Bab 1 | Keyakinan

10 4 2
                                    

☘~HAPPY READING~☘
( ˘ ³˘)♥

~

Hari ini tepat 10 November 2023.

Malam hari yang dingin. Suara gemuruh langit memecah keheningan  malam yang kelabu. Dedaunan terbang rimbun di luar, angin badai menyapu jejalan debu-debu tak kasat mata. Dimanakah tempat berisi kehangatan ada? Sebuah rumah modern berdiri berdampingan dengan rumah-rumah sederhana lainnya. Pada jendela lantai dua rumah itu tersimpan cahaya remang yang hangat menyala. Di sana terdapat seorang gadis yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

Suara goresan pensilnya mengalahkan gemuruh di luar sana. Sudah lumayan lama dia duduk di meja belajarnya. Jam menunjukkan pukul 22.00. Energinya tak habis-habis. Dia merasa senang berkutat dengan pekerjaannya.

Tapi, sekarang saatnya dia pergi ke toilet. Hanya panggilan alam yang dapat memisahkannya dari tumpukan  kertas-kertas berisi angka dan huruf. Gadis itu menuruni tangga. Sampailah ia di lantai bawah. Ada seekor kucing yang telah menantikannya, kucing bermata biru dan berekor pendek. Kucing itu mengelus-elus kakinya. Gadis itu tersenyum, mengelus balas leher kucing itu. Meow! Kucing itu berseru dan mengikutinya. Gadis itu berlarian menuju toilet.

20 menit. Dia keluar.

Perasaannya lega. Dia kembali menuju kamarnya di lantai atas. Namun, di tengah jalan, dia melihat siluet cahaya yang keluar di balik pintu kamar yang terbuka kecil. Di sana, dia mendengar suara samar-samar dari dalam kamar. Tak sengaja dia menguping.

"...... Oh,....Astaga Tuhan,"

"Benarkah begitu,"

"Jadi, putrimu sekarang sekolah di luar negeri? Pertukaran pelajar?"

"Pasti dia sangat pintar kan, Jeng"

"Haduh coba saja jika putriku seperti putrimu, sayangnya dia tidak terlalu bisa diandalkan,"

"Ah, seperti itulah dia. Belajar dari pagi sampai ke pagi lagi, tapi tidak pintar-pintar. Padahal aku selalu memberikan apa yang dia mau,"

Gadis itu memilih memundurkan tubuhnya. Cukup. Dia tidak ingin mendengar lebih banyak lagi. Sebelum ketahuan dia harus melarikan diri. Gadis itu berlari menaiki tangga. Lalu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

Dia berdiri membelakangi pintu. Menunduk ke bawah sejenak. Lantas membaringkan tubuhnya di atas kasur. Kucingnya melompat ke atas tubuhnya. Membuat gadis itu terkejut.  Dia kembali mengelus-elus kucingnya.

"Hujannya deras ya, Mut," ucapnya pelan.

"Meow!"

"Kamu kedinginan tidak?"

"Meow!"

"Mut, kenapa kamu hanya balas begitu, sih,"

"Mow-meow," Imut, si kucing putih itu menggeliat di kasur.

Gadis itu mengembuskan napasnya pelan. Beberapa detik dia hanya memandangi langit-langit kamarnya. Lantas, dia segera berdiri dan kembali duduk di meja belajarnya.

Kenapa? Sudah biasa? Atau harus mulai terbiasa?

Tidak usah dipikirkan. Hanya diri sendiri yang mengetahui seberapa sanggup kita menghadapi masalah. Tidak apa-apa. Hidup butuh proses, tidak langsung asal jadi. Biarlah semua orang bicara tentang apa yang mereka lihat. Sekali lagi, tidak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan.

Sudah berapa kali selama ini dia memotivasi diri sendiri. Mungkin tak terhitung. Lama-kelamaan dia menyadari bahwa hidupnya begitu menyedihkan. Berpura-pura baik-baik saja, padahal tidak demikian. Cara yang bagus untuk membohongi diri sendiri.

Namanya Isani. Seorang gadis muda berumur 16 tahun. Statusnya seorang pelajar SMA. Dia memiliki prestasi yang cukup membanggakan di bidang akademis.

Pada awalnya, dia hanya merasa berusaha yang terbaik di sekolah. Lalu mulai mendapatkan prestasi secara beruntun sejak sekolah dasar hingga sekarang. Percayalah, mempertahankan sesuatu jauh lebih sulit daripada mendapatkan.

Dia memiliki seorang ibu yang sangat protektif dan tegas. Ayahnya bekerja di tempat yang jauh. Terkadang jarang sekali pulang. Mereka hanya tinggal bertiga di rumah. Satu lagi bersama adiknya yang masih berumur 3 tahun.

Tidak masalah. Mari dihadapi. Ini kisah Isani dalam meraih impiannya walaupun tidak menerima dukungan positif di sekitarnya. Perjuangan pasti akan membuahkan hasil, bahkan pun tidak sesuai ekspetasi. Hargailah diri sendiri, walau hasilnya tidak memuaskan. Semua tergantung keyakinan, apa kita memilih untuk bertahan atau menyerah.

Dia, Isani. Kita, kalian, semua manusia di bumi ini pasti memiliki tujuan. Cita-cita. Mau jadi apa nanti?

Menentukan tujuan itu penting, supaya tidak salah arah. Namun, terkadang peta tidak dibuat oleh 'yang mulai berpetualang', namun diturunkan dari 'yang telah berpetualang'. Oleh karena itu, untuk mencapai apa yang kita inginkan, jangan pernah merasa sendiri. Kita butuh 'pendamping'. Jangan pernah merasa perjuanganmu harus diarungi sendiri. Walaupun semua orang mengabaikanmu, walau semua beban kamu tanggung sendiri, percayalah kamu punya keyakinan. Tuhan Yang Maha Esa selalu disisimu. Dia-lah yang seharusnya kamu puja dan mintalah kemudahan dari-Nya.

~BukitHanai [1] | Keyakinan

THE FLORIST [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang