[28] Tak Terduga

3.1K 252 111
                                    

Saat ini Athar tengah berada di perjalanan menuju ke kantor, namun entah kenapa ada perasaan tidak enak yang mengganjal di hatinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Athar tengah berada di perjalanan menuju ke kantor, namun entah kenapa ada perasaan tidak enak yang mengganjal di hatinya itu.

Setelah perdebatan nya semalam dengan kedua orang tuanya, Athar memilih untuk tetap di rumah dan mengurungkan niatnya pergi dari rumah dengan membawa Mayra bersamanya.

"Kenapa perasaan ku jadi tidak enak seperti ini" gumamnya yang tengah menyetir mobil

"Aku harap Mayra baik-baik saja" ucapnya yang semakin gelisah dan tak tenang

Sedangkan di kediaman rumah Malik, di sana sedang ada kegaduhan, keributan dan ketegangan yang terjadi. Semua ini terjadi saat semenit setelah kepergian Athar dari rumah

"Umi, lepaskan Mayra. Apa yang Umi lakukan? Itu berbahaya Umi, jangan lakukan itu" ucap Malik yang sedari tadi mencegah Halimah yang tengah menodongkan pisau tepat di leher Mayra

Halimah seperti orang yang sedang kerasukan jin dan setan jahat, tatapannya terlihat begitu kosong, menatap penuh benci kepada Mayra.

"DIAM KAMU!" sentak Halimah menatap tajam ke arah suaminya dengan kedua matanya yang sudah melotot, terlihat begitu seram dan menakutkan
Bahkan penampilan nya pun sudah berantakan, hijab yang semula di kenakan oleh Halimah kini sudah terbuka dan menampilkan rambut panjangnya yang berantakan.

Mayra yang berada dalam kukungan Halimah itupun hanya bisa menangis, berharap pisau itu tidak akan menggores lehernya "Ya Allah selamatkan hamba" batinnya berucap berharap tuhan akan menyelamatkannya

Malik semakin takut dan binggung, ia harus berbuat apalagi supaya Halimah mau menjauhkan pisau itu dari leher Mayra. Malik pun tidak mengerti sebenarnya ada apa dengan istrinya itu kenapa ia menodongkan pisau itu kepada Mayra.

"Kamu, kamu harus mati dan---" ujar Halimah  dengan senyum yang terlihat menakutkan

Tangan kanan Halimah yang tengah memegang pisau itupun kini berpindah dari leher Mayra menjadi ke arah perut Mayra yang sedikit menonjol itu.

"Anak ini juga harus mati" ucapnya memainkan pisau tersebut di depan perut Mayra dengan senyuman menakutkannya

Mayra hanya bisa menangis, mengeleng-gelengkan kepalanya seperti berkata 'Jangan, jangan sakiti anakku'. Ia tidak bisa berbuat apa-apa hendak melawan pun tak bisa karena kedua tangannya sudah diikat mengunakan tali, begitupun juga dengan kedua kakinya.

Halimah mengikat Mayra di pilar alias tiang penyangga yang berada di balkon "Umi, Abi mohon jangan seperti ini. Ingat Mayra itu menantu kita, bukankah Umi sangat menyayangi nya?" sahut Malik berharap Halimah melepaskan Mayra

Diam dan tidak menghiraukan ucapan Malik, Halimah hanya asik bermain dengan pisaunya itu yang sejak tadi di arahkan kepada Mayra.

"Saya harus menelpon Athar, sebelum terjadi apa-apa sama Mayra" gumam Malik yang dengan cepat langsung merogoh sakunya dan mengambil ponselnya di dalam saku celananya itu

GUS ATHAR  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang