|23|

488 35 2
                                    

Semilir angin membelai lembut surai Jaeyun. Kicau burung yang dibarengi tawa anak-anak yang bermain di taman ini menemani sepi yang menerpa nya.

Di bangku itu, dengan apel dan sebilah pisau di tangannya, ia menikmati awal musim panas yang datang dengan cerianya. Tapi, entahlah, apakah menikmati itu benar-benar dinikmati, atau hanya sekedar kata untuk menggambarkan diri.

Karena bagaimanapun, tatapannya menuju ke depan sana, entah apa yang dilihat, terlihat kosong dan tanpa binar.

"Jaeyun!"

Pemilik nama menoleh cepat, lamunannya seketika buyar seiring seorang wanita terlihat menghampirinya.

"Tangan kamu," tutur wanita itu dengan nada bergetar.

Ia bersimpuh di hadapan Jaeyun dan manik puppy itu mengikuti gerak sang subjek di depannya. Wanita itu... menggenggam tangannya yang mengalir darah di sisinya.

Ia terhenyak. Tidak tahu bahwa pisaunya meleset dan melukai dirinya.

Sapu tangan dikeluarkan sang wanita, menghentikan pendarahan Jaeyun dengan sedikit kesan tergesa dan panik.

Dia...

"Mama Lee," panggilan Jaeyun ikut menghentikan pergerakan Nyonya Lee.

Di tengah keterdiaman itu, Jaeyun menarik tangannya, membersihkan aliran darah itu dengan sendirinya tanpa ringisan satupun.

"Makasih sapu tangannya, Mama Lee. Besok Jaeyun cuci baru kembaliin," tutur lelaki Shim mengulas senyum tipis.

Jaeyun menuntun ibu dari Lee Heeseung itu untuk ikut duduk di sampingnya, karena membiarkan dia bersimpuh di hadapan Jaeyun sangatlah tidak sopan.

"Ga perlu. Simpen, buat kamu aja," balas mama Lee yang mengambil alih apel dan pisau di tangan Jaeyun.

Dibersihkannya pisau itu dengan tisu basah di tas, menyingkirkan bagian apel yang terkena darah lalu mengupas sisanya. Potongan apel itu disodorkan pada lelaki di sampingnya.

Tapi Jaeyun bergeming, manik puppy itu menatap lurus pada netra legam yang mengingatkan dirinya pada sosok bambi boy yang sempat ia kenal meski secara singkat.

Tatapan yang sama.

Dan, binar yang sama.

Jaeyun tertegun melihatnya. Diam-diam ia membandingkan dirinya dengan wanita di hadapannya.

Harusnya ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan.

Ingat, dia dan Heeseung masih bukan siapa-siapa.

‎ ‎ ‎ ‎

‎ ‎ ‎ ‎ ‎

Dan tanpa Jaeyun ketahui, mata bambi yang ia rindukan tengah menatapnya, binar itu terbelenggu oleh rasa bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meet You || HeeJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang