Di dorong Perlahan

22 4 0
                                    

Kakinya melangkah mengitari tempat yang sudah beberapa minggu ini dia tempati. Tidak ada yang istimewa kecuali banyaknya peraturan yang tidak masuk akal.

Kali ini, Haechan tersenyum senang. Menatap dari jauh kedua laki-laki yang sangat ia kenal. Menghampiri keduanya dengan kaki yang sedikit melompat kegirangan.

"Yoksi, Tuan Muda Perwira Haechan.." tegur salah satunya. Haechan tersenyum senang mendengarnya, kakinya refleks melompat dan langsung memeluk salah satunya dengan gemas.

"Sudah menyalin peraturan?" tanya yang dipeluk Haechan dengan sedikit nada meledek diujung kalimatnya.

Haechan menggeleng cepat, sengaja dia tinggalkan salinan yang banyak itu.

Awalnya dia hanya dipinta menyalin 300 saja, namun besoknya Na Jaemin itu meminta menyalin 500 disaat pekerjaannya sudah sisa setengah. Lalu esoknya lagi, Haechan dipinta menyalin sebanyak seribu. Terus menerus bertambah sampai Haechan muak dan sering dia tinggalkan salinnya.

"Ku tinggalkan Na Jaemin itu. Cih" dumel Haechan kesal. Kedua lawan bicaranya tertawa kencang, senang sekali melihat Haechan dikerjai habis-habisan oleh Tuan Muda Klan ini. Jarang sekali Haechan yang sangat bandel ini tunduk.

"Kim Jungwoo berhenti menertawakan ku" tatap sengit Haechan tidak terima, sedangkan Jungwoo hanya menatapnya remeh dan menjulurkan lidah meledek ke arahnya.

Haechan mendengus sebal. Dia menurunkan badannya dari laki-laki yang tingginya lebih daripada dirinya ini. Kepalanya diusak perlahan oleh yang lebih tua, Jungwoo masih saja meledek kearahnya. Menyebalkan sekali, ingin Haechan pukul kepalanya yang jelek itu.

"Park Johnny, apakah kakak ku baik-baik saja?" tanya Haechan antusias.

"Jelas dia baik-baik saja tidak di ganggu oleh mu Haechan" ledek Jungwoo lagi, Haechan reflek memukul lengan Jungwoo keras sampai sang empunya mengeluh kesakitan.

"Kau mau mati?!" protes Haechan tidak terima, Jungwoo? Hanya bersembunyi dibelakang Johnny yang lebih besar darinya.

Johnny tertawa, benar kata Doyoung. Haechan dan Jungwoo ini seperti anak kembar yang jika bersatu akan selalu bertengkar. Tapi jika salah satunya tidak ada? Akan selalu kesepian dan kehilangan.

"Minggu depan kami akan bertunangan" ucap Johnny mengusak surai hitam milik Haechan. Haechan tersenyum cerah, dia sangat bahagia.

Johnny ini adalah cinta pertama kakaknya. Haechan tau? Jelas tau. Mereka sering kali mendengarkan bagaimana Doyoung sangat menyukai pria yang terlahir dari Klan Park yang kaya raya ini. Sejak kecil Doyoung sering diajak Tuan Kim pergi ke Klan Park, Menara Koi untuk sekedar menghadiri pertemuan atau jalan-jalan. Sehingga memang sejak awal Doyoung jatuh cinta duluan dengan Johnny.

Lagipula, sekarang sepertinya Johnny lebih menyukai kakaknya itu?

"Kami bisa pulang?!" tanya Haechan memperjelas, dia ingin segera pergi sebenarnya. Sungguh.

"Aku saja yang pulang. Kau?! KERJAKAN SEMUA HUKUMAN MU ITU HAHAHAHA" ledek Jungwoo lagi dengan tawanya yang keras.

Johnnya menggelengkan kepalanya tidak sanggup, Jungwoo ini beneran suka sekali melihat Haechan kesal.

"YAK KIM JUNGWOO?! INGIN MATI BENERAN?!" teriak Haechan tidak terima. Ayolah masa iya dia tidak pulang? Yang benar saja?!

Johnny menganggukan kepala nya dan tersenyum kecil, mengusak rambut Haechan perlahan menenangkan. Johnny itu tidak punya adik, serta Doyoung selalu berkata kalau adiknya itu keduanya sangat menggemaskan. Maka Johnny pun ikut serta menyayanginya.

"Aku kesini untuk meminta Mahaguru menyelesaikan pelajaran kalian disini, Haechan" ucapan Johnny membuat Haechan lompat kegirangan. Bahkan dirinya dan Jungwoo yang juga mendengarnya pun ikut menari melingkari Johnny senang.

"YEYY AKU BEBASSS HAHAHAHAHAHA" teriak Haechan gembira. Jungwoo dan Johnny pun ikut serta tertawa mendengarnya.

Memang benar, Lembah Sukma dan Istana Qingling bukanlah tempat yang Haechan suka. Terlalu banyak peraturan untuknya yang bebas.

Haechan melompat kegirangan, mengudarakan kebahagiaan tanda suka dihatinya. Dia sangat rindu Dermaga Lotusnya, sangat rindu biji teratai di pelataran kamarnya, sangat rindu aroma bunga di setiap pagi nya, sangat rindu teriakan Nyonya Kim membangunkan dan mendisplinkan dirinya. Dia sangat rindu Dermaga Lotus dan kakaknya.

Semua itu tercetak jelas di raut wajah bahagianya, yang sedaritadi diamati oleh kedua kakak beradik itu dari kejauhan dengan tatapan keduanya yang penuh arti.

"Tidak akan menyampaikan salam perpisahan Na Jaemin?" tanya salah satunya, Jaemin hanya diam tak bersuara. Yang bertanya memberikan senyum kecilnya, dia sangat paham kepribadian adiknya ini.

"Kakak dengar dari Johnny, Nyonya Kim menginginkan Haechan menjadi pasangan Jungwoo" ucapnya lagi. Jaemin tidak bergeming, menatap mereka semua dari kejauhan dalam diamnya yang tidak tau apa artinya.

"Setelah pertunangan Johnny nanti, Haechan akan diumumkan menjadi pasangan Jungwoo. Kau tau artinya Na Jaemin?" kini perkataan kakaknya itu membuat Jaemin menolehkan pandangannya. Menatap kedua obsidan milik saudaranya yang lebih tua, menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Aku tidak bisa membantumu jika kau sendiri tidak bertindak Na Jaemin.." putus asa diujung kalimatnya membuat Jaemin menghela nafasnya perlahan. Dia sangat paham itu, sangat paham. Namun, Jaemin tidak bisa bertindak, dia tidak bisa melangkah.

"Haechan itu terlalu bebas untuk bersama ku, Kak. Istana Qingling ini terlalu teratur untuknya yang bebas dan tidak terikat-

Lembah Sukma ini, akan terlalu menyiksa untuknya.."

Jelas Jaemin perlahan, menatap senyum bahagia yang sangat sulit ia dapatkan jika bersama Haechan. Diingatannya, Haechan itu masih seperti anak kecil berumur 6 tahun yang berlarian disekitarnya dulu, mengejar kupu-kupu dipekarangan Dermaga Lotus yang sangat ia suka.

Diingatan Jaemin, Haechan masihlah sebahagia itu. Mana tega Jaemin lepaskan senyumannya jika Haechan yang sebahagia itu?

Maka untuknya, memeluk Haechan dalam bayangan adalah kemauannya. Menyukai Haechan yang tersenyum pun adalah pilihannya, dan melepaskan Haechan menjadi keputusannya.

"Kau sengaja mendorong nya perlahan Na Jaemin?" tanya nya menuntut penjelasan.

Jaemin tersenyum simpul, menganggukan kepala nya kecil tanda mengiyakan.

Selama ini, ia ingin Haechan membenci tindakan kecil yang ia berikan. Menganggap Jaemin tidak memperdulikan lagi kenangan masa lalu mereka.

"Aku kira kau sudah menjadi bijaksana Na Jaemin, ternyata kau masih terlalu kanak-kanak" remehnya.

"Kau selalu tau Na Yuta, kita berdua selalu tau" final Jaemin ucapkan. Dia melangkahkan kakinya meninggalkan kakaknya yang menatapnya kecewa. Dia pun tidak bisa berbuat banyak untuk dirinya, sekalipun dia sangat menginginkan Haechan berada disisinya, apakah Haechan mampu bersanding dengannya secara sukarela?

Jaemin sadar dan paham, Haechan tak akan mampu. Daripada dia membuat Haechan lelah, ada baiknya sejak awal Jaemin buat Haechan menjauh dari kehidupannya. Lagipula, itu kisah masa kecil yang tidak ada artinya kan? Hanya bunga masa kecil yang sangat membosankan.

"Na Jaemin, mengapa kau sangat keras kepala" gumam Yuta menatap kepergian Jaemin dalam diamnya. Sudut matanya kembali menatap tiga laki-laki yang tengah berbahagia disana.

Haechan itu, pernah menjadi alasan mengapa Na Jaemin sangat menginginkan kehebatan. Sebab baginya, Na Jaemin ingin melindungi orang yang ia cinta.

. to be continued.

Shadowmere - Tragedi Masa LampauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang