Dia Sastra

3.3K 302 90
                                    

Dia Sastra Wiranda Aryadanu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia Sastra Wiranda Aryadanu.

Remaja tujuh belas tahun yang gemar membaca buku. Tubuhnya tinggi semampai. Berkulit putih terkesan pucat. Garis hidungnya tegas dengan hiasan tahi lalat kecil di sisi kiri yang menambah pesona tersendiri. Memiliki bibir berwarna pink yang memancarkan rona alami. Sungguh, tak ada yang bisa mengeluh, ketampanan seorang Sastra benar-benar sempurna, begitu kata media-media.

Sastra juga pintar. Lahir dari rahim pasangan publik figur tak semata-mata membuatnya jemawa. Sastra tetap terus berusaha bersinar sendiri dengan cahayanya. Tak ayal, ketika lensa kamera para reporter menyorotnya, Sastra dengan bangga mengenalkan diri sebagai seorang Sastra. Yang gemilang dengan segudang prestasi yang ia punya.

Hal itu tentu menjadi santapan lezat bagi awak media. Terlebih ketika seluk beluk kehidupan keluarganya semakin diekspos terang-terangan. Menciptakan persepsi dari berbagai sudut pandang. Berita-berita yang awalnya biasa saja pun semakin merebak tak keruan. Hingga tanpa sadar menimbulkan sebuah keretakan.

Wajah tampan pasangan Aryadanu dan Gayatri bikin netizen terhipnotis!

Di gadang-gadang sebagai turunan terbaik, begini potret Sastra putera Gayatri dari Aryadanu, suami ke dua. Kok beda dari anak suami pertama?

Awalnya, semua masih baik-baik saja. Hubungannya dengan kedua kakak tirinya di rumah tetap akrab seperti biasanya. Tak ada kericuhan yang mengarah ke rasa iri, sebab Aryadanu dan Gayatri berusaha menanamkan rasa persaudaraan yang kental di antara ketiganya.

Namun, lama kelamaan, Sastra merasa ada yang berbeda. Semenjak media semakin gencar mengekspos keberadaannya, kedua laki-laki itu terasa menjauh. Terkadang, tak jarang mereka terlibat perselisihan oleh karena hal-hal kecil. Yang tentunya tanpa sepengetahuan oleh Aryadanu dan Gayatri.

Sampai puncaknya, salah satu dari kakaknya nekat ingin melukai wajah Sastra menggunakan silet. Diiringi umpatan-umpatan menyakitkan yang Sastra sendiri tak punya kuasa untuk mengubahnya.

'Gue juga nggak mau terlahir jelek!'

Kini, Sastra sadar. Ternyata, presensinya merupakan luka bagi kedua saudaranya.

Lalu, kalau begitu, Sastra bisa apa? Toh ini semua terjadi di luar kendalinya.

— Baswara Sendu —

"Ketika kilau cahaya yang berpendar tanpa sadar melukai sang penikmatnya."

Baswara SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang