Batas Pertama

24 3 0
                                    

Kali ini, banyak raut ragu dan khawatir dalam guratan wajah yang biasanya penuh diam. Haechan paham, khawatir nya seorang Na Jaemin di hadapannya ini. Tubuhnya memang diam, tapi Haechan paham. Mata nya yang penuh hangat itu, tidak seteduh biasanya. Na Jaemin nya dipenuhi ke khawatiran.

"Aku temani" ucap Haechan membuat Na Jaemin menghentikan langkahnya. Menatap netra sang empunya dengan manik yang masih sama khawatirnya, Haechan ini tidak bisakah mengerti keadaannya?

"Aku temani, Jaemin" ucap Haechan sekali lagi, namun dirinya tidak hanya berucap. Jemarinya menggenggam erat lengan Jaemin yang masih terdiam itu. Jaemin menghela nafasnya, membiarkan Haechan dengan keras kepalanya menuruti kemauan ego nya.

Melihat Jaemin yang menghempaskan tangannya asal, Haechan hanya tersenyum simpul. Bagaimanapun Jaemin yang hebat ini tetap harus membutuhkannya kan? Maka, dalam perjalanan kembali nya mereka ke Lembah Sukma, Haechan menemani Jaemin nya itu.

Tadi pagi, sesaat setelah mereka menyantap hidangan pagi, ada merpati pengantar surat milik Klan Na yang akan siap mengantarkan pesan secepat apapun pada darah Na. Itulah yang menjadi alasan mengapa Jaemin risau kini.

Merpati itu membawa pesan, bahwa Jaemin harus kembali secepat mungkin. Terjadi hal yang buruk di Istana Qingling dan Lembah Sukma. Hal tersebut diperkuat juga dengan energi di tanah leluhur milik Huang menjadi kacau, Haechan bisa merasakan itu.

Batu Yin itu, apakah sekuat itu?

Haechan bingung, mengapa dewa yang hebat itu tidak segera mengambil kembali hal yang tidak bisa di kendalikan selain mereka? Mengapa membebani sesuatu yang diluar batas kemampuan? Menguji kah? Tidak layak sekali menguji sesuatu yang sudah tau jelas jawabannya.

Mengapa juga Lembah Sukma?

Mengapa harus Istana Qingling?

Haechan membekukan matanya kini pada kepulan asap yang cukup padat di gerbang pembuka. Lembah Sukma benar-benar dalam kekacauan.

Haechan melirik kesisi lainnya, tidak mendapati Jaemin yang sedari ada bersama nya. Entah kemana, namun Haechan memilih untuk melawan pakaian berwarna merah itu.

Dia menghentikan apapun yang bisa ia hentikan, menyelamatkan apapun yang bisa dia selamatkan.

Haechan itu kemampuannya tinggi, ilmu yang ia punyapun sudah melewati tahap menengah. Dia menjadi salah satu jajaran pemuda yang disegani. Maka tidak heran, setengah dari pasukan bisa dikalahkan dengan mudah oleh pedang kecilnya bernama "Tàiyáng".

Haechan menatap sekelilingnya, masih tidak menemukan keberadaan Jaeminnya. Dimana Jaemin berada?!

"NA JAEMIN !!!" teriak Haechan panik

Bukan, Haechan bukan tidak percaya Jaemin. Namun untuk saat ini, biarkan Haechan tenang dulu dengan melihat Jaemin ada disisinya bukan?

"YAAKK NA JAEMIN JANGAN BERCANDA DENGAN KU !!!" teriak Haechan frustasi

Ditengah kepanikannya itu, Haechan masih saja bertarung melawan pasukan Wang, dengan matanya yang masih menelisik disekitaran sampai ke Istana Qingling.

Nafasnya tercekat, menatap seseorang dengan gagahnya berdiri di tengah bebatuan di Istana Qingling.

"Waw, Perwira Hae yang hebat ini sudah menjadi anggota Klan Na?" tanya nya menatap Haechan lekat.

Haechan membuang nafasnya kasar, Wang satu ini sangat suka sekali mencari gara-gara dengannya?

"Mana Na Jaemin?!" tanya Haechan menghardik, yang ditanya pun hanya tertawa keras mendengar Haechan berucap. Ayolah, dia bertanya mengapa dibalas pertanyaan juga oleh Klan Kim ini?

"Sedang ku suruh keturunan Na murni itu membuka Puncak Sukma, kau tau?" ucapnya menghampiri Haechan yang masih terengah-engah.

Haechan menatapnya nyalang, untuk apa?!

"Ck. Ayolah, kau tidak bodoh Perwira Hae." jelasnya lagi, Haechan menelisik pikiran Wang So dihadapannya ini? Apa maunya?

"Batu Yin yang hebat itu disimpan disini Hahahaha" ucapnya keras dan tertawa melihat Haechan yang masih terkejut

"Kau tidak bisa merasakannya Perwira Hae?!" Haechan menatap bingung, apa?

"Ck. ternyata kemampuann mu mengenai energi masih buruk." jelas Wang So remeh, dia memberikan tatapan mengejeknya.

Haechan menutup matanya perlahan, menahan gejolak emosinya sesaat, pria dihadapannya ini sungguh menguji emosinya.

Namun, tiba-tiba dirinya merasakan gejolak. Entah apa namun jiwanya seperti merasa kalut. Banyak hal yang seperti ia tidak bisa kendalikan.
Tubuhnya limbung, ia tidak dapat berdiri dengan benar.

Haechan membuka matanya, menatap jauh kilatan biru yang tiba-tiba menghampirinya. Kilauan itu mengenalinya, membuat Wang So menjauh sebab sinarnya. Haechan tersenyum, menatap siapa gerangan pemilik manik teduh itu.

Na Jaeminnya selalu datang tepat pada waktunya.

"Ini, kau menginginkan ini bukan?" ucap Jaemin menyerahkan pundi roh nya.

Wang So tertawa keras, Tuan Muda Na satu ini sungguh menepati janjinya. Ia ambil pundi roh yang menyimpan benda kesukaan Klan nya.

"Pergi" ucap Jaemin lagi, Wang So hanya tertawa mendengarnya. Na Jaemin ini mengusirnya?

Haechan yang kembali pada kesadarannya pun bangkit, mencoba berdiri perlahan melihat baju putih kebiruan yang ada dihadapannya kini. Menelisik Na Jaemin dengan cukup panik

"Mengapa kau lebih mengkhawatirkan Na Jaemin dibandingkan Klan mu sendiri, Haechan?" ucapan Wang So mengalihkan fokus Haechan, Jaemin pun menatap Wang So dengan menuntut penjelas

"Ck. Ayolah, kau tidak dapat kabar Perwira Hae? tanya Wang So membuat Haechan dan Jaemin semakin kebingungan

"Hahaha sepertinya kau benar-benar sudah menjadi Klan Na, Haechan." tawa Wang So mengudara, Haechan bergegas menghampirinya, namun belum sempat dirinya menyerang Wang So yang sangat congkak itu, badannya limbung jauh ke belakang.

Wang So dilindungi oleh Liu Yangyang.

"Hahahahaha Perwira katanya? Melindungi Dermaga Lotus saja tidak bisa" tawa Wang So lagi, Yangyang masih mewaspadai Haechan yang terduduk dilantai, sedangkan Jaemin menatap Haechan khawatir.

"Kau benar-benar tidak tau Haechan?" tanya Wang So sekali lagi,

Namun apapun itu, Jaemin tau bahwa ini bukanlah hal baik.

"Kakak ku akan menghancurkan Dermaga Lotus mu itu, Hahahahaha."

Haechan terdiam, lebih tepatnya dia mencerna semuanya. Wang So berkata apa? Dermaga Lotus?

"Ku kira kakak-ku akan kesulitan disana sebab ada Perwira Hae yang sangat gigih melindungi Dermaga Lotus. Tapi ternyata?!"
ucapan Wang So tertahan diudara, menatap Haechan yang tengah linglung itu dengan seksama.

"Dia malah berkeliaran di Istana Qingling membantu seorang keturunan Na?! Hahahaha lelucon sekali" sindirnya dengan tertawa keras.

Haechan bangkit, menatap Na Jaemin yang kini juga menatapnya dengan kalut.

"Tak apa. Pergilah" ucap Jaemin sungguh, dia memberikan tepukan dipunggung tanda tak apa. Menenangkan Haechan juga walaupun sedikit.

Kemudian, tanpa ragu dirinya melepaskan pedangnya keudara. Membawa dirinya lebih cepat untuk sampai ke Dermaga Lotus. Membiarkan Na Jaemin menatapnya dari jauh, entah akan bertemu lagi atau hal ini menjadi perpisahan untuk mereka.

"Kau tau Na Jaemin, dari kecil kau sangat tidak pandai menyembunyikan perasaanmu." ucap remeh Wang So. Jaemin menatapnya dingin, enggan menanggapi.

"Hahahaha ku kira Haechan itu sudah menggunakan Na di depan namanya"

Tawa Wang So mengudara, membuat Jaemin mengepalkan buku-buku jarinya tidak sadar. Wang So dan segala klan Wang itu, harus dihancurkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shadowmere - Tragedi Masa LampauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang