14 - Simfoni dalam Diam

1.2K 228 183
                                    

14. Simfoni dalam Diam

"Hal terburuk tentang suatu bintang adalah, mereka akan terbakar."

Beberapa dekade silam, nama Henri Danuarta sempat mengguncang jagat media, terseret dalam pusaran skandal kekerasan rumah tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa dekade silam, nama Henri Danuarta sempat mengguncang jagat media, terseret dalam pusaran skandal kekerasan rumah tangga. Gayatri, sang korban yang saat itu tengah berada di puncak karier, memilih menempuh jalur hukum sebagai langkah perlawanan. Langkah ini sontak memicu kegemparan publik, terlebih hasil visum mengungkapkan sejumlah luka lebam menghiasi tubuhnya. Setelah melalui serangkaian proses panjang, kasus tersebut berujung pada vonis lima tahun penjara bagi Henri, disertai denda sebesar lima belas juta rupiah.

Bagi Henri, pengusaha mapan sekaligus pewaris tunggal, jumlah lima belas juta rupiah hanyalah setitik di lautan kekayaannya. Bahkan, hukuman kurungan lima tahun pun dapat dengan mudah ia pangkas menjadi lima bulan, berkat pengaruh uang yang dimilikinya. Tak perlu heran, di negeri ini, hukum memang sering kali tunduk pada kuasa materi.

Berbicara tentang kekayaan, Henri — atau Mas Danu, begitu Gayatri kerap memanggilnya — memiliki daya pikat tersendiri. Meski tidak dianugerahi paras tampan, pesona old money yang ia bawa mampu membius hati Gayatri, si jelita dari dunia hiburan. Sayangnya, cinta mereka berujung di ranah perceraian, terburai tanpa dapat kembali disulam.

Setelah bebas dari penjara dan mendengar kabar pernikahan Gayatri yang semakin dekat, Henri berinisiatif mengajukan hak asuh anak-anak secara kekeluargaan. Namun, Gayatri, dengan keteguhan hati, menolak mentah-mentah. Ia menegaskan bahwa keputusan pengadilan sudah final, tak bisa digugat. Bahkan ketika Henri mencoba menawar dengan segenggam uang, Gayatri tak gentar. Baginya, selepas cobaan-cobaan yang telah ia lalui, bukan materi yang ia cari, melainkan kedamaian dalam diri.

Meski amarah sempat menggelegak, Henri memilih menahan diri demi menjaga citra. Dengan segunung kesal di dada, pria bertubuh subur itu meninggalkan kediaman mantan istrinya. Sejak itu, Henri hanya sesekali datang menjenguk Kelvin dan Gio, atau mengajak mereka liburan singkat. Segala interaksi mereka telah tertuang dalam hitam di atas putih, sesuai kesepakatan yang tak bisa ia ubah.

"Lain kali, jangan datang sembarangan, Mas. Nggak enak karena posisi mas Arya lagi nggak di rumah."

Pria yang mewarisi hampir tujuh puluh persen dari paras Gio itu mendengkus. Menatap remeh Gayatri yang duduk di sofa seberang. Meski sudah berpisah cukup lama, ia merasa sifat buruk Gayatri masih tetap sama. Suka menghakimi.

"Ini tempat tinggal anakku, nggak usah berlebihan."

"Ini rumahku, Mas."

"Aku cuma singgah, Kelvin yang suruh. Lagian kamu kan yang minta mereka cepat pulang?"

Pupil mata Gayatri sedikit melebar. "Jadi belakangan ini mereka sama kamu?"

"Emang kenapa? Toh aku ayah kandung mereka." Henri tertawa kecil, sedikit condong ke depan untuk memadamkan puntung rokok yang telah habis disesap. "Asuhan kamu buruk, mereka nggak suka."

Baswara SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang