan Tuhan. Dia menutup jendela dengan gorden lalu melangkah menuju ranjang.

Terlihat di layar Smartphone ukuran 6,69 inci dengan logo buah digigit itu ada chat dari Naya. Dia membuka dan membaca ketikan huruf yang masuk.

[Bang, tau gak, si playboy udah nemuin tambatan hatinya.]

***

"Fai, kamu udah janji!" seru Farrah.

Teriakan Farrah berlalu begitu saja di telinga Fairuz. Gadis itu bersikukuh menyelesaikan permasalahannya yang semakin hari akan bertambah rumit.

"Tunggu, Fai!" Farrah meraih lengan Fairuz. ''Biar aku sendiri yang tanyain sama Bang Firaz."

Fairuz bungkam. Hanya sudut bibirnya tertarik ke atas. Dia menepis tangan Farrah lalu menjejak langkah ke kamar Firaz yang ada di samping.

Tanpa ragu, Fairuz mengetuk pintu kamar Firaz. Sementara itu Farrah memejamkan mata, pasrah menunggu sesuatu yang menderanya.

Berada dalam kegelapan terasa tak nyaman. Farrah membuka mata perlahan, mengintip interaksi Fairuz dengan Firaz. Namun, dia berteriak saat sebuah tangan menariknya ke kamar.

"Aakh!" teriak Farrah saat membuka mata.

Napasnya memburu. Dia mengamati ruang di sekitar lalu menoleh ke samping. Fairuz terlelap dalam tidur.

"Cuma mimpi." Farrah meraup wajahnya.

Mencoba kembali memejamkan mata, tetapi kantuknya telah hilang. Farrah bangkit dan beranjak menuju pintu. Dia menekan gagang perlahan lalu keluar dari kamar Fairuz.

Langkah Kakinya menuntun berdiri di depan kamar Firaz. Lelaki itu sudah pasti sudah tidur di tengah malam begini. Dia pun menunduk dengan raut wajah sendu.

"Bang Firaz, ada apa sebenarnya? Kenapa Abang bersikap seperti ini?" tanyanya bermonolog.

Farrah berjingkat kaget saat terdengar suara gagang pintu. Dia membalik tubuh hendak kabur dari sana. Namun, sayang, tangan kokoh itu berhasil menarik dirinya ke kamar.

Mata Farrah membulat sempurna saat jarak keduanya terlalu dekat. Beberapa detik mereka saling menatap.

Berubah Dingin (Ada apa dengan Firaz?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang