Hukuman Sehari-hari

21 4 1
                                    

Sedaritadi Jaemin merasa tatapan menusuk itu diperuntukkan untuk dirinya. Tanpa disadari sang empunya, seluruh jiwa yang berada dalam ruangan itupun mengetahui tatapan sengit yang tidak kunjung usai sejak dirinya memasuki ruangan itu.

"Pelajaran hari ini cukup sampai disini" terdengar helaan nafas dari beberapa jiwa yang mungkin cukup jenuh. Jaemin tidak paham mengapa mereka menghela nafas untuk sesuatu hal yang baik seperti belajar? Apakah begitu membosankan? Ataukah begitu tidak seru nya sehingga mereka semua lebih sumringah ketika selesai dibandingkan baru mulai?

"Serta Haechan-" lanjut ucapan pamannya yang ada di depan sana, bertindak sebagai Mahaguru yang tertinggi di Klan Na.

"Ku serahkan hukuman mu semalam pada Na Jaemin" ucap pamannya final. Jaemin melirik dari ekor matanya, Haechan membuka matanya cukup lebar. Sepertinya jika serangga masuk kesana, Haechan tidak akan masalah?

"Baik Guru" jawab Jaemin dengan menganggukkan kepalanya hormat.

Mahagurunya itu mengangguk paham dan percaya, memilih berdiri dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruangan itu. Mereka semua berdiri, memberikan tanda hormat sebagai ucapan terima kasih atas pelajaran hari ini.

Begitupun Na Jaemin, ikut melangkahkan kakinya tidak lama setelah Mahaguru Na pergi. Menghampiri Haechan yang masih terlihat enggan untuk mengikuti hukumannya.

"Ikut" ucap Jaemin yang terdengar seperti titah itu. Haechan menatapnya sengit, dengan tidak sengaja bibirnya membentuk tanda kerucut sebab tak suka. Ia pun menatap Jungwoo meminta bantuan, tapi Jungwoo hanya bisa menggeleng lemah tak berdaya. Ini bukan di wilayah kekuasaannya, selain itu disini Na Jaemin sangatlah berkuasa.

"Ck. Si Na itu sangat menyebalkan" keluh Haechan lagi, namun dirinya bisa apa sih selain menuruti kemauan sang Pangerang Giok Kembar Na Jaemin itu?

Maka jadilah ia berdiri dan ikut serta melangkahkan kakinya dibelakang Jaemin itu dengan bibir yang masih mengerucut kesal. Tidak banyak bicara sebab tau Na Jaemin itu akan menggunakan mantra yang paling membuatnya kesal setengah mati.

Tanpa sadar, kini dirinya sudah berdiri di jejeran buku-buku hebat milik Klan Na yang sangat legenda itu. Jujur saja, Haechan sangat tertarik untuk mengacak-acak jejeran buku ini untuk ia bedah isinya. Tapi ayolah, pertama dia gengsi. Kedua, dia sedang malas dengan Na Jaemin.

Maka kini, Haechan memilih untuk duduk dengan tidak tau diri di sebelah Jaemin yang menatapnya dengan tatapan menusuk.

Haechan tau, sebenarnya Jaemin akan menyuruhnya duduk di seberang sana. Tapi Haechan tidak ingin.

"Disana" ucap Jaemin tegas. Haechan menggeleng ribut, kan sudah dibilang dia tidak ingin.

"Disana Haechan" tegur Jaemin lagi, namun Haechan yang keras kepala itu malah asik menggeleng lagi. Sepertinya dia memiliki misi untuk membuat Na Jaemin kesal?

"Salin Buku Prinsip Klan Na sebanyak 300 kali" ucap Jaemin lagi.

Tau respon Haechan? Dia membelakakan matanya terkejut. Jaemin malah asik mengeluarkan kuasnya, menulis banyak aksara yang Haechan sendiri tidak tau dia menyalin kitab atau buku apa.

"Kau gila?!" tanya Haechan kesal, Jaemin menatapnya diam. Sedangkan Haechan semakin merasa kesal.

"Yak NA JAEMIN?! KAU MENYEBALKAN MENGAPA MENYURUHKU MENYALIN LEBIH DARI LIMA RIBU PERATURAN KLAN KALIAN YANG SANGAT TIDAK MASUK AKAL ITU— hhmmmbbbbb—"

belum sempat Haechan menyelesaikan kalimatnya. Jaemin memberikannya mantra diam milik Klan Na. Tujuannya apa? Agar Haechan itu berhenti mengoceh tidak jelas.

"Kerjakan" ucap Jaemin tanpa melihat Haechan yang sangat kesal saat ini.

Haechan menghela nafasnya kesal, dalam hati sudah banyak sumpah serapah untuk pemuda Klan Na yang sangat menyebalkan dihadapannya ini. Namun saat ini, lagi-lagi Haechan tidak punya kekuatan untuk melawan. Maka dengan sangat tidak relanya, dirinya melangkahkan kakinya ke meja seberang dengan kaki yang dihentak kuat-kuat tanda kesal dengan Na Jaemin itu. Jaemin yang meliirik dari ekor matanya itu tersenyum kecil. Haechannya kesal, dan Jaemin menyukainya.

Di seberang sini, Haechan menatap puas Jaemin yang duduk diam dengan tenang sedangkan dia kesal tidak karuan. Maka dia bertekad untuk menyelesaikan hukuman sesegera mungkin, untuk membalaskan dendamnya dengan berteriak sekencang mungkin di telinga pemuda dengan Bermarga Na itu.

Smirk khas Haechan terurai jelas disana. Rencana jahat yang akan dia realisasikan jika ia cepat mengerjakannya. Maka Haechan membuka lembaran peraturan Klan Na yang sangat tidak masuk akal itu, dan menuliskannya satu persatu. Dengan keadaan bibir yang terkunci oleh Na Jaemin, dan mata yang memincing tidak suka kearah Jaemin diseberangnya.

Semakin tidak suka, saat Jaemin melihatnya dan tersenyum kecil. Tanda bahwa Na Jaemin itu, menang lagi.

"Lihat saja Na Jaemin, ku hancurkan seluruh prinsip Klan mu ini. HAHAHAHAHA"

.to be continued.

Shadowmere - Tragedi Masa LampauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang